MED 33 - MAAF MAMA ✓

13 3 0
                                    

MED PART 33 UPDATE!!!
🥳HAPPY READING🥳
LOVE U ALL GUYS

🙏🙏🙏

"Dara pulang." Dara membuka pintu, memasuki rumahnya yang ramai dipenuhi oleh suara sang ibunda yang tengah memasak untuk makan malam. Menyadari Dara sudah pulang, Derina pun tersenyum menyambut putri kesayangannya. "Eh, anak mama sudah pulang."

Dara menunduk menyembunyikan mata yang sembap dan bengkak. Ia mendekati sang bunda kemudian mencium punggung tangan Derina. "Dara masuk kamar ya, Ma."

Derina tertegun. Ia menatap Dara dengan sorot kebingungan. Biasanya, setiap pulang sekolah Dara selalu duduk di ruang tamu terlebih dahulu, mengambil snack ringan dan minuman di kulkas, kemudian menonton TV sampai Derina selesai memasak makan malam. "Loh, tumben?"

"Dara ngantuk, Ma."

Melihat putrinya yang menunduk, membuat Derina merasa Dara sedang menyembunyikan sesuatu. Ia mengelus puncak kepala Dara kemudian menangkup kedua pipi Dara. "Kamu kenapa, sayang?"

Sebuah gelengan lemah menjawab pertanyaan Derina. Dara enggan memberitahu sang bunda perihal masalah yang tengah ia alami saat ini. Tidak seharusnya ia membebani Derina. Ia tahu, Derina sudah cukup kelelahan mengurus urusan rumah tangga. Ia tidak mau membebaninya lagi dengan masalah yang ia alami.

Tak apa, hanya masalah kecil. Esok hari pasti akan mereda.

"Dara nggak papa, Ma. Cuma capek aja hari ini," jawab Dara menyunggingkan senyum lebar menepis kekhawatiran sang bunda. Derina menghela berat. Ia tidak yakin putrinya benar baik-baik saja. "Ya sudah. Istirahat, gih. Jangan lupa ganti baju dulu."

"Iya, Ma."

Dara pergi. Ia menaiki tangga hendak masuk ke kamar. Sementara itu, Diero ke luar dari kamar. Ia berjalan menghampiri Derina kemudian meneguk sebotol air mineral dari kulkas. Melihat Dara yang berjalan lunglai menaiki tangga, membuat keningnya berkerut bingung. Tak biasanya Dara langsung masuk ke kamar setelah pulang sekolah.

"Tumben langsung ke kamar?" tanya Diero yang membuat Dara menghentikan langkah. Dara menoleh menatap Diero dengan sudut bibir yang terangkat paksa. "Capek."

Ia kembali berjalan menaiki tangga, mengabaikan Diero.

Alis Diero terangkat sebelah. "Dia kenapa, Ma? Abis diputusin pacarnya?"

"Nggak tau. Lagian, emang dia punya pacar?" tanya Derina balik.

"Dean?"

"Mereka pacaran?"

"Mungkin aja."

"Mama gak begitu yakin." Derina membuang sampah cangkang telur kemudian mencuci tangan. "mata Dara sembap, bibirnya pucat. Kayak abis nangis."

Diero memasukkan botol air ke dalam kulkas sebelum akhirnya membantu Derina mengiris bawang putih. "Ada masalah sama Dean kali."

"Dean mulu." Derina berkacak pinggang, tidak terima Diero menyalahkan Dean terus-menerus. "bisa aja dia ada masalah sama yang lain."

"Habisnya kan kita gak tau masalah dia sama siapa." Diero mengedikkan bahu acuh tak acuh.

"Dia itu kalau ada masalah sama Dean, selalu berani ngebales, berani berargumen. Mentok-mentoknya dia berantem, ya paling ngomel-ngomel ke Mama, curhat kalo dia gak suka Dean. Gak pernah sampe nangis," jelas Derina yang membuat Diero manggut-manggut paham.

"Kalo bukan karena Dean, karena apa dong?"

Derina menunduk. Ia menghentikan aktivitas sejenak sebelum akhirnya menggelengkan kepala, menepis pikiran negatif yang muncul di benaknya. Sedikit terpikirkan jika Dara sedang berselisih dengan sahabat dekatnya, Thalia.

My Enemy, Dean!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang