MED 39 - BENANG MERAH

4 1 0
                                    

HAPPY READING YEAAYAYYYY MAY HANEEEYYYYYY

HOPE YALL LUV THIS PART

MWAH MWAH😋😋😋

🧬🧬🧬

"Waktu hari pertama, banyak yang ngeluh kalo gue terlalu kasar sama lo." Thalia memotong kue kemudian memberikan kue tersebut pada Maya. Kali ini, ia menatap Dara dengan sorot teduh yang menenangkan. Dara hanya terdiam memangku boneka beruang putih sembari menunggu Thalia melanjutkan penjelasan mengenai prank yang ia buat.

"Selama lo nangis di kamar mandi sekolah, nyaris semua orang di kelas komplain ke gue."

"Mereka bilang, 'Tha, kok jahat banget, sih,' 'Tha, dia nangis loh,' 'Tha, jangan terlalu kasar dong.' Padahal sebelumnya mereka semua udah deal dengan keputusan gue." Thalia melirik Dean, salah seorang di antara teman kelasnya yang juga ikut memprotes rencana Thalia.

"Akhirnya, gue ancam mereka semua di grup chat. Gue bilang, 'siapapun yang berani komplain rencana gue, gak akan punya temen sampe lulus sekolah.' Untungnya, mereka semua nurut dan berakhir mengikuti semua perintah gue."

"Uwah sasuga riidaa." Dara terkekeh.

"Sepulang sekolah, gue yakin Tante Derina juga pasti nanyain, kan?" tebak Thalia tepat sasaran. Dara mengangguk mengiyakan. Kemudian Thalia menunjukkan isi chat-nya dengan Derina. "Gue bilang sama nyokap lo, alasan lo nangis hari itu, alasan gue melakukan itu, dan gue juga minta nyokap lo untuk pura-pura gak tau kalo itu semua cuma prank."

Flashback ....

"Ya sudah kalo gitu. Mama ikut lega. Walau pun temen sekelas cuekin kamu, setidaknya masih ada mereka bertiga yang nemenin kamu." Derina menghela napas lega. Ia mengelus pundak putrinya. "Mama pikir, Thalia ikut jauhin kamu juga."

Dara menunduk dalam, seolah menyembunyikan sesuatu darinya. Merasa putrinya sedang berbohong, Derina pun bertanya lagi, "Kamu-"

Drrrrttt ... drrrtt ....

Ponsel Derina berdering. Ia segera mengambil ponsel yang ada di dalam saku kanan celananya. Melihat nama Thalia tertera di sana, membuat Derina mengurungkan niat untuk kembali bertanya pada Dara. Ia justru tersenyum, mengelus puncak kepala putrinya lembut mencoba memahami kebohongan Dara. "Ya sudah, sekarang makan dulu, ya. Mama udah masak makanan kesukaan kamu."

Dara tersenyum. "Iya, Mama duluan aja, nanti Dara nyusul. Dara mau ganti baju dulu."

"Okee." Derina ke luar kamar. Ia menuruni tangga, berjalan menuju meja makan kemudian duduk di salah satu kursi dapur. Membuka chat dari Thalia, Derina mulai membaca satu persatu bubble chat yang dikirim dari sahabat putrinya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Enemy, Dean!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang