26. Sella

9 3 4
                                    

Naya muak. Muak melihat  kedekatan Reano dan Hafasha. Dia sadar bahwa Reano menyukai Hafasha, begitupun sebaliknya. Naya memilih pergi dari sana dan kembali ke kelas. Violet, Sella dan Keana terheran, hari ini Naya, kenapa? Mereka pun menyusul Naya.

Kembali ke Reano dan Hafasha yang baru saja turun dari motor, Hafasha berdiri kaku ketika semua orang melihat kearahnya dengan tidak suka. Reano mengusak rambutnya yang sedikit berantakan, bukanya di rapikan malah semakin terlihat tak tertata.

"Kak, Hafasha duluan, terima kasih atas tumpangannya." Tanpa menunggu balasan Hafasha lari dan sesegera mungkin untuk masuk kelas.

"Gw penasaran, Hafasha ngasih apa sampai Reano mau sama cewe kaya dia." Kata itu terdengar jelas di telinga Hafasha, sekarang dia menyesal kenapa tidak menolak atas tawaran Reano?

"Kalau gak keperawanan apa lagi?"

Gak, Hafasha gak sekuat itu. Dia berlari sekencang mungkin dengan air mata yang sudah turun. Detak jantungnya berdegup kencang. Kenapa ucapan mereka sejahat itu?

Reano terus menatap kepergian Hafasha, dia terheran ketika kecepatan jalan Hafasha menjadi seperti berlari secepat mungkin. Reano turun dari motor lalu menghampiri 2 perempuan satu angkatan nya.

"Ngomong apa lu, barusan?" Ujar Reano. Kedua perempuan itu gugup, bagaimana ini?

Dari kejauhan Andi dan Angga baru saja sampai, mereka segara turun dan menghampiri Rean. Terlihat dari urat leher Rean bahwa laki-laki itu tengah emosi.

"Oi! Pagi-pagi udah ngerumpi aja. Ngajak-ngajak kek. Ngomongin apaan si bang?" ujar Andi sembari merangkul pundak Rean.

Reano menepis tangan Andi, lalu kembali menunjuk 2 perempuan tersebut. "Sekali lagi gw denger lu ngomong sembarangan, siap-siap berurusan sama gw." Ancamnya.

"Weh?" Bukan hanya 2 perempuan itu yang terkejut, tapi Andi dan Angga juga. Rean pergi meninggalkan mereka setelah melihat wajah pias 2 perempuan tersebut, tenyata selama beberapa menit itu semua mata tertuju kepada mereka.

"Lah? Re tungguin anjir!" Ujar Andi. Angga menghela nafas dan berlalu menyusul Rean.

"Eh tapi bentar, lu pada ngomong apaan sampe Rean ngancem begitu?" Tanya Andi penasaran.

"G-gak papa Ndi, kita minta maaf. Kita permisi."

"Lah anjay, gw di tinggal. Anj emang." Andi mengusap dadanya, sabar Ndi, sabarrrrr.

Di kelas Hafasha.

Aini baru saja selesai makan sarapannya terkejut melihat wajah Hafasha sudah sembab. "Sha, lu kenapa?"

"Gak, papa."

"Gak anjir, jelas-jelas lu kenapa-napa, masalah apa lagi? Bukan Geo kan?"

"Bukan."

"La-" Belum sempat Aini selesai bertanya, ternyata  terpotong sebab gurunya sudah datang.

"Assalamualaikum."

"Wa'alaikumussalam Buuu!" Jawab mereka.

"Gw tagih pas istirahat." Bisik Aini.

Pelajaran pertama pun di mulai.

"Sella, bawa Hafasha kehadapan gw waktu istirahat nanti, gw tunggu di belakang sekolah." Naya mulai memberikan perintah.

"Hah? Mau ngapain?"

"Lu tinggal lakuin apa yang gw minta, kalau dia ga mau lu tinggal seret."

"Anjir, okelah."

Naya tersenyum miring, dia ga sabar melihat reaksi Hafasha setelah mendengar apa yang akan dia sampaikan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

REANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang