MED 43 - GOSIP

12 1 0
                                    

😻MED APDETTTTT 😻
AK BARU SELESAI ULANGAN GUYS
YUHUUU

LOP YALL MWAH

🗣️🗣️🗣️

“Kemarin empat sekawan itu sempat berantem di lorong.” Seorang gadis dengan rok pendek sepaha memulai pembicaraan, menggosipkan suatu kejadian yang baru saja tadi kemarin. Tepat pada saat yang bersamaan, seorang gadis lainnya yang berambut pendek sebahu, tiba-tiba datang dan ikut menimbrung.

“Hah serius? Karena apa?” tanyanya.

“Rumornya sih, karena si Dara itu,” jelas Vela, gadis yang mengenakan rok pendek sepaha.

Tasya, salah satu teman Vela mendecih sebal. “Ya elah, dia mulu.”

“Kemarin aja heboh banget kan yang prank itu?” Tiba-tiba, Laila menyaut. Gadis itu menguping pembicaraan mereka dari jendela dalam kelas. Mengetahui dua temannya yang sibuk menggosip di bangku depan kelas, ia pun segera menghampiri.

Tasya mendongak. “Iya, sih, tapi katanya itu cuma gimmick aja.”

“Nah, ini dia yang menarik,” ujar Vela yang mengundang rasa penasaran dari Tasya dan Laila.

“Apaan?” tanya Tasya dan Laila bersamaan.

“Katanya, keributan yang baru terjadi kemarin itu, bukan gimmick sama sekali,” papar Vela.

Mereka berdua melotot. Sebagai trio cabe-cabean yang dijuluki gosipper terbrutal, mereka bertiga cukup terkejut dengan kabar tentang keributan yang terjadi baru-baru ini. “Gila, serius?”

Vela mencibir. Bibirnya monyong ke depan, memberi ekspresi meledek yang membuat siapapun yang melihatnya dapat merasa kesal bukan main. “Iya, mereka sampe main tangan ke Dean.”

“Cius? Mi apa?” tanya Tasya dengan nada lebay.

“Serius, gue ada videonya, kemarin ada yang sempat videoin mereka.” Vela mengeluarkan ponsel, membuka aplikasi WhatsApp kemudian melihat isi grup chat khusus gosipper terkenal di Oliver High School. Ia mencari video bukti dari gosip yang sedang mereka bicarakan.

Tasya menggelengkan kepala, mengetahui circle pertemanan di kelas sebelah yang sedang goyah. “Ya ampun. Gila banget ya mereka, sampe segitunya gara gara mentingin si Nyonya Princess no effort itu.”

“Biasalah, Tuan Putri, maunya dimanja.” Laila tertawa remeh. Ia mendelik tajam, memberi sorot penuh kedengkian.

“Nyusahin banget, najis. Kata gue sih, mending pindah sekolah aja sana.” Bergidik geli, Tasya berlagak seolah ia hendak muntah.

Vela mendengus. “Iya lagi, bikin malu banget.”

By the way, mau liat video waktu mereka baku hantamnya gak?” tawar Vela yang membuat Tasya dan Laila terpancing.

“Mana, mana, mau liat dong-”

“Yo.” Seseorang menyaut. Gadis itu berdiri di depan mereka bertiga. Mencondongkan badan, ia mencoba melihat layar ponsel Vela yang sedang menampilkan video berdurasi dua menit lebih.

“Apa, oi? Mau liat juga lo, Tha?” tanya Vela tanpa melirik siapa orang yang ikut menimbrung.

“Mau dong mau ... liat apa, nih?” keponya.

“Liat ini nih, si circle sebelah ribut.” Tasya menunjuk layar ponsel Vela.

“Oh, ya?"

“Itu gue gak, sih?” Thalia berkacak pinggang. Ia menggelengkan kepala, mengetahui ketiga gosipper kurang kerjaan tersebut tidak menyadari keberadaannya.

My Enemy, Dean!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang