7π • LuJ

53 13 27
                                    

Bab 7
-who are you-

π

Jingga baru bisa menghela napasnya lega setelah memastikan mobil papanya tak lagi terlihat dari tempatnya berpijak sekarang. Dalam hati dia menenangkan diri, merasa berdosa karena lagi-lagi membohongi papanya.

Meminta ijin untuk belajar kelompok, padahal memenuhi undangan menonton futsal dari Fajar.

Gadis itu mulai melangkah masuk ke dalam lingkup sekolahnya, sembari memastikan pakaian yang dikenakan cukup baik dipandang, dan tidak terlalu berlebihan juga untuk ukuran menonton pertandingan olahraga.

Di tengah-tengah keramaian lapangan indoor sekolah, Jingga mencari tempat duduk yang tepat di tribun, kemudian segera duduk di sana sebelum tempat strategisnya itu jadi rebutan.

"Hai!"

Jingga menoleh ke sebelah kanannya, terbeliak sejenak kala mengetahui sosok yang baru saja menyapanya. Dengan ragu dia membalas sapaannya, "hai?"

"Kenalin, gue Hanna. Anak baru, hehe."

Jingga menjabat lengan yang terulur itu agak ragu. "Jadi, lo Hanna Kaila ..."

"... Humeera," tambah gadis itu dengan seulas senyum sabit yang terpatri di bibirnya.

Jingga manggut-manggut. "Bener ternyata itu lo. Kandidat Bintang Cakrawala." Sekaligus mantannya langit, batinnya.

Hanna terkekeh kecil, menunjukkan raut malu-malunya, seolah menunjukkan image merendah diri di depan orang yang mengenalnya karena kandidat itu. "Dan lo?"

"Jingga," balasnya singkat.

"Apa lo Chalondra-Chalondra itu? Yang kandidat Bintang Cakrawala juga?" Jingga mengangguk singkat, dia menatap datar Hanna yang terlihat heboh dengan bertepuk tangan kecil seraya menunjukkan decak kagumnya. "Hebat!"

Alih-alih tersanjung, Jingga memaksakan senyumnya.

Hanna mengalihkan pandangannya ke lapangan, sementara Jingga masih menatapnya lamat-lamat, di kepalanya masih terpikir mengenai hari di mana dia bertemu cewek dekat mading. Mereka serupa, tapi tak sama.

Semakin diperhatikan, Jingga rasa gadis itu semakin tidak mirip dengan Hanna. Atau mungkin dia hanya salah lihat?

"Lo ngapain di sini?"

"Nonton cowok gue futsal," jawab Hanna dengan nada lembutnya yang khas.

Kedua alis Jingga bertaut. "Cowok lo anak sekolah lain? Karna 'kan ya lo bilang lo baru di sini."

Hanna terkekeh pelan seraya menggelengkan kepalanya dan membuat beberapa helai rambut gelombangnya bergerak-gerak. "Dia anak sini."

"Siapa?"

Kepala Hanna kembali mengarah ke lapangan, mengelilingkan pandang ke area sudut sana. Jingga bisa melihat dengan jelas perubahan sorot mata gadis itu menjadi berbinar seolah menemukan harta terpendam.

"Itu dia!" pekiknya kecil seraya mengarahkan telunjuk pada seseorang di sana. Diikuti suara riuh penonton ketika melihat satu persatu pemain futsal memasuki lapangan, menandakan acara segera dimulai.

Langit Untuk JinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang