14. Di jemput Rean

9 4 0
                                    

"Selamat pagi, Bi Inah!" Rean menyapa Bi Inah yang tengah menyiapkan sarapan untuknya, sembari turun dari tangga tangganya setia menenteng Helm.

"Pagi, Den. Ayo Den, sarapan dulu," ujar Bi Inah. Rean duduk di kursi lalu mulai menyantap makanannya.

"Seperti nya, hari ini Aden lagi senang ya? Kenapa atuh? Cerita dong sama Bibi." Bi Inah terkekeh, karena entah kenapa aura yang di kasih Rean begitu kerasa, muka Rean juga lebih segar, jangan lupakan dengan wanginya badan Reano.

"Biasalah Bi, anak muda." Jawab Rean. Bi Inah paham betul maksudnya.

"Ceweknya pasti cantik Den, kapan-kapan ajak ke sini Den, biar Bibi ada teman ngobrol." Bi Inah terkekeh, ketika melihat kedua kuping anak majikannya itu memerah.

"Kapan-kapan Rean bawa, sekarang lagi nyoba PDKT dulu Bi, doin ya semoga berhasil!" ujar Rean antusias.

"Udah pasti atuh Den, Bibi mah doin yang terbaik aja."

Lima menit kemudian, Rean sudah selesai dengan sarapannya. Dia menyalami tangan Bi Inah untuk pamit. Rean keluar memanaskan motor, lalu setelah siap dia mulai jalan menuju rumah Hafasha.

Rean, sudah bangun dari jam lima subuh, hanya untuk menyiapkan diri, padahal biasanya Rean selalu bangun jam setengah 7. Ternyata seperti ini ya rasanya jatuh cinta?

Sepuluh menit kemudian, Rean berhenti di depan pagar rumah Hafasha, dia membuka ponselnya dan mengabari bahwa Reano sudah ada di depan rumah. Tidak, butuh waktu lama, Hafasha keluar dengan seragam sekolah yang sama dengannya. Kali, ini Hafasha pakai jaket.

"Pagi Kak Rean!" Sapa Hafasha.

"Pagi, juga Asha. Ayo naik."

Hafasha tersenyum, lalu naik ke atas jok motor ninja Rean. Rean pun melajukan motornya. Semalaman penuh, Hafasha tidak tidur dengan tenang, dia masih berpikir apakah dia mimpi? Reano? Kakak kelasnya yang dia kagumi sejak masa MOS waktu itu, kini mulai dekat dengannya tanpa harus dia yang mengejar.

Hafasha tidak berhenti bersyukur, ah masa MOS waktu itu begitu berkesan untuk Hafasha.

"Perkenalkan nama saya Reano Abazar, selaku Ketua OSIS SMA Galaksi." Suaranya terdengar tegas, laki-laki bernama Reano itu memberikan mic pada laki-laki di sampingnya. Mereka yang tengah berjejer rapih di depan murid baru SMA Galaksi adalah anggota OSIS.

"Saya, Angga Ardava Lasmana. Selaku Wakil Ketua OSIS."

"Saya, Naya Elara Rania. Selaku Sekretaris OSIS."

"Saya, Fathan Abqory Zhafran. Selaku Bendahara OSIS."

Dan masih banyak anggota lainnya, banyak di belakangnya yang meneriaki Reano atas ketampanan laki-laki itu.

"Hafasha!" Yang punya nama menoleh ke belakang, di mana Aini, sahabatnya berada.

"Kenapa?"

"Lu, lihat deh, Kak Rean sama Kak Angga ganteng banget ya! Ternyata mereka OSIS di SMA ini, wahh gak bakalan nyesal si gua bisa sekolah di sini." Ujar Aini dengan menggebu-gebu.

Hafasha melihat kakak-kakak kelasnya di depan sana, tapi Hafasha hanya fokus pada satu orang. Reano. Ketua OSIS yang katanya di sanjung atas prestasi dan ketampanannya. Entah, kebetulan atau memang Kak Rean sadar bahwa sedari tadi ada yang memperhatikannya, kini mata Rean pun menatap balik mata Hafasha. Hafasha gelagapan setelah ketangkap basah oleh Rean.

Malu, dia malu. Jantungnya berdetak kencang, ada apa ini? Sejak saat itu, Hafasha mulai berani memberikan coklat dan permen untuk Reano, setiap dia membuka loker Rean, tidak jarang dia menemukan banyak sekali coklat, surat, permen, dan bunga. Ternyata, bukan hanya dia yang tergila-gila pada sosok Reano. Syukur deh, setidaknya kalau ketahuan, Hafasha ga sendirian.

Hafasha tersenyum ketika dia sudah meletakkan banyak coklat di sana, tanpa dia sadari sejak dia melangkah, ada yang terus memperhatikannya dari jauh. Lalu menyeringai.

Setiap habis pelajaran, Hafasha terus memperhatikan Reano dari jauh. Melihat bagaimana sosok laki-laki itu menenteng Helm lalu menaiki motor Ninjanya. Buku yang dia peluk erat kini semakin di eratkan, dia membayakan bagaimana rasanya di bonceng oleh Reano Abazar.

"Astaghfirullahal'adzim." Hafasha menundukkan kepalanya, dia merasa begitu berdosa karena berlebihan dalam menyukai seseorang. Tapi, ini kali pertama ia seperti ini.

Sejak saat itu, ketenangannya di sekolah berantakan. Karena, ternyata Naya si Sekretaris OSIS SMA Galaksi yang juga menyukai Rean, mengetahui bahwa Hafasha, adik kelasnya juga menyukai Reano. Sebenernya banyak yang menyukai Reano, dan dia gak perduli, tapi untuk gadis satu ini, Naya pikir jauh lebih bahaya dari pada gadis lainnya yang mengejar Rean.

Tanpa sadar, motor yang di kendarai Rean sudah berhenti di parkiran sekolah. Rean sejak di jalan, sesekali melihat Hafasha dari kaca spion. Entah, apa yang di pikirkan gadis itu hingga kedua pipinya memerah. Posting thinking saja, siapa tahu dia salah tingkah karena di bonceng olehnya.

"Asha." Panggilan itu terdengar membuat Hafasha yang tengah melamun terkejut, "eh? u-udah sampai?" ujarnya lalu turun dari motor. "Kapan sampainya? Maaf kak Rean, Asha bengong tadi " Hafasha menunduk, dia sangat malu!

"Hahah, gak, apa-apa. Lagian baru sampai, emang ngelamunin apa si?" Rean turun dari motor, lalu mulai melepas helm kesayangannya, menenteng nya dan berdiri di depan Hafasha.

"Bu-bukan apa-apa hehe, a-ayo kak Re, udah mau bel masuk." Hafasha gugup, dia memilih meninggalkan Reano di parkiran. Sembari memegang kedua pipinya, astaga, pasti merah.

"Hei! Pelan-pelan aja jalannya, gak, bakalan telat juga kok. Masih ada 15 menit lagi." ujar Rean, Rean menahan senyumnya dia tahu Hafasha tengah salah tingkah.

Tapi, serius deh, Rean penasaran apa yang ada di otak cantiknya Hafasha sampai dia tidak sadar setiap jalan Rean memperhatikan nya.

Hafasha memelankan laju jalannya, lalu menunduk. "Kak Rean, terima kasih ya udah di jemput."

"Sama-sama, pulang sekolah bareng gua lagi." Tidak ada nada bertanya di kalimat Rean tadi, jadi mau gak mau Hafasha harus mau pulang bareng. Lalu, bagaimana cara menjelaskan semua ini pada kedua sahabatnya.

Hafasha mengigit bibirnya ragu, "In Sya Allah ya Kak Rean, Asha ga janji. Tapi, nanti Asha hubungi kalau semisal jadi." Tiba-tiba ekspresi wajah Rean berubah datar, Hafasha merasakannya, apakah dia salah bicara?

"Oke." Setelahnya Rean jalan mendahului Hafasha, dia langsung menaiki tangga untuk menuju kelasnya. Hafasha mematung, tadi itu Reano? Kenapa menyeramkan? Apa karena Hafasha belum pernah lihat ekspresi datar Rean, makanya terlihat seram?

Tapi, tadi itu apa?

"DOR!"

"INNALILAHI! AINI!" Aini tertawa ngakak setelah mengejutkan Hafasha.

"Hahaha, lagian ngapain si bengong di tengah jalan? Awas lu kesurupan!"

"Sembarangan aja kalau ngomong!"

"Ayok ke kelas!" Aini merangkul Hafasha. Asha sadar bahwa Aini sendirian. "Kak Zahra mana?" Dia celingukan mencari keberadaan Zahra.

"Dia izin, ada keperluan." Jawab Aini.

"Oh."

TBC...

REANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang