Kahfi bahkan tidak tahu siapa wanita bercadar yang mengaku sedang mengandung anaknya. Kahfi tidak pernah mengiming-iming akan menikahi wanita itu. Kahfi juga tidak pernah berencana akan menggugurkan kandungan itu. Ini semua terjadi secara tiba-tiba sehingga tidak kuat untuk melakukan pembelaan. Terlebih, wanita bercadar itu membawa seorang saksi yang semakin menyudutkan Kahfi.
Setelah melewati berbagai tahap penyelidikan dan sidang. Hukum menjatuhkan tindak pidana lima tahun penjara. Sudah mutlak dan tak dapat diganggu gugat. Kahfi yakin jika ini adalah kasih sayang Allah. Namun, air matanya tidak bisa berhenti keluar. Yang selalu ada di pikirannya adalah wajah Chika dengan air matanya. "Saya tidak melakukan itu, Chelsea...." Laki-laki itu tertunduk, tubuhnya merosot perlahan, tangannya memegang erat jeruji besi. "Sumpah, demi apa pun itu. Bahkan saya tidak tahu siapa wanita itu."
Chelsea ikut menyejajarkan tubuhnya dengan Kahfi. "Saya percaya, sangat percaya. Kamu adalah pemuda yang takut dengan Allah, dari dulu. Kamu tidak mungkin melakukannya." Perempuan itu menghapus air mata yang meluncur di pipinya. "Tenang, Kahf. Saya akan berusaha cari bukti untuk menegakkan kebenaran."
Laki-laki yang selama kuliahnya terkenal dengan sikap ramah dan selalu tersenyum, hari ini menunjukkan sisi terlemah dalam hidupnya, dan Chelsea baru pertama kali menyaksikannya. Kahfi yang sudah tidak punya siapa-siapa lagi kini difitnah, ditahan dalam waktu yang lama. Sungguh, Chelsea tidak mampu membayangkan semenderita apa Kahfi hari ini.
"Saya sudah dihukum...," ujarnya dengan suara serat putus asa.
"Saya akan stay di Indonesia sampai memastikan kamu baik-baik saja. Perihal Chika, saya juga akan memastikannya baik-baik saja. Kamu sahabat terbaik saya, Kahf."
"Saya takut, Chel... sungguh, saya sangat takut dengan Allah. Saya tidak mungkin melakukan itu. Pedoman saya Al Quran, idola saya Rasulullah. Saya sungguh...." Napas Kahfi mulai tidak normal lagi, dadanya sangat sesak. Dia menenggelamkan wajahnya di atas lutut. "Takdir apa ini...?"
"Allah sayang kamu, Kahf, percayalah. Sayang. Sayang sekali."
"Apakah penjara lebih baik daripada dunia yang penuh tipu daya, Chel?" tanyanya dengan suara lemah dan sirat akan putus asa. "Saya selalu taat, sungguh takut sama Allah, berusaha semampu saya untuk menghindari larangannya. Kenapa ini terjadi sama saya?"
Sorot mata Kahfi memancarkan luka terdalam. Fitnah apa ini? Salah apa Kahfi sampai ada seseorang yang membencinya seperti ini. Chelsea tidak sanggup melihat temannya seterpuruk ini. Mana Kahfi yang selalu tersenyum seakan tidak punya beban hidup? Mana Kahfi yang selalu menyerukan semangat kepada orang-orang?
Chelsea membungkam mulutnya dengan tangan sendiri, sungguh tidak sanggup melihat Kahfi dalam keadaan seperti ini.
"Kamu harus kuat, Kahf. Saya, Chika, dan Jonathan akan usahakan yang terbaik untuk kamu. Saya janji."
"Tolong jaga Chika. Saya takut dia kenapa-kenapa," ujarnya dengan suara sangat pelan disertai mata merah yang diselimuti cairan bening. "Dia pasti terluka, Chelsea... saya gagal untuk membuatnya bahagia. Saya takut bersaksi di hadapan Allah, di hadapan ayahnya." Kahfi kembali terisak, kepalanya digeleng-gelengkan seakan sedang ketakutan sekali.
"Chika akan baik-baik saja. Saya berani jamin itu."
*
Ya, mungkin penjara lebih baik daripada dunia luar yang penuh tipu daya. Kahfi menangis dalam doanya, mengadukan semua perasaannya. Sekuat-kuatnya Kahfi tetap saja manusia. Di titik terlemahnya, tiada yang bisa Kahfi mintai pertolongan selain Allah. Chelsea benar, Allah sangat sayang kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAHFIpt.II
Spiritual[Part 2 novel Kahfi] "Sayang, meskipun Islam tidak lagi menjadi penguasa di dunia, