🍃24.

568 57 22
                                    

Jisoo sudah sampai dirumahnya, setelah diantar oleh Seokjin.

Benarkan Seokjin mengizinkannya untuk kesini, pria itu langsung mengiyakan ucapannya karna sudah lama tidak menemui Ayahnya.

Tapi Seokjin tidak bisa mampir karna tidak mau merusak moment mereka berdua karna kehadirannya yang tidak diinginkan Jin Hee.

Terlihat Jin Hee sudah berada didepan pintu utama, seperti sedang menyambutnya seperti yang biasa dilakukannya dulu.

Jisoo tersenyum haru melihat Ayahnya setelah beberapa bulan tidak melihatnya, dengan begitu Jisoo berjalan cepat untuk menghampiri Ayahnya.

"Ayah!"

Jin Hee tersenyum melihat kedatangan putri kesayangannya, tangannya dia rentangkan untuk dapat memeluk Jisoo.

"I miss u." Jisoo sudah berada dipelukan Ayahnya, pria berumur itu mendekap erat putrinya dan memberikan kecupan-kecupan ringan dikepala dan juga wajahnya.

"Jangan berlari seperti tadi sayang, kamu tidak sendiri sekarang." tegur Jin Hee ketika melihat Jisoo sempat berjalan cepat untuk menghampirinya

"Maaf, aku begitu merindukan Ayah." Jisoo menenggelamkan wajahnya pada dada Jin Hee.

"Kamu sendiri? Dimana pria itu." ujar Jin Hee ketika baru sadar kalau putrinya hanya sendiri kesini, dia fikir Seokjin akan selalu mengintili Jisoo kemana pun.

"Seokjin? Dia tidak mau mampir, katanya tidak mau merusak suasana dengan kedatangannya." jelas Jisoo, Jin Hee yang mendengarnya mendengus.

"Yasudah ayo kita masuk." Jin Hee menuntun Jisoo untuk masuk kedalam.

Sesampainya diruang tengah, mereka mendudukan dirinya disofa bersebelahan.

"Bagaimana sayang, apa kamu baik-baik saja. Disana kamu tidak dilakukan hal buruk kan?" tanya Jin Hee dengan banyak pertanyaan.

Jisoo menggelengkan kepalanya, "Tidak Yah, aku seperti Ratu disana." kekeh Jisoo.

"Tentu saja kamu seorang Ratu bagi Ayah." Jin Hee mengusap kepala putrinya sayang. "Lalu apa kamu masih bekerja?" lanjutkan kembali memberikan pertanyaan, bagaimana pun Jisoo selalu bercerita apapun yang dialaminya selama seharian penuh. Maka itu Jin Hee merasa kehilangan sekali setelah Seokjin membawa putrinya pergi. Begitu lah rasanya kalau Jisoo menikah nanti dengan siapapun pria itu, pasti tidak tinggal dirumahnya.

"Masih, aku memaksa Seokjin untuk jangan memberhentikan ku melalui pembicaraannya bersama Pak Chanyeol." ujar Jisoo.

"Jangan terlalu lelah, tidak baik untuk Ibu hamil." ujar Jin Hee matanya menatap perut besar putrinya, rasanya begitu tidak nyata karna putri kesayangannya tengah hamil dan akan memiliki seorang anak sendiri. Dan dia akan segera mempunyai cucu dalam beberapa bulan kedepan.

"Iyah Ayah, aku tau." Jisoo tersenyum menenangkan Ayahnya, pria berumur itu menyentuh perut putrinya dan mengusapnya pelan.

"Bagaimana rasa sayang? Apa yang kamu rasakan selama kehamilan ini?" tanya Ayahnya menatap putrinya.

"Aku masih tidak menyangka kalau aku sebentar lagi akan menjadi Ibu, rasanya begitu bahagia Yah." ujar Jisoo tersenyum senang dia bersemangat kalau membicarakan soal kehamilannya.

"Ayah juga, putri kesayangan Ayah akan menjadi seorang Ibu. Kamu masih seperti anak kecil ketika bersama Ayah, kamu masih tetap putri kecil Ayah Jisoo." ujar Jin Hee tersenyum, Jisoo tersenyum haru dan langsung memeluk Ayahnya.

"Maafin aku Yah kalau aku masih suka menyusahkan Ayah, bahkan menjadi pembangkang. Padahal Ayah melakukan itu semua demi aku juga." ujar Jisoo dengan nada sedih, dia mengingat perlakuannya terhadap Jin Hee.

The Game [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang