MED 5 - MASA LALU ✓

53 4 0
                                    

MED PART 5 START!!

HAPPY READING!!!!

(◔‿◔)

⏮️⏮️⏮️

Dara adalah primadona SMP Permata. Ia adalah gadis periang yang senantiasa menebar senyum ramahnya pada orang-orang. Ia juga cantik, baik hati, ramah, sopan, dan rendah hati. Nampak seperti gadis sempurna tanpa cacat sedikit pun. Hal ini membuatnya dikenal oleh banyak orang, hingga tak sedikit dari mereka yang diam-diam memendam rasa. Namun, satu pun di antara mereka tidak ada yang berani mengungkapkan perasaannya.

Mengapa demikian?

Jawabannya hanya satu.

Dara sudah memiliki seorang kekasih. Sebut saja Ervan, pria satu-satunya yang berhasil meluluhkan hati seorang Adara Andalusia. Di mata Dara, Ervan adalah sosok paling berharga di hidupnya. Ia bersyukur memiliki kekasih yang pengertian, peka, dan royal.

Namun, suatu hari pandangannya terhadap Ervan berubah. Ketika ia mendengar satu kenyataan pahit, ia berhenti menganggap Ervan sebagai dunianya. Harapannya untuk terus bahagia bersama Ervan harus pupus. Dara enggan menaruh harap berlebih pada Ervan. Karena satu kenyataan itu telah membuat pintu hatinya tertutup rapat.

Jakarta, 06 April 2019

Rooftop SMP Permata

Dara terkekeh kecil di belakang pintu rooftop yang sedikit terbuka. Dia mengintip, berusaha melancarkan rencananya untuk mengejutkan Ervan yang biasanya duduk di kursi rooftop. Senyum polos terukir di ujung bibir Dara. “Ervan, siap-siap! Gue bakal kagetin lo,” bisiknya bermonolog.

Sementara Ervan hanya duduk santai sembari menyesap kopi tanpa sedikit pun menyadari keberadaan Dara. Ia ditemani oleh temannya. Namanya, Sean. Sosok pria playboy seribu mantan.

“Jadi?” Sean menjeda ucapannya. “Mau sampe kapan lo lanjutin tantangan dari Disha?” lanjutnya.

Ervan menghela napas. “Gue juga gak tau. Dara terlalu polos dan baik banget. Gue gak mau nyakitin dia,” balasnya.

“Lo harus cepetan tentuin gimana ke depannya. Gue kasian sama Dara yang dijadiin bahan tantangan permainan kita dua bulan lalu,” ujar Sean yang membuat Dara mengernyit tak paham.

“Terserah lo, deh.” Pasrah. Ervan sudah tak tahu harus bagaimana. Di satu sisi, ia sedikit merasa risih dengan keberadaan Dara. Tidak! Sebenarnya bukan karena Dara, melainkan tatapan-tatapan penuh kedengkian yang selalu ia terima dari pria-pria lain yang mengagumi Dara. Tapi di satu sisi lainnya, ia tidak tega memutuskan hubungannya dengan Dara. Dara itu orang baik. Tidak mungkin Ervan akan melukai hati gadis itu semena-mena.

“Gue tanya deh sama lo. Lo ada rasa sama dia?” tanya Sean yang membuat lamunan Ervan buyar. “Emm ... enggak!”

Dara tertegun mendengar jawaban spontan yang dilontarkan Ervan. Hatinya tertohok begitu mengetahui bahwa selama ini Ervan memacarinya hanya karena tantangan konyol mereka.

Dasar lelaki!

Dara menarik napasnya panjang lalu mengembuskannya perlahan, mengambil ancang-ancang untuk mendobrak pintu rooftop. Ia memasang senyum lebar-lebar, berusaha tegar.

Brakk!

“Dooor! Ervan!” teriak Dara yang melengking.

