Seokjin baru saja pulang dari urusan bisnis nya, mengharuskan dirinya untuk pergi ke luar Kota selama beberapa minggu.
Sekarang ia tengah berada diruang kerjanya, mengerjakan beberapa berkas yang belum terselesaikan. Sesekali membenarkan kacamata bacanya dengan terus memijat keningnya yang terasa pening.
Pekerjaan begitu banyak, membuat Seokjin pusing. Belum lagi ia bertemu untuk melepas rindu pada kekasihnya? Yeah mereka berkencan bukan?
Baru beberapa hari jadian, ia diharuskan keluar Kota. Dengan berat pula ia meninggalkan Seoul, padahal sebelumnya ia biasa saja. Tapi sekarang kan Seokjin sudah punya penyemangat nya, jadi ia punya alasan kenapa malas untuk keluar Kota.
Seokjin belum sempat mengabari akan kepulangannya, menurutnya nanti saja. Setelah ia menyelesaikan pekerjaan nya disini, ia tidak mau semakin menumpuk dan menambah pekerjaannya.
Seteleh beberapa menit ponselnya berbunyi lama, ada yang menelponnya. Tertera nama Kim Jisoo disana, dengan begitu Seokjin langsung mengambil dan mengangkatnya.
"Halo."
"Halo, maaf mengganggu. Kamu sibuk?" tanya Jisoo.
Seokjin melepaskan kacamatanya dan menyenderkan tubuhnya dikursi kebesarannya.
"Tidak, ada apa?" tanya Seokjin.
"Ehm tidak apa-apa sih, hanya ingin mendengar suara kamu saja." ujar Jisoo.
Seokjin tersenyum mendengarnya, Sekarang gadisnya sudah berani untuk mengungkapkan sesuatu yang jarang ia dengar ketika mendekatinya.
"Suaranya saja, orang nya tidak begitu?" ujar Seokjin menaikan sebelah alisnya.
"Tentu saja, hanya saja kamu belum kembali bukan?" ujar Jisoo, Seokjin tersenyum dan beranjak dari duduknya.
"Kalau aku mengatakan sudah kembali bagaimana?" tanya Seokjin ingin tau apa reaksi dari gadisnya.
"Ya bersyukur kamu sudah sampai dengan selamat." jawabnya sederhana dan tanpa diduga membuat Seokjin tersenyum.
"Aku sebenarnya sudah kembali dan sekarang sedang mengurus kerjaan dirumah, maaf aku tidak mengabari kamu." ujar Seokjin. "Aku niatnya ingin mengabarimu nanti, setelah pekerjaanku selesai. Tapi kamu sudah menelpon." lanjutnya sebelum Jisoo membuka suaranya.
Terdengar helaan nafas disana, "Baiklah tidak apa, tapi bukan kah seharusnya kamu beristirahat kalau memang baru pulang. Kenapa langsung bekerja?" tanya Jisoo.
"Aku ingin cepat menyelesaikan nya, dan setelah itu bertemu kamu." jawab Seokjin, terdengar kekehan disebrang sana. Wah Seokjin jadi tidak sabar untuk bertemu dengan kekasihnya, ia merindukan reaksinya yang merona ketika mendengar rayuan darinya.
"Oh alasannya seperti itu, baiklah kalau begitu semangat lemburnya." ujar Jisoo dengan nada yang terdengar ceria.
Seokjin terkekeh mendengarnya dan kembali mendudukan dirinya di kursi kebesarannya. "Oke, terimakasih. Kalau aku dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat, hari ini aku akan kerumah mu." ujar Seokjin.
"Kalau begitu aku menunggunya." jawab Jisoo.
"Jangan mau menungguku, itu tidak enak. Kalau aku menunggumu sih itu tidak apa-apa." ujar Seokjin dan terdengar decakan disebrang sana membuat Seokjin tertawa kecil.
"Sudahlah, aku akan menutupnya supaya kamu cepat menyelesaikan perkerjaanmu."
"Oke, tunggu aku sore nanti ya."
"Tadi katanya tidak usah menunggu." terdengar nada menggerutu disebrang sana, Seokjin tersenyum.
"Iyah, akan aku usahakan untuk datang nanti sore sayang."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Game [END]
Short Story[18+]. . Kim Jisoo seorang gadis cantik dan juga menjadi kesayangan Ayahnya. Hidupnya bisa dibilang sangat enak, dia mendapati kasih sayang dari Ayahnya walaupun sosok Ibunya sudah tidak ada karna sudah meninggal ketika dirinya di usia 17 tahun. Dan...