POV spesial untuk Andi dan Aini Part 1
Happy reading sayang!
Sebelum baca, jangan lupa tinggalkan jejak dan emoji Fav kamu di sini!❤️
•••••
Sepeninggalnya Hafasha dan Geo tanpa di ketahui oleh Aini dan Zahra, kini mereka tengah celingukan mencari keberada Hafasha yang entah pergi kemana.
"Bjirlah! Asha kemana, Zah?"
"Lu, tanya gw? Kan dari tadi Hafasha di samping lu."
"Ya iya, tapi anaknya ga ada sekarang."
"Mana gw tahu," ujar Zahra jengah.
Aini terus celingukan mencari keberada Hafasha, dan Zahra mencoba menghubungi nomor Hafasha, tapi tidak aktif. Dari kejauhan Andi terus melihat Aini, tidak bukan wajahnya, tapi mulutnya yang terus bergerak. Entah, apa yang gadis itu bicarakan, tapi dari ekspresi wajah nya terlihat kesal, khawatir, dan bingung.
Andi menunduk menyembunyikan senyum manis nya, lalu mendongak untuk melihat Aini yang tengah berbincang dengan Zahra. Andi berdehem lalu melangkah mendekati Aini dengan kedua tangan di saku celana bahannya.
"Dia udah pulang?! ANJIR AMAT, datang bareng pulang malah sendiri-sendiri. Awas aja besok di sekolah. Ck," ujar Aini dengan berkacak pinggang.
Andi tersenyum di balik punggung Aini.
"Ekhem, Ai," panggil Andi.Aini menoleh ke belakang, betapa mengejutkannya ada sosok Andi di sana.
"Kak Andi?""Kenapa kaget gitu lihatnya, gw terlalu ganteng ya?"
Sialan. Aini reflek mengumpat ketika tebakan Andi benar, malam ini Andi terlihat begitu tampan, Aini aja sampai bingung mau mendeskripsikan seorang Andi kaya gimana, soalnya gantengnya Masya Allah, Allahu Akbar banget.
Andi tersenyum ketika Aini hanya diam menatap nya, "gak sia-sia gw ganteng."
Andi sedikit menundukkan wajah untuk bisa sejajar dengan wajah Aini, lalu ..., "Fuuuh." Aini tersadar ketika merasakan bau harum mint dari sapuan mulut Andi.
Aini memundurkan tubuhnya ketika merasa ini terlalu, dekat. Di sisi lain, Zahra menghela nafas jengah, lalu mendorong bahu Andi untuk berdiri tegak.
"Ngapain?" tanya Zahra.
Andi menaikkan satu alisnya, menatap penuh protes pada Zahra, "Gak, ngapa-ngapain."
"Ya udah." Zahra berbalik badan, tangannya ingin meraih pergelangan tangan Aini, tapi sebelum itu terjadi, Andi berujar.
"Izinin Aini pulang bareng gw Zah," ujar Andi.
Zahra menoleh, Aini melotot.
"Hah?"
"Gw mau anter dia pulang, jadi izinin gw buat pulang bareng sama Aini."
Zahra menoleh ke arah Aini, Aini sadar di tatappun bingung. Zahra menghela nafas, "Ya udah, bawa sana. Tapi jangan macem-macem. Balikin Aini ke rumahnya dalam keadaan utuh, kalau sampai lu apa-apain, lu mati di tangan gw Ndi."
"Njir, serem amat. Aman Zah, serahin aja semua sama gw."
"Gu-gue pulang bareng kak Andi? Terus motornya, gimana?" tanya Aini.
"Masalah motor, gw minta Bryan bawa ke rumah lu aja," usul Andi.
"Oh oke, gw balik duluan, Ai kalau Andi macem-macem hubungi gw, atau sebagai pembuka sebelum gw yang maju, lu bisa tendang anu nya. Dan Andi, ingat kata-kata gw tadi."
KAMU SEDANG MEMBACA
REANO
Fiksi RemajaKursi ini kembali menjadi saksi dari ratap pilu yang selalu hadir. Aku kembali terduduk sendu, menghembuskan nafas berat pertanda lelah menunggu. Pena di tanganku sudah banyak menulis untaian rindu. Diary Ku sudah penuh. Tanpa sadar, air mata berhas...