MED 16 UP!!!
HAPPY READING!
⊂((・▽・))⊃
🦋🦋🦋Dara, Thalia, Dean, dan Kevin berdiri menatap mading pengumuman yang menampilkan pengumuman hasil nilai ujian semester kemarin lalu. Mereka berdesakkan, mencari posisi yang nyaman untuk dapat melihat pengumuman tersebut dengan jelas.
Dara sudah berdiri dengan nyaman. Dia dapat melihat pengumuman tersebut dengan jelas tanpa terhalang kepala orang lain. Cewek itu sedang sibuk mencari namanya di daftar nilai ujian siswa/i peringkat sepuluh besar.
Beberapa menit setelah mencari dengan teliti, Dara akhirnya menemukan namanya di atas nama Dean. Sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman yang merekah lebar. Dia tersenyum puas mendapati namanya berada di peringkat pertama dengan nilai rata-rata 98,5.
Pandangannya menurun sedikit ke bawah. Sekali lagi, dia tersenyum semringah melihat peringkat kedua diisi oleh Deandra Theobasara dengan nilai rata-rata 97,9. Puas memandangi hasil nilai di mading, Dara memutuskan untuk mundur. Membiarkan yang lain untuk dapat bergantian melihat pengumuman tersebut.
Dara keluar dari kerumunan siswa yang berkumpul di depan mading seiring dengan Dean yang juga baru saja selesai melihat hasil ujian di mading. Mendapati Dean di dekatnya, Dara segera menghampiri cowok itu. Dia melipat lengan di dada sambil menaikkan dagunya angkuh. "Halo Mas 97,9."
Raut wajah Dean berubah datar. Dia mendelik tajam, berusaha mengabaikan ejekan Dara yang terlihat jelas sangat meremehkan dirinya.
"Uh, bombastic side eye." Dara tertawa renyah menertawakan ekspresi jengkel Dean yang terpampang jelas di wajahnya.
Dean mendengus. Dia menoleh ke arah Kevin yang menghela napas berat sembari berjalan mendekat ke arahnya. Setelah lama berjalan, Kevin kinj berdiri tepat di samping Dean. Dia menepuk pundak Dean pelan tanpa tenaga. "Kayaknya malam ini gue bakal kena marah sama-"
"Gue boleh tonjok muka lo, Vin?" Dean tiba-tiba saja memotong pembicaraan Kevin. Kevin tercengang mendengar pertanyaan yang baru saja Dean lontarkan. "Kenapa tiba-tiba mau tonjok muka gue?"
Menggeleng cepat, Dean kemudian menepuk pundak Kevin balik. "Gak papa. Muka lo nyebelin soalnya."
Reflek, Kevin mengelus dada. Seperti biasa, perkataan Dean selalu saja nyelekit. Jika terus seperti ini, bisa saja suatu saat Kevin akan berubah menjadi villain yang akan memusnahkan bumi dan isinya.
"Julid banget lo pagi ini. Kenapa dah?" Kevin menepis tangan Dean dari pundaknya. Cowok itu merasa sedikit merinding melihat ekspresi Dean yang sedang tidak bersahabat. Dia takut Dean benar-benar akan menonjok wajahnya.
"Dia kesel kayaknya sama gue, soalnya kali ini dia 97,9." Dara kembali bersuara. Dia tersenyum lebar penuh bangga. Mendengar celetukan Dara, Kevin pun paham mengapa pagi ini Dean sudah menampilkan raut wajah sangarnya.
Kevin menghela napas. "Lo masih syukur dapat nilai 97,9. Lah gue? Udah gak masuk sepuluh besar, nilai rata-rata gue cuma 57,2. Sial banget gue pasti seharian ini dimarahin nyokap. Nyokap bakal nyalahin semuanya ke hp," keluhnya tanpa jeda.
Kedua alis Dean bertautan. Raut wajahnya membentuk ekspresi jengkel. "Gue berdiri di sini bukan untuk adu nasib sama lo!”
“Jangan pernah bandingin nilai gue sama nilai lo. Rasanya sama aja kayak lo bandingin kejernihan air di sungai nil sama air di kali ciliwung." tukas Dean mendengus.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Enemy, Dean!
JugendliteraturMereka berdua adalah sepasang sahabat dekat yang terpaksa berpisah karena suatu alasan. Perlahan menjaga jarak, mengurangi komunikasi, hingga pada akhirnya mereka berhenti berinteraksi satu sama lain. Sepasang sahabat tersebut adalah Adara Andalusi...