21. Ryan de Mourin

181 24 0
                                    

"Sialan!"

"F*ck you lo semua!"

"Dasar bajingan, hiks."

Kaylie melirik prihatin kearah Delia yang berguling guling diatas rumput seraya terus mengucap sumpah serapah dan berbagai macam kata kata kasar lainnya.

Ia jelas tahu kepada siapa umpatan itu ditujukan.

Kaylie menghela nafas pasrah. "Baju lo entar kotor, jangan guling guling kayak gitu." ucapnya mengingatkan.

Delia berhenti, ia segera mengubah posisinya menjadi duduk diatas rumput. Memandang lurus dengan wajah penuh tekanan kearah Kaylie yang kini duduk disebelahnya.

"Kay, ini gak adil. Mereka yang punya masalah kok malah kita yang gak bisa makan, ini namanya pembatasan hak asasi manusia!" amuknya memburu.

Pasalnya kini keduanya belum makan apapun sedari pagi, alasannya sederhana.

Mereka terpaksa meninggalkan makanan mereka begitu saja dikarenakan konflik dan juga situasi di kantin mulai tidak kondusif dan memanas.

Bahkan Delia tak berpikir dua kali saat mendadak menarik tangan Kaylie dan menbawa nya lari, menjauh dari kantin dan dari para pengganggu itu.

Kaylie juga pada akhirnya harus pergi tanpa bisa memberi pelajaran pada Cecil dan teman temannya.

Alhasil mereka terdampar disini, ditaman samping sekolah yang saat itu pernah mereka lewati. Dengan kondisi perut keroncongan.

"Lo yang narik gue pergi, inget?"

"Hiks, iyaa. Trus sekarang gimana, gue laper. Tu bajingan juga pastinya sekarang masih ada dikantin." keluh Delia seraya menyentuh perutnya.

Jika Kaylie membenci rasa sakit, maka Delia amat sangat membenci rasa lapar. Ia akan sangat marah dan frustasi jika perut nya tidak memampung makanan dalam jumlah yang cukup.

Dan terlebih sekarang, ia kelaparan. Dan Delia benar benar sangat marah saat ini.

Kaylie menatapnya iba, ia merasa kasihan pada teman satu satunya itu.

"Kalo koperasi gimana? Gue pikir anak anak bakal ada jual makanan disana." ucap Kaylie memberi saran.

Wajah Delia seketika sumringah, matanya berbinar. Dengan cepat ia berdiri membuat Kaylie sedikit terkejut dengan gerakan tiba tiba temannya itu.

"Gue beli roti dulu di koperasi, lo! Jangan kemana mana. Tungguin gue disini, oke."

Delia melesat pergi secepat kilat dengan perasaan bahagia kala mengingat makanan yang berada di koperasi sekolah.

Kaylie menatap kepergian teman satu satunya itu dengan kekehan ringan.

"Apaan si tu anak." ucapnya geli.

Suasana seketika sepi senyap, meski saat ini jam masih menunjukkan waktu istirahat. Namun keadaan taman amat sangat sepi, beberapa saat lalu saat dirinya dan Delia baru menginjakkan kaki ditaman ini. Ia sempat melihat beberapa anak murid yang tampak tengah bercengkrama dan mengobrol dengan asyik dibagian lain taman, namun saat Kaylie kembali menoleh kearah dimana anak anak itu berada sebelumnya. Tempat itu kini kosong.

Dan itu artinya, Kaylie sendirian disini.

Ditaman yang selalunya sepi ini?

Meski yakin jika dirinya saat ini sendirian, namun Kaylie juga amat sangat yakin tidak akan ada hantu yang berani menunjukkan diri di siang hari bolong.

Jadi ia dengan tenang menutup nata dan bersandar pada batang pohon.

Itu anggapannya, sesaat sebelum sebuah bayangan mendadak menutupi tubuhnya yang tengah duduk berselonjor kaki dibawah pohon mangga.

THE EXTRA'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang