🍃35.

990 52 30
                                    

Sekarang Seokjin sudah berada diruangan bersalin dan sudah berdiri disamping Jisoo yang sedang memejamkan matanya.

Tangannya menggenggam tangan Jisoo dengan merematnya kuat, dan sesekali mengelus juga mengecupnya.

"Jisoo, sayang kamu dengarkan aku kan? Semua akan baik-baik saja, kita lalui ini bersama." bisiknya.

Dia benar-benar tidak tenang melihat keadaan orang tercintanya terbaring lemah seperti ini.

Lalu dia merasakan kalau tangan Jisoo bergerak dan itu sontak membuatnya menatap wanitanya yang sedang mengerjapkan matanya.

"Jisoo."

"S-Seokjin."

"Iyah sayang, aku disini." jawabnya dengan cepat memandang wajah cantik Jisoo.

"Anak kita."

"Anak kita akan segera lahir." ujarnya menampilkan senyumannya untuk menenangkan Jisoo.

"Nona Jisoo sudah sadar?" Dokter disana berucap ketika melihat Seokjin tengah berbicara dengan pasiennya.

Seokjin menganggukan kepalanya sebagai jawaban, "Baik, saya akan memberikan suntikan supaya kontraksi Nona Jisoo cepat datang." jelasnya mendekati ranjang pasien.

Seokjin hanya diam melihat Dokter tersebut memberikan suntikan pada Jisoo, "Itu tidak apa-apakan Dok?" tanya Seokjin.

"Tidak apa-apa Tuan, bayinya harus segera dilahirkan dan cara ini mempercepat prosesnya." jelasnya.

Seokjin sedikit ragu tapi dia langsung menggengam tangan Jisoo dengan kuat dan menatapnya setelah itu.

"Are you oke?"

Jisoo menganggukan kepalanya dan memejamkan matanya sebentar, Seokjin mengecup keningnya sekilas dan tangan sebelahnya mengusap perut besar Jisoo dengan pelan.

"Kalian akan baik-baik saja, aku percaya itu." ujarnya.

"Seokjin."

"Iyah sayang."

"Apapun yang terjadi, anak kita harus selamat."

"Iyah tentu saja, kalian berdua akan selamat. Dan kamu harus kuat demi anak kita." ujar Seokjin.

Jisoo hanya diam fisiknya lelah karna kejadian tadi dan sekarang dia harus kuat untuk mengeluarkan bayinya dalam keadaan sehat.

"Seokjin."

"Hmm, kamu merasakan sesuatu?" tanya Seokjin ketika merasa Jisoo terus meringis dengan pelan.

"Ayahku- jaga dia ya." ujar Jisoo.

Seokjin yang tidak mengerti arah pembicaraan Jisoo hanya menganggukan kepalanya.

Lalu dia merasakan kalau tangannya diremat kuat oleh Jisoo dan tak lama itu terdengar ringisannya yang keras, membuat Seokjin seketika panik.

"Jisoo kamu tidak apa-apa? Apa yang harus aku lakukan." ujarnya bingung, dia tidak bisa melihat wajah kesakitan yang sedang Jisoo rasakan sekarang.

"S-sakit."

"Tahan ya, aku disini. Kamu harus kuat." Seokjin mengusap peluh Jisoo yang tiba-tiba keluar dengan banyak.

"Seokjin apapun yang terjadi aku mencintaimu."

"Iyah aku juga mencintaimu."

"K-kamu harus rawat anak kita dan juga Ayahku, maaf kalau aku selalu merepotkanmu." ujarnya disela-sela rasa sakit yang dirasakannya.

"Tentu kita akan merawatnya bersama." jawab Seokjin dengan capat, perasaannya kalut ketika mendengar semua ucapan Jisoo.

Tidak, dia tidak boleh berfikir jauh. Semuanya akan baik-baik saja!

The Game [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang