19. Cecillia Agatha

156 24 0
                                    

Kaylie celingukan menelaah sekeliling nya.

Dengan posisi terduduk sendirian disalah satu meja dikantin, ia menatap satu persatu orang orang yang kini berada disekitarnya.

Bertanya apa kiranya yang tengah dicari oleh Kaylie?

Tentu ia mencari sekelompok orang berandal yang dikabarkan akan masuk sekolah hari ini, sudah setengah hari. Dan ini sudah masuk jam istirahat, namun entah kenapa sekelompok orang orang itu masih belum ada menampakkan batang hidung mereka sedikitpun dihadapannya.

Padahal dalam novel dan di ingatan 'Kaylie' tercetak jelas, jika para bajingan itu bahkan tidak pernah membiarkan Kaylie memasuki lingkungan sekolah dengan seragam yang normal.

Entah itu mengotori seragam nya atau menyiramkan se ember air dingin di pagi hari pada Kaylie, orang orang itu pastinya akan selalu membuat Kaylie menjadi sorotan anak anak lain disekolah kemanapun gadis itu pergi.

Kaylie menghela nafas berat, jika mengingat perlakuan yang didapat oleh karakternya dulu. Serta tatapan mencemooh dan kasihan yang diterimanya dari anak anak lain, Kaylie seolah ingin memakan dan menelan para bajingan itu bulat bulat.

Pasalnya apa yang mereka lakukan pada karakter nya selama tiga tahun terakhir benar benar sudah kelewatan dan tidak bisa lagi dibiarkan.

Bersyukurlah Kaylie disini sekarang, menempati tubuh karakter pendukung ini dengan semangat juang yang membara. Ia tidak akan membiarkan tubuh yang ditempati nya ini menjadi sasaran perundungan oranglain lagi.

Tidak selama rasa sakit dari tubuh ini masih akan ditanggung olehnya.

Ia paling benci ketika harus merasakan rasa sakit dari luka fisik.

Sedangkan untuk rasa sakit pada hati, ia hanya mencibir dan tak menanggapi serius hal itu. Sakit hati? Apa itu? Sedari dulu hati nya sudah mati akibat perlakuan tidak adil para manusia di kehidupannya dulu.

"Makanan dateng~" Delia berujar ceria seraya menaruh nampan ditangannya diatas meja.

"Lo lama." tegur Kaylie dan Delia mengangguk. "Padahal gue bilang, gue bisa pesen sendiri."

Delia berdecak. "Udah si, apa beda nya juga lo yang pesen sama gue yang pesenin. Sama aja."

Kaylie sedikit menelaah makanan yang dibawa Delia. "Lo cuman bawa satu botol? Emang cukup?" tanya saat melihat satu botol minum yang tersedia diatas meja.

"Gue lupa." Delia cengengesan.

Kaylie mendengus, mendorong botol air mineral itu kearah Delia. Ia berdiri. "Buat lo aja, gue beli dulu bentar."

"Eh gausah, gue aja. Ini buat lo." tolak Delia langsung, seraya mencegah Kaylie yang hendak beranjak.

Kaylie mengernyit. "Gue aja ud–"

"Tanggung elah, lo duduk aja. Gue pergi beli minum dulu bentaran, oke?" tanpa meminta persetujuan Kaylie, gadis itu sudah lebih dulu ngacir pergi. Meninggalkan Kaylie yang menatap kepergiannya rumit.

Kaylie mengalah dan kembali duduk dikursinya, ia menghela nafas. Melihat tingkah Delia yang rela merepotkan dirinya sendiri demi memuaskannya, Kaylie tidak bisa tidak berpikir jika apa yang dikatakan anak anak sekelas hari itu memang benar.

Soal ia yang memanfaatkan Delia untuk kepentingan dirinya sendiri.

Entah bagaimanapun, gadis itu terlalu baik dan lugu. Meski Kaylie senang berteman dengan Delia, namun ia juga sedikit terbebani dengan sikap Delia yang selalu berucap 'gapapa, gue aja'.

Ia merasa tak enak, tapi mau bagaimana lagi. Semuanya sudah terjadi, Kaylie juga tidak mungkin memutuskan pertemanan mereka yang bahkan beluk genap satu minggu begitu saja.

THE EXTRA'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang