"Kami terpisah jarak yang amat jauh dengannya, zaman di kala belum ada kamera dan ponsel untuk merekam bukti autentik perjalanan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wassallam. Bahkan, saat itu, belum ada ilmuan yang menjadikan manusia menembus langit-Nya. Namun, Allah memiliki rekam jejak yang tidak bisa dibantah oleh siapa pun. Mahasuci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami."
Mata anak itu berbinar mendengar penjelasan sang ibunda.
"Dua puluh tujuh Rajab adalah peristiwa maha hebat perjalanan suci Nabi Muhammad shallahu alaihi wassalam. Dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa hingga naik ke langit tujuh dalam waktu semalam," lanjut Shafiyah. "Dari peristiwa inilah beliau mendapat perintah untuk menunaikan salat lima waktu sehari semalam."
"Dalam waktu semalam?" tanya anak itu sambil menatap lurus kaca jendela, melihat perbukitan dari tempat duduknya. Bukankah itu mustahill? "Roket itu sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad, Uma?"
Shafiyah tersenyum seraya mengelus rambut putranya dengan lembut. "Tidak, Nak. Belum ada roket saat itu. Rasulullah menaiki tunggangan pilihan dengan laju di atas kecepatan cahaya, bersama tour guide spesial yang agung dengan sayap-sayap ketulusan."
Muhammad Kahfi Alfath, anak berusia delapan tahun itu tersenyum lebar. Berbagai kisah Nabi Muhammad shallallahualaihi wassalam tidak pernah bosan didengar. Kecintaannya pada baginda nabi sungguh dibangun oleh ketakwaan. Kahfi tumbuh menjadi anak baik di bawah naungan pendidikan Shafiyah. Kahfi mencintai disertai bukti nyata, tidak omong belaka seperti anak kecil pada umumnya.
Allahu Akbar.... Allahu Akbar....
Azan mengundang manusia untuk menjalankan tugasnya sebagai khalifah. Anak itu bangkit, pamit kepada sang ibunda. Shafiyah berdoa singkat di puncak kepala putranya lalu dikecupnya dengan penuh cinta. "Assalamualaikum, Uma," ujarnya. Kahfi berlalu, menerjang gelapnya malam, sendirian, melewati jalan setapak.
Tidak ada satu kata pun yang bisa mendeskripsikan rasa bahagianya seorang wanita janda bernama Shafiyah. Dia merasa teramat sempurna memiliki seorang malaikat kecil yang telah lahir dari rahimnya. Anak adalah anugerah terindah dari Tuhan. Mereka adalah cahaya hidup yang akan mengantarkan kita ke sebuah titik terang di dalam kegelapan dan mengantarkan lahirnya semangat baru di saat kita sedang lemah.
Kahfi adalah cahaya-cahaya itu, yang sudah Shafiyah siapkan sebagai investasi untuk pertemuan abadi dengan Tuhan Yang Maha Suci.
*
"Om yakin, kamu akan menjadi manusia yang baik di muka bumi ini. Seperti Nabi Muhammad shallallahu alaihi wassalam, yang cerdas, berakhlak, dan terpuji."
"Tidak akan, Om. Manusia biasa seperti Kahf hanya berusaha mencontoh dan meneladaninya. Keimanan dan adab Rasulullah terlalu agung untuk manusia biasa seperti Kahf."
Lelaki itu tercengang. Untuk menghilangkan syok atas jawaban Kahfi, dia tersenyum kaku. Hatinya terharu mendengar jawaban luar biasa dari seorang anak kecil. Inilah tunas bangsa yang dapat melakukan perubahan. Aura ketulusan dan kecintaannya terpancar jelas dari sorot mata dan perkataannya. "Cerdas sekali kamu. Tumbuhlah menjadi anak penyebar kedamaian dan kemanfaatan. Om pamit, ya. Assalamualaikum," salamnya sebelum bangkit dari posisi duduk. Sebelum benar-benar pergi, dia menyempatkan untuk menepuk bahu Kahfi dua kali sebagai tanda perpisahan.
"Waalaikumussalam warahmatullahi wabaraktuh."
Kahfi baru beranjak dari masjid ketika matahari mulai menampakkan diri. Seperti biasanya, Kahfi pulang dari masjid bersama sang kakek. Mereka melihat betapa indahnya alam sekitar. Alam semesta adalah sebuah bukti rasa syukur terhadap ciptaan-Nya yang bisa diabadikan dengan tulisan dan bukti autentik. Namun, terkadang banyak keindahan yang tidak bisa kita tuangkan lewat rangkaian kata. Renungan tentang betapa tidak sanggupnya manusia untuk menghitung bahkan menyamai keindahan alam semesta yang diciptakan Tuhan.
![](https://img.wattpad.com/cover/288824353-288-k613705.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
KAHFIpt.II
Spiritual[Part 2 novel Kahfi] "Sayang, meskipun Islam tidak lagi menjadi penguasa di dunia, tetapi ajaran-ajaran Islam yang dibawa Rasulullah telah tersebar ke berbagai penjuru dunia. Dan hal itu merupakan mutiara bagi peradaban dunia. Kahf harus tahu, sekal...