Ervan dan Sean terhenyak mendengar dobrakan sekaligus teriakan Dara yang melengking. Napas mereka memburu, takut Dara mendengarkan semua pembicaraan mereka dari awal.

“Da-Dara? Sejak kapan lo ada di situ?” tanya Ervan gelagapan.

Dara terkekeh. “Dari awal.”

Mendengar jawaban Dara, Ervan pun semakin panik. “Dar, ma-maafin-”

“Maaf kalau selama ini gue merepotkan lo.” Dara memotong pembicaraan Ervan. Ia menatap Ervan lekat, memandanginya dengan tatapan kosong.

Sudut bibir Dara terangkat, mengukir sebuah senyuman manis penuh arti. Manik matanya yang layu menatap mata Ervan, menelisiknya lebih dalam. Kali ini, Dara mendongak menatap langit cerah berawan yang disertai angin sepoi-sepoi yang menyapu setiap inci wajahnya. Ia menarik napas panjang berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh.

Sepersekian detik kemudian, Dara kembali menatap Ervan. “Hubungan kita cukup sampai di sini aja, ya.”

“Semoga lo bahagia, Ervan,” lanjut Dara.

“Dara ...” Ervan memanggil.

“Hm?” deham Dara merespon panggilan Ervan.

“Maaf.”

Satu kata itu benar-benar menusuk ulu hatinya. Dinding pertahanan Dara seolah didobrak kencang dari luar. Ia merasa sakit bukan main. Hati Dara hancur remuk tersisa serpihan kecil layaknya debu yang berterbangan. Salah satu sumber kebahagiaannya kini lenyap.

‘Ah, ternyata gini rasanya patah hati,’ batin Dara.

Dara tersenyum kecut. Ia hanya mendeham singkat merespon permintaan maaf Ervan.

“Ya udah, gue pergi dulu, ya. Jam kedua udah mau mulai.” Dara pamit pergi, menuruni tangga rooftop dengan senyum lebar yang masih mengembang.

Sementara Ervan merenung dengan pikiran yang berkecamuk. Dia tidak menyangka Dara akan menyembunyikan rasa sakitnya di depannya.

⏮️⏮️⏮️

“Dara?” panggil Thalia tiba-tiba mengejutkan Dara. Dara yang terkejut pun beralih menatap Thalia. “Hm ... kenapa, Tha?” sahutnya mendeham.

“Lo gak papa? Muka lo pucet,” tanya Thalia.

Dara tersenyum tipis. “Gue gak papa, kok.”

“Serius? Lo gak anemia, ‘kan?” tanya Thalia lagi dengan wajah khawatir. Di waktu yang bersamaan, Dean datang bersama dengan Kevin. Ia membawa botol air minum dan sebungkus roti yang baru saja ia beli di kantin. Melihat wajah Dara yang pucat membuatnya berinisiatif untuk memberikan roti dan air mineral itu untuk Dara.

Dara kembali dibuat terkejut. Di mejanya terdapat sebungkus roti dan sebotol air mineral. Ia menoleh menatap pelaku yang menyodorkan roti dan air mineral itu.

“Kalo laper, makan. Ntar lo sakit, nyokap lo yang repot.” Dean berucap dingin dengan mata yang terus menatap Dara lekat.

“E-Eh?”

“Makan. Gue yang beliin, gak usah diganti.” Seusai mengucapkan itu, Dean pergi mendekati Kevin yang sedang menahan senyum di dekat pintu.

Sementara itu, Dara terdiam sejenak. Tak menyangka Dean akan memberikannya roti dan air mineral.

Thalia tersenyum lebar. “Sudah lah, Mbak Dara. Terima saja lalu makan roti itu supaya berkah.”

“Ck! Suuut!”

⏮️⏮️⏮️

Jangan bosan buat ngikutin cerita MED terus yaa

Love u all mwah

see ya

(~ ̄³ ̄)~

My Enemy, Dean!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang