18. Tidak Bermaksud

190 26 1
                                    

Disaat jalanan dipagi hari tampak sibuk dengan berbagai macam kendaraan yang berlalu lalang.

Sekolah sekolah dimanapun memiliki kesibukan dan kepadatan yang sama, selayaknya jalanan macet dipagi hari.

Para murid murid berbondong bondong memasuki gerbang sekolah Garda pada pukul 07.10 pagi.

Tak terkecuali Sania, selayaknya tokoh penting. Kehadirannya tentu berpengaruh pada orang orang disekitarnya.

Ditambah sosok Sania memang pada dasarnya menarik perhatian, entah itu paras maupun setelan.

Sania yang memang sudah terlahir cantik dan kaya secara otomatis menjadi populer disekolahnya, bahkan pesona nya tak hanya memikat para kaum laki laki. Melainkan para perempuan juga tak sedikit yang terpana oleh sosok menakjubkan itu.

Namun sayang, tentu se sempurna apapun seseorang. Setiap orang sudah memiliki takaran kekurangan dan kelebihannya masing masing, baik didalam novel sekalipun.

Dan nilai minus yang dimiliki Sania adalah, sikap jahat dan bengisnya.

Tak sedikit murid murid yang menjadi korban ke kejaman gadis itu, terlebih sikap jahat Sania memang sudah terbentuk sedari dulu.

Dan terhitung selama tiga tahun ia bersekolah di Garda, sudah lima orang murid yang mengajukan permohonan pindah dengan satu alasan yang sama.

Yaitu ingin menjauh dan tak berada di sekeliling Sania.

Pihak sekolah tentunya marah akan perbuatan gadis itu, namun. Mereka tidak bisa berbuat apa apa, lantaran dukungan dibelakang Sania juga tak main main besarnya.

Jadi, mau tak mau. Pihak sekolah hanya bisa diam dan tak melakukan apa apa meski tahu Sania adalah dalang dibalik kepindahan lima orang murid itu.

Entah itu didunia nyata maupun didalam novel, semua orang akan selalu tunduk dibawah kekuasaan yang lebih besar daripada mereka.

Dan hal itu sudah berlangsung lama dan kekal.

Sania mengabaikan tatapan serta gasak gusuk orang orang disekitarnya, ia merogoh saku rok dan mengeluarkan ponsel abu abu miliknya itu.

Mengotak atiknya sejenak, ka menempelkan benda pipih tersebut ke telinganya.

"Lo dimana?" tanya nya to the point.

"Lima belas menit lagi sampe." Hera menyahut datar dari seberang.

"Oke."

Sania kembali menutup panggilan itu secara sepihak.

Singkat, padat, dan jelas. Tanpa ada unsur basa basi maupun kata kata yang tidak perlu.

Gadis itu terus melanjutkan langkahnya memasuki sekolah tanpa menyadari seseorang sedari tadi berjalan dibelakangnya.

Orang itu membungkuk, mengambil sebuah benda yang tadi sempat terjatuh dari saku rok Sania.

Kaylie menelaah benda itu, sebuah kunci.

Dan tampaknya kunci loker.

Kaylie yakin Sania akan memerlukan benda ini, ia perlu mengembalikannya.

Namun tentunya Kaylie tak akan membiarkan dirinya terlibat percakapan apapun dengan tokoh novel, terlebih seorang antagonis. Mau se singkat apapun itu.

Melirik sekeliling nya, matanya menangkap sesosok gadis mungil yang berjalan dengan gembira tepat disebelahnya.

"Permisi."

Ia menyentuh bahu gadis itu pelan, membuat sang empu menoleh.

"Iya? Hah! Ya ampun!"

Sedetik kemudian gadis itu berseru kaget seraya menutup mulutnya, tampak syok. Hal itu membuat Kaylie mengernyitkan dahinya halus.

THE EXTRA'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang