MED 8 - YA UDAH KITA COBA! ✓

56 5 0
                                    

Haloo cerita ini lagi tahap revisi
kalau ada alur yg kurang nyambung, mohon dimaklumi yaa. luv luv

Jangan lupa vote, komen, dan terus ikuti cerita 'My Enemy, Dean!’ sampai end.

Thanks

(。♡‿♡。)

🤷‍♀️🤷‍♀️🤷‍♀️

Malam ini pukul 08.50 seluruh anggota keluarga Dara masih sibuk mengobrol di ruang tamu. Kondisi Dara sudah mulai membaik. Suhu tubuhnya yang semula panas, sekarang sudah kembali normal. Kini, gadis itu terduduk di kursi taman belakang rumah sembari memangku laptop, mengabaikan suara bising dari jangkrik yang singgah di pepohonan

“Udah malam, ngapain diem di luar?” Suara itu berhasil membuat Dara terkejut. Dara menoleh, mendapati Dean yang berdiri sembari memegangi segelas susu cokelat hangat kesukaan Dara.

“Masuk sana, di luar dingin,” suruh Dean yang tak digubris oleh Dara. Alih-alih menuruti perintah Dean, Dara justru mengalihkan pandangan menatap indahnya bulan ditemani kelap-kelip bintang kecil di langit. Malam ini, bulan terlihat lebih bersinar.

“Awas kelilipan,” celetuk Dean yang langsung dibalas sorot tajam oleh Dara.

“Gue tau gue ganteng. Liatinnya biasa aja kali,” narsis Dean yang sontak mengundang ekspresi jijik di wajah pucat Dara.

Dean terkekeh kecil. Ia berjalan menghampiri Dara lalu menyodorkan susu hangat yang ia bawa pada Dara. “Dingin-dingin gini duduk di luar, nggak pake jaket pula. Mau sakit lagi lo?”

Dara tak menjawab. Ia sibuk menyeruput susu cokelat itu dengan nikmat.

“Lo bisu?”

Uhukk ... uhukk ....

Dara terbatuk-batuk. Ia menepuk dadanya yang terasa sesak usai terbatuk beberapa kali. Kali ini, ia memberi sorot tajam menghunus iris mata Dean. “Apa lo bilang?”

Dean mengedikkan bahu. “Abisnya dari tadi gue ngomong gak dijawab,” balasnya enteng.

Tak ingin memperpanjang perdebatan, Dara pun memutuskan untuk kembali fokus pada laptop, mengabaikan Dean yang tersenyum penuh kemenangan. Sementara Dean terdiam, menatap Dara lekat dengan sorot teduh yang menenangkan. Tanpa sadar, pria itu telah memerhatikan Dara secara terang-terangan. Ia terbuai dengan pesona gadis berkulit pucat tanpa seoles bedak pun yang menghiasi wajahnya.

Natural, tetapi mampu membuat pria itu terpana.

Sadar dirinya sedang diperhatikan, Dara pun meneguk ludah berusaha mengusir rasa gugup yang menyerang. Tanpa menoleh, ia menghela napas kemudian berkata, “Mata lo udah biasa jelalatan, ya?”

Dean tersenyum, mengabaikan ucapan Dara. Ia menopang dagu tanpa mengalihkan pandangannya sedikit pun.

Dara mendelik jengkel. “Lo kalo gak ada kerjaan mending pergi deh. Sumpek gue liat muka lo-”

“Lo cantik.”

Dua kata itu berhasil membuat Dara terbungkam. Jari-jemari yang semula bergerak lincah di atas keyboard kini berhenti seketika. Kedua pipi Dara memerah bak tomat rebus. Semburat rona merah itu nampak kentara di mata Dean, membuat Dara menunduk hingga beberapa helai rambut menutupi wajahnya.

Dean mengerutkan kening. “Lo kenapa? Demam lagi?”

Dara membuang muka. Cewek itu berusaha keras menenangkan jantungnya yang berdegup kencang. “Diem lo!”

Dean berkedip. Memandangi wajah Dara lekat lalu ia terkekeh kecil, merasa Dara yang saat ini tampak berbeda dari biasanya. Cowok itu beralih menatap ke langit. Dia menghirup udara malam yang sejuk. Suasana malam ini terasa menenangkan. Dengan ditemani suara gemericik air mancur dari kolam ikan di sudut taman, juga ditambah dengan suara jangkrik di malam hari.

Menolehkan pandangan, Dara dapat melihat wajah tampan Dean dari samping. Tanpa sadar, Dara mulai terlarut dalam lamunannya. Dia jadi teringat, banyak orang yang mengatakan bahwa Dean masuk ke kategori lelaki tampan di SMA-nya. Terbukti benar bahwa Dean ialah seorang pria tampan yang mampu memikat hati kaum hawa dengan mudah.

Sudut bibir Dara terangkat mengukir senyum tipis yang nyaris tidak terlihat. “Awas mata lo kelilipan durian.”

“Buta dong gue.”

Aamiin.”

Dean terkejut. “Jangan diaminin lah! Parah banget lo.”

Dara melengkungkan bibir, membuat senyum hangat terbentuk di sana. Kini, cowok itu dibuat tergugah. Ia membeku di tempat, memandangi raut cerah di wajah Dara yang jarang sekali ia lihat. Lima detik yang sangat berarti bagi Dean, juga lima detik yang terasa sangat lama bagi Dara.

Gadis itu memalingkan wajah, mencoba kembali fokus pada laptop. “Biasa aja kali liatnya. Kayak yang gak pernah liat gue senyum aja.”

“Kan emang iya? Gue jarang liat lo senyum,” tutur Dean jujur.

“Masa?” tanya Dara balik.

“Iya, tiap ketemu gue, ekspresi lo kecut banget.”

Dara mendengus. Namun, ia tak lagi memberi respon, hanya kembali sibuk dengan dunianya. Sementara Dean mendongak. Lagi-lagi menatap langit malam yang diterangi bulan purnama dan beberapa bintang kecil yang berkelap-kelip. Ia menghirup oksigen sebanyak mungkin sebelum akhirnya mengembuskannya perlahan.

“Dari dulu gue kepikiran, gimana ya kalo gue punya cewek kayak lo?” tanya Dean.

“Emang yakin ada cewek yang mau sama lo?” tanya Dara balik, masih dengan mata yang terfokus pada laptop.

“Yakin lah!” Dean bersedekap angkuh. “Cewek mana yang nggak mau sama cowok seganteng gue?”

“Idih najis!” Dara mendelik. “Kata gue, mendingan lo pergi sana!” usir Dara.

“Gue pergi nanti lo kesepian.”

“Kurang-kurangin pedenya, Om!”

Dean terkekeh kecil. “Kayaknya kalo gue punya cewek kayak lo, tiap hari kerjaannya ribut mulu deh.”

“Gak penting banget isi pikiran lo!” ketus Dara acuh tak acuh.

“Penting bagi gue, sih.”

Hening sejenak. Untuk sepuluh detik ke depan, Dara tidak memberi respon. Ia sibuk mengetik, mendapat banyak inspirasi untuk cerita novel yang ia tulis. Hingga setelah beberapa detik keheningan melanda, Dara memberi jawaban asal. “Ya udah, mau coba?” tawarnya secara tak sadar.

Dean membeku sejenak. “Coba apa?” tanyanya memastikan.

“Tadi apa?” tanya Dara balik. Ia tak ingat topik yang mereka bahas sebelumnya. Lagi pun, ia hanya merespon sesuai dengan apa yang muncul di pikirannya secara spontan.

“Pacaran sama cewek kayak lo.”

“Ya udah itu”

“Y-Ya udah kita coba.”

🤷‍♀️🤷‍♀️🤷‍♀️

DIHHHHHHHH?????

EMANG BOLEH SEGAMPANG ITU?

YOWES AKU MW JDI PACAR KEDUAMU AJA MAS DEAN

MWAH MWAH

Makasih buat kalian yang udah ikutin cerita 'My Enemy, Dean!' sampe sini.

Lope sekebon ♡♡♡♡

⊂(◉‿◉)つ

My Enemy, Dean!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang