HAPPY READING!!!!!
🦋🦋🦋
Minggu pagi tepat pukul setengah sembilan, Dara masih santai di sofa kamar dengan mengenakan kaus putih dan celana pendek.
Gadis itu sibuk mengunyah biskuit cokelat sembari menonton anime di laptop. Dia bahkan menghiraukan ketukan yang terdengar berkali-kali dari pintu kamar.
Karena lama tidak mendengar jawaban dari Dara, akhirnya sang pengetuk pintu terpaksa membuka pintu kamar tanpa seizin sang pemilik. Orang yang sedari-tadi mengetuk pintu kamar Dara adalah Diero, kakaknya.
Melihat sang adik yang masih duduk dengan pakaian lusuh membuat Diero menghela napas gusar. Dia mendecih sinis melihat sang adik yang dengan santai menonton anime, menghiraukan dirinya yang sedari-tadi memanggil gadis itu dari luar. Bahkan setelah dia menggebrak pintu kamarnya pun, gadis itu sama sekali tidak menoleh ataupun bergerak. Dia masih sibuk dengan laptopnya.
Sembari berkacak pinggang, Diero menggelengkan kepala. Dia heran, bagaimana bisa Dara tidak menyadari keberadaannya? Padahal seharusnya fokus gadis itu sudah terganggu dengan suara-suara rusuh dari ketukan pintu barusan. Tapi anehnya, gadis itu masih dengan fokus menonton salah satu scene fight dari sebuah anime dengan konsentrasi penuh. Benar-benar di luar haikal.
"Telinga lo budek?" tanya Diero yang membuat Dara menoleh singkat lalu dengan acuh tak acuh, dia kembali menatap layar laptop seolah tidak terjadi apa-apa.
Diero jadi sedikit merasa khawatir. "Lo gak budek beneran, kan?" tanyanya memastikan.
Pertanyaan itu dibalas dengan gelengan kepala oleh Dara. "Ngapain lo ke kamar gue? Mau join nonton anime?"
Alih-alih menjawab pertanyaan Dara, Diero malah mendekat ke sofa. Dia berdiri tepat di depan Dara, menghalangi Dara yang sedang menatap lekat layar laptop yang terletak di meja.
Kesal karena merasa terganggu, Dara pun menendangi kaki Diero, berharap agar sang kakak segera pergi dari hadapannya. "Minggir lo! Ganggu aja!"
Tidak mau menjadi samsak tinju adiknya, Diero lebih memilih mengikuti permintaan Dara. Dia pindah tempat. Tapi, pindah tempat yang dimaksud di sini tidaklah terlalu jauh. Diero hanya berpindah beberapa langkah saja. Kali ini, dia berdiri tepat di belakang laptop Dara.
Melihat gelagat Diero yang mencurigakan membuat kedua alis Dara bertautan. Tingkah mencurigakan Diero yang seperti ini justru menimbulkan beberapa pertanyaan di benaknya. Sejak tadi, dia menyadari ada yang tidak beres dengan tingkah kakaknya ini.
Dia curiga Diero akan melakukan sesuatu.
Dan benar saja, kecurigaan Dara terjadi. Diero tiba-tiba menutup laptop Dara dengan tampang tak bersalah. Otomatis, laptop milik Dara mati. Tayangan anime yang menampilkan fight scene ter-epic pun terlewatkan seketika.
"Apaan sih lo ganggu aja! Tadi lagi seru-serunya!" gerutu Dara mendengus kesal. Bagaimana tidak? Fight scene yang terpotong tadi adalah fight scene yang sangat dia tunggu-tunggu. Dia benar-benar menantikannya. Tapi, Diero malah merusak momen gereget yang sedang dia rasakan.
Benar-benar perusak suasana.
"Siap-siap sana pake baju yang rapi. Kita keluar sekarang." Diero membersihkan sisa-sisa makanan dan juga beberapa bungkus plastik camilan yang berserakan di mana-mana. Setelah mengumpulkan semua, cowok itu membuangnya ke tempat sampah di dekat rak buku. Tak lupa, dia juga mengembalikan buku-buku yang tersimpan di lantai kembali ke tempatnya.
Sementara Diero sibuk merapikan kamar, Dara hanya mengamati kakaknya itu dengan tatapan heran. Dara memerhatikan Diero yang mondar-mandir ke sana ke mari untuk membersihkan kamarnya yang berantakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Enemy, Dean!
Teen FictionMereka berdua adalah sepasang sahabat dekat yang terpaksa berpisah karena suatu alasan. Perlahan menjaga jarak, mengurangi komunikasi, hingga pada akhirnya mereka berhenti berinteraksi satu sama lain. Sepasang sahabat tersebut adalah Adara Andalusi...