Seminggu berlalu dengan cepat, tak terasa sudah genap satu bulan sejak Kaylie pertama kali berpindah kedalam cerita ini.
Dan selama waktu satu minggu itu sudah banyak juga hal yang disaksikan maupun dialami sendiri oleh Kaylie.
Karena novel kini sudah lumayan melewati bagian awal agak jauh, dan itu artinya. Adegan serta plot di dalam cerita akan mulai memfokuskan diri kearah tokoh utama yang mana tak lain dan tak bukan adalah Ethan, sahabatnya sendiri.
Bahkan cowo itu sudah mengoceh perihal kedekatannya dengan Fifah, si tokoh utama wanita dari jauh jauh hari. Cowo itu selalu saja dengan semangat mengagungkan dan membicarakan setiap ciri ciri gadis yang mungkin saja benar ditaksir oleh cowo itu.
Kaylie terkadang merasa jengkel dengan sikap pecicilan sahabatnya itu, meski bukan pertama kalinya ia menghadapi sikap menyebalkan Ethan. Kaylie merasa jika sikap petakilan Ethan malah semakin menjadi saat setelah pindah ke dalam cerita.
Berbicara soal Ethan, selama sebulan kepindahannya ke dalam novel. Ia masih belum pernah bertemu dengan tokoh utama novel lainnya.
Meski ia sudah sempat bertemu dengan ketiga teman Ethan yang lain, namun Ayumi sedikit mengharapkan jika ia akan bertemu dengan tokoh utama wanita. Atau paling tidak tokoh utama laki laki kedua, yang Ethan bilang bernama Ryan. Atau mungkin saja antagonis cerita ini.
Antagonis yang Kaylie anggap keren selama ia membaca cerita ini, meski ia tahu akhir dari si antagonis ini tidak mungkin berakhir baik.
"Hay Kaylie!"
Kaylie melirik dengan malas orang yang kini dengan se enak jidat duduk didepannya tanpa canggung.
"Ikut duduk sini ya, gue laper."
"Gue belom jawab boleh." jawab Kaylie jutek.
Delia malah tertawa mendengar jawaban judes Kaylie.
"Oke makasi Kaylie, iya sama sama." ujar Delia menjawab ucapannya sendiri.
Kaylie menatap aneh gadis yang kini tampak sibuk menyuap makanan miliknya itu dengan kepala bergoyang ke kiri dan ke kanan, seolah menikmati makanan nya tanpa menghiraukan keberadaan Kaylie sama sekali.
Gadis aneh yang tampak bersusah payah berusaha menjalin hubungan dengannya, entah kenapa Kaylie sama sekali tak merasakan perasaan berbahaya atau perasaan tak mengenakkan lainnya pada diri gadis ini.
Tak seperti pada orang orang yang memandangnya dengan tatapan kasihan atau mencemooh, aura gadis ini seolah murni tanpa niat atau maksud terselubung untuk berusaha dekat dengannya.
Hal itu malah mengundang kecurigaan yang lebih besar pada Kaylie, pasalnya ia tahu bahwa didalam cerita digambarkan tidak ada satu orangpun yang sudi berteman atau bahkan berdekatan dengan Kaylie si notabenya sampah yang menjadi sasaran buli.
Namun meski begitu nyatanya Kaylie berhutang budi pada Delia, karena berkat gadis ini yang rela meminjamkan seluruh buku catatan miliknya. Kaylie jadi bisa menyusul ketertinggalan materi selama tiga minggu terakhir.
"Kaylie."
Kedapatan melamun dengan wajah kosong, Kaylie tersentak saat Delia mendadak memanggil namanya.
Kaylie menoleh, menatap kearah gadis itu yang kini juga sedang menatapnya.
"Lo.. Gak punya temen ya?" ujar Delia tiba tiba.
Kaylie mengerutkan dahinya mendengar pertanyaan Delia, kenapa gadis ini bertanya? Bukankah jawabannya sudah jelas?
Ya! Kaylie tidak memilikinya.
"Gak." jawab Kaylie lugas.
Delia menghela nafas lalu memangku dagunya dengan sebelah tangan.
"Sayang banget, padahal lo secantik ini. Malah gak ada yang mau temenan sama lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE EXTRA'S
RandomON GOING - REVISI ____________________________________________ "Ini hidupku, entah itu suka maupun duka. Aku yang akan menentukan semuanya." _ Kaylie Bagaimana rasanya jika tubuh yang kamu mil...