Na Jaemin, siswa yang baru saja lulus dari salah satu SMA di Seoul. Ia terpaksa harus bekerja sebagai barista di salah satu cafe karena keadaan ekonomi. Jaemin seringkali di panggil Nana oleh orang terdekat, itu panggilan dari Ibu panti, tempat ia di rawat sejak kecil.Jaemin tidak punya orang tua, lebih tepat nya setelah pembunuhan delapan belas tahun lalu saat ia baru saja di lahirkan. Sekumpulan orang jahat menghabisi nyawa kedua orang tua nya, beruntung nya salah satu dari orang itu ada yang menyelamatkan Jaemin dan menitip nya di panti asuhan.
Sampai sekarang, Jaemin belum juga menemukan orang-orang jahat itu. Dia bersumpah akan membunuh mereka satu persatu jika sudah menemukan nya. Ia akan membalaskan dendam dari semua rasa sakit nya selama ini.
Jaemin keluar dari panti atas izin Ibu di sana untuk bekerja dan hidup mandiri. Ia di berikan rumah kecil yang masih layak di pakai untuk Jaemin tinggal, itu rumah Ibu panti saat belum bekerja di sana, sekarang rumah nya kosong dan Jaemin di perbolehkan tinggal dan merawat nya.
Harapan Jaemin adalah ingin berkuliah mengambil jurusan fotografi. Ia sangat gemar memotret objek-objek yang indah. Walaupun hanya menggunakan ponsel pemberian Ibu panti, tapi hasil nya yang bagus membuat orang tertipu bahwa itu di potret lewat ponsel.
Jaemin hanya memiliki dua teman di sekolah. Mereka bisa di bilang orang mampu dalam ekonomi. Nama nya Haechan dan Renjun, dua anak yang selalu ribut namun juga akur di waktu bersamaan.
Namun setelah lulus, Haechan terpaksa meninggalkan Jaemin untuk kuliah di Jepang, begitu juga Renjun yang harus kuliah di China sekaligus menyusul kedua orang tua nya yang kebetulan tinggal di sana. Tapi Jaemin tak apa, ia ikut senang jika sahabat nya bahagia.
"Nana, kau bisa kan gantikan shif malam ku?" tanya salah satu barista.
"Eum? memang nya kau mau kemana?"
"Aku harus merawat Ibu ku yang sakit, bisa kah kau menggantikan ku?"
Jaemin mengangguk setuju. Dia memang tidak tau bagaimana rasa nya khawatir kehilangan Ibu, tapi ia sudah merasakan hidup tanpa seorang Ibu, ia tidak mau teman nya merasakan hal itu juga.
Jadi lah Jaemin yang menjaga cafe bersama satu teman nya, Shotaro. Pemuda Jepang itu sangat baik pada Jaemin, ia selalu membantu semua keperluan Jaemin di cafe ini, walaupun sebenar nya anak itu juga sibuk.
"Hyung, istirahat lah... aku yang akan menjaga cafe, lagi pula suasana sudah sepi" ujar Shotaro lalu melihat jam di dinding yang menunjukkan pukul 22.00, kebetulan cafe ini tutup jam 00.00
"Boleh kah aku beli makan dulu di luar? aku melupakan makan malam ku tadi" tanya Jaemin.
"Tentu, pergi lah makan" jawab Shotaro.
Jaemin mengambil jaket nya dan keluar cafe untuk mencari makanan. Pasti masih ada tempat makan yang buka di malam seperti ini, suasana memang sudah sangat sepi. Beberapa toko sudah tutup, dan hanya kendaraan berlalu-lalang.
Jaemin berhenti di salah satu food truck di pinggir jalan. Makanan nya enak, ia terbiasa makan di sana. Lagi pula pemilik tempat itu juga menyediakan kursi untuk pembeli nya makan.
"Selamat menikmati tteokbokki mu, pemuda" ujar penjual itu.
Jaemin duduk di kursi itu dan menikmati makanan nya. Tidak lupa dengan kopi americano nya. Jaemin itu gila dengan kopi, tidak bisa hidup tanpa kopi!
"YAK! BERHENTI!" teriak sekumpulan orang di ujung jalan.
Sekumpulan orang itu mengejar seseorang yang memakai jas hitam dengan penampilan layak nya boss besar.
Bruk!
"Yak!" Jaemin berteriak saat orang itu menjatuhkan makanan nya serta kopi nya.
Orang itu langsung berlari tanpa meminta maaf, namun dari nafas nya yang tak beratur, ia bisa merasakan rasa sesak orang itu. Jaemin merasa iba, ia segera menarik orang itu dan masuk ke dalam food truck nya.
"Bibi, bisakah kau menutup mulut jika ada orang yang bertanya?" tanya Jaemin yang sudah bersembunyi bersama orang itu.
"Tenang saja" jawab penjual itu.
"Hai wanita tua, apa kau melihat seorang pria yang berlarian ke arah sini?" tanya seseorang di luar sana.
"Tidak, aku hanya berjualan di sini"
Sekumpulan orang itu pun pergi meninggalkan daerah nya. Jaemin menghela nafas lega, namun melihat pria di samping nya yang sudah memejamkan mata nya membuat ia khawatir, kalau mati di sini bagaimana?!
"Yak! bangun! jangan tidur di sini" ucap Jaemin sembari menepuk pipi pria itu. Namun tidak ada jawaban.
Jaemin memantau daerah sekitar dan menghentikan taxi saat tidak melihat sekumpulan orang tadi. Dengan sangat terpaksa, ia menompang pria yang tak sadarkan diri tadi ke taxi dan membawa nya ke rumah sakit.
Sesampai nya di sana, pria itu di periksa oleh dokter. Jaemin membuka ponsel tersebut dan menghubungi seseorang dari kontak darurat dan hanya ada nama Mark Lee.
Mark yang mendengar kabar dari orang di sebrang sana tentang Jeno yang masuk rumah sakit segara bergegas pergi ke sana. Tidak sendiri, ada banyak orang memakai jas hitam juga di belakang nya.
"Siapa nama mu, pemuda?" tanya Mark.
"Na Jaemin"
"Terima kasih banyak sudah menolong nya" seru Mark sembari mengeluarkan dompet nya.
"Ambil lah, anggap saja ini balasan dari saya karena sudah membantu nya" ucap Mark menyodorkan beberapa lembar uang.
"Tidak perlu, aku akan pulang" pamit Jaemin sembari memberikan ponsel Jeno.
"Baiklah, mereka akan mengantar mu" ujar Mark menunjuk sekumpulan orang itu.
"Tidak, aku bisa pulang sendiri"
"Terima lah tawaran ini" pinta Mark.
"Baiklah, terima kasih Tuan"
Jaemin pulang di antar hanya dengan 2 orang penjaga. Ia sedikit gugup karena satu mobil dengan orang asing, terutama mobil mewah ini. Keringat nya tidak berhenti bercucuran.
"Tenang saja, kami tidak akan menyakiti mu, kami justru berterima kasih karena kamu sudah menyelamatkan boss kami" ujar salah satu dari mereka.
"Sebenar nya kalian ini siapa?" tanya Jaemin yang mulai penasaran.
"Mafia"
KAMU SEDANG MEMBACA
MAFIA[Nomin]
FanfictionNa Jaemin, anak lulusan SMA yang terpaksa bekerja sebagai barista di salah satu cafe kecil di kota Seoul. Tanpa di sengaja, menyelamatkan nyawa seorang mafia terkenal kejam di Korea Selatan, Lee Jeno. ‼️Nomin ⚠️bxb 🔞paham? jangan salah lapak.