Anak itu fokus membaca buku berjudul 100 Tokoh Muslim Paling Berpengaruh Sepanjang Sejarah karya Muhammad Mojlum Khan. Kepalanya sesekali dianggukkan sebagai tanda bahwa dia memahami apa yang dibaca. Sering kali mengubah posisinya, mulai dari tiduran di atas tikar, duduk bersila, dan duduk menyandar ke dinding yang terbuat dari anyaman bambu. Sampai akhirnya dia tertidur dengan buku jatuh ke atas dada.
Tidak lama kemudian, Shafiyah datang dengan membawa beberapa sayuran dari kebun belakang rumah. Melihat sang putra tertidur pulas, dia segera menyimpan keranjang bambu di atas meja.
Wanita itu mengambil posisi duduk di samping putranya. Memberikan pangkuannya untuk dijadikan bantal oleh Kahfi. Senyumnya terukir indah tanpa dihalangi kain. Dia mulai melantunkan surat At-Talaq.
Beberapa bagian otak menjadi lebih aktif ketika sedang tidur. Shafiyah memanfaatkan itu supaya Kahfi cepat menghafal Quran. Sungguh bahagia orang yang menghafal Quran sampai tertidur. Orangnya ada di alam mimpi, tetapi mushafnya masih terbuka.
Dia melanjutkan surat selanjutnya sampai di surat pertengahan juz ke-29. Kahfi terusik dari tidurnya dan ketika membuka mata, yang pertama dilihatnya adalah wajah sang ibunda tampak bersinar. Senyumnya mengembang seraya mengucek kedua mata.
"Shadaqollahul adzim." Shafiyah ikut tersenyum sambil mengelus kepala putranya dengan penuh kasih sayang.
"Uma...," panggil Kahfi dengan suara serak, khas orang bangun tidur.
"Iya, Sayang?"
Anak itu berusaha duduk lalu menatap ibunya. "Kahf tadi mimpi, indah sekali. Bertemu abati."
Shafiyah merapikan tatanan rambut Kahfi. Dia tersenyum lembut untuk menanggapinya. "Jadilah Kahf anak yang shaleh, supaya nanti, di dimensi keabadian, Kahf menjadi tiket uma dan abati sampai di surganya Allah. Uma berharap kita bisa berkumpul bersama, berbagi canda dan tawa untuk selamanya."
"Iya, Uma. Kahf akan jadi anak shaleh, nanti kita kumpul sama-sama," ungkap anak itu penuh keyakinan. "Biar Kahf bertemu abati secara langsung. Kahf kangen, Uma... kangen sama abati."
Hati Shafiyah merasakan ketenangan luar biasa mendengar ungkapan-ungkapan sederhana yang mendalam. Betapa beruntungnya memiliki buah hati yang menentramkan hati. Dia merengkuh putranya ke dalam pelukan. Bukan hanya Kahfi, Shafiyah pun merindukan suaminya. Meski raganya sudah tidak ada di muka bumi ini, tetapi ikatan antara hati dan hati masih saling terkoneksi. Mungkin inilah yang dinamakan cinta Ilahi.
*
"Islam dulu berjaya sekali ya, Uma? Kahf baca di buku itu banyak ilmuwannya."
Shafiyah menghentikan memotong sayuran untuk merespon pertanyaan putranya. Kahfi sepertinya memiliki banyak pertanyaan setelah membaca buku yang diberikannya kemarin. "Iya. Kemajuan ilmu pengetahuan di dunia modern menjadi fakta sejarah yang tidak terbantahkan, bahkan banyak yang berpendapat bahwa pengetahuan bermula dari dunia Islam yang kemudian mengalami penyebaran. Melalui dunia Islam mereka mendapatkan akses untuk mendalami dan mengembangkan ilmu pengetahuan."
"Kalau sekarang masih berjaya?"
"Seperti ini," ujarnya seraya mengambil posisi duduk di hadapan sang putra. "perkembangan Islam menjadi tiga periode. Yang pertama disebut periode klasik, Islam mengalami kemajuan pesat bahkan disebut masa keemasan Islam. Namun, sekitar tahun 650 sampai 1250 Masehi, Islam mengalami perpecahan. Yang kedua disebut periode abad pertengahan, periode ini Islam mengalami kemunduran yang sangat signifikan. Yang ketiga disebut periode modern, dari tahun 1800 sampai sekarang. Sekarang, uma berikan Kahf tugas untuk meneliti seperti apa kehidupan Islam di zaman sekarang. Sanggup?"
KAMU SEDANG MEMBACA
KAHFIpt.II
Spiritual[Part 2 novel Kahfi] "Sayang, meskipun Islam tidak lagi menjadi penguasa di dunia, tetapi ajaran-ajaran Islam yang dibawa Rasulullah telah tersebar ke berbagai penjuru dunia. Dan hal itu merupakan mutiara bagi peradaban dunia. Kahf harus tahu, sekal...