MED 31 UP!
LOVE U ALL GUYS MWAH MWAHHAPPY READING🥳
🎁🎁🎁
Mereka berdua kembali lagi, ke sebuah toko suvenir yang sudah mereka kunjungi sebelumnya.
Dean menuntun Dara, membawanya ikut masuk ke dalam toko, mengajak Dara memilah-milah mana kira-kira hadiah yang cocok untuk diberikan pada sang kekasih di hari ulang tahunnya. Sementara Dara hanya bisa pasrah mengikuti ke mana Dean membawanya pergi.
Pengunjung yang berada di sekitar mereka berdua diam-diam berbisik, bergosip pelan sembari memandangi Dean dan Dara yang berjalan kesana-kemari dengan kedua telapak tangan yang saling menggenggam erat. Dara menunduk, tidak mampu bertatapan langsung dengan orang-orang di sekitarnya.
Mungkin saat ini, mereka sedang membicarakan kemesraan Dean dan Dara.
"Ini bagus gak?" tanya Dean sembari menyodorkan sebuah cangkir minuman bermotif kucing hitam.
Dara mengangguk sembarang, tidak terlalu memerhatikan barang-barang yang Dean tunjukkan padanya. Jujur saja, ia terlalu gugup untuk sekadar mengucap sepatah kata. Jangankan menjawab, menatap mata Dean saja ia sudah kikuk tak karuan.
'Tenang Dara, gak usah gugup. Dia cuma pegang tangan doang. Lo gak usah bawa perasaan.' Batinnya bergemuruh hebat, men-denial perasaannya sendiri.
Dean menghela ringan. "Gue tanya dari tadi lo ngangguk-ngangguk mulu. Sebenernya barang yang gue liatin ke lo itu beneran bagus apa nggak, sih? Gue jadi bingung."
"H-Hah?" Dara gelagapan. Ia melihat ke arah lain, berusaha menghindari kontak mata dengan Dean. Dean menyadari tingkah aneh Dara tersebut. Ia menaruh cangkir ke tempatnya semula sebelum akhirnya memandangi Dara lekat. "Lo denger gue, kan?"
"G-Gue denger kok."
"Denger apa?"
"I-Itu ..."
Sial. Dara tidak bisa fokus sama sekali. Ia jadi tidak ingat tadi Dean bertanya apa saja.
"Lo kenapa, sih?"
Dara memejamkan mata, mengambil napas panjang kemudian mengembuskannya perlahan, berusaha mengatur ritme jantung yang berdetak tak karuan. Dara harus bisa menguasai rasa gugup ini. Ia harus bersikap biasa saja.
Benar, tidak ada yang spesial dari yang namanya pegangan tangan. Seperti namanya, itu hanya pegangan tangan biasa. Tidak ada perasaan yang menyertai. Dara tidak boleh membawanya dengan serius, apalagi berurusan dengan perasaan.
Kembalilah dinding pertahanan yang tinggi dan kokoh. Dinding pertahanan yang membatasi perasaan antara dirinya dengan Dean. Ia harus kembali menjadi gadis biasa dengan hati kosong tanpa perasaan suka, sayang, dan cinta.
Dara harus membuang itu jauh-jauh sebelum ia terjerumus terlalu dalam, terperosok hingga tertatih-tatih susah payah untuk kembali berdiri.
Benar ... Dara tidak perlu percaya siapa pun. Dara tidak perlu menaruh kepercayaan pada pria di depannya ini.
Ia tidak perlu menaruh harapan yang besar. Karena sejatinya, harapan yang terlalu tinggi suatu saat nanti akan membuatnya hancur berkeping-keping.
Dara sudah pernah merasakannya. Ia tahu betul seberapa besar perjuangan yang ia lakukan agar dapat kembali berdiri dengan kedua kakinya sendiri.
Sudah terlalu banyak yang ia lakukan hingga ia bisa bangkit kembali seperti sekarang. Itulah sebabnya Dara tidak bisa kembali lagi, kembali terjerumus ke dalam jurang percintaan yang memabukkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Enemy, Dean!
Fiksi RemajaMereka berdua adalah sepasang sahabat dekat yang terpaksa berpisah karena suatu alasan. Perlahan menjaga jarak, mengurangi komunikasi, hingga pada akhirnya mereka berhenti berinteraksi satu sama lain. Sepasang sahabat tersebut adalah Adara Andalusi...