Happy Reading!!!!!!!!😚😚🎉🎉
🦋🦋🦋
Tiga hari berlalu.
Dara masih saja menjauhi Dean. Dengan rentang waktu yang terbilang cukup lama, otomatis Dean menyadari sikap Dara yang semakin hari semakin berubah. Namun, cowok itu sama sekali tidak mengetahui penyebab Dara berubah. Dia pikir, mungkin saja Dara sedang dalam masa PMS atau mungkin saja Dara memang sedang malas berdebat dengannya.
Selama tiga hari itu juga, Dara bersusah payah menghindari Dean. Sebisa mungkin dia berusaha tidak terlalu dekat dengan cowok itu. Bahkan untuk sekedar bertatapan saja Dara sudah enggan, apalagi untuk berbicara dengannya.
Mendengar cerita Dara kemarin, Thalia jadi merasa iba. Sebenarnya dia ingin bertanya pada Dean, siapakah wanita yang tiga hari lalu bersamanya di mall. Tapi setiap kali dia ingin bertanya, Dara selalu mencegahnya.
Dia meminta Thalia untuk tidak mencari tahu lebih lanjut tentang wanita itu. Alasannya simpel, Dara hanya tidak siap merasakan sakit ketika dia mendengar jawaban Dean.
Thalia menghela berat menghadapi jalan buntu. Ia tidak tahu harus mencari informasi di mana, karena Dean sendiri bahkan tidak pernah menceritakan tentang cewek itu kepada Kevin yang ber-notabene sahabat dekatnya. Kalau saja Dean pernah bercerita, mungkin Thalia akan dengan mudah mendapatkan jawabannya.
Dia bisa saja bertanya pada Kevin karena Kevin pasti akan dengan cepat memberitahunya.
Kembali menghela napas, Thalia menggelengkan kepala ketika dia lagi-lagi melihat Dara yang bertingkah seolah-olah tidak melihat Dean yang saat ini sedang berdiri di depan bangku mereka berdua. Dara membuka buku, menutup wajah sambil berpura-pura asyik membaca buku itu.
Thalia menepuk bahu Dara. "Dar, ada Dean."
Tidak ada respon.
Dara masih diam dengan posisi duduk tegap, dengan muka yang ditutupi oleh buku. Sementara Dean yang masih berdiri di tempat, menaikkan alisnya sebelah. "Udah tiga hari lo gini. Kenapa? Gue ada buat salah sama lo?"
Buku yang menutupi wajah Dara itu menurun sedikit, menampilkan sedikit kelopak matanya yang layu. Dara melirik Dean singkat. "Nggak ada."
Satu kata itu berhasil membuat Dean menghela napas kasar. Dia benar-benar tidak mengerti dengan wanita. Entahlah, hanya saja ... wanita seolah selalu memaksa para pria untuk memahami isi hati mereka.
Thalia memutar bola mata tajam sebelum akhirnya dia mengibaskan tangan berlagak mengusir Dean. "Udah ... mending lo pergi deh. Jangan berdiri di depan gue, mengganggu pemandangan!"
"Cih!" Dean mendecih. Dia terpaksa menuruti perkataan Thalia yang memintanya untuk pergi dari sana. Cowok itu kembali duduk di kursi tempat Kevin menunggu.
Kevin mengedikkan dagu. "Gimana?"
Dean mendudukkan bokongnya di kursi belakang Kevin. Dia menghela napas berat sambil merapikan dasi kemeja yang sedikit melonggar. "Dia gak mau jawab. Gak tau gue, pusing."
"Pusing tujuh keli-"
Ucapan Kevin terpotong saat seorang guru masuk ke kelas diikuti oleh seorang gadis cantik dengan rambut halus berkilau.
Bertepatan dengan masuknya gadis itu, atensi seluruh kelas teralihkan padanya. Saat semula suara gaduh dan bising terdengar, kini suara itu berangsur menghilang hingga suasana kelas menjadi hening dan senyap.
"Selamat pagi semuanya. Hari ini kita kedatangan murid baru dari SMA Bermuda." Bu Vani menyapa murid-murid di kelas sebelum akhirnya dia meminta murid baru itu memperkenalkan diri. "Silakan perkenalkan diri kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Enemy, Dean!
Roman pour AdolescentsMereka berdua adalah sepasang sahabat dekat yang terpaksa berpisah karena suatu alasan. Perlahan menjaga jarak, mengurangi komunikasi, hingga pada akhirnya mereka berhenti berinteraksi satu sama lain. Sepasang sahabat tersebut adalah Adara Andalusi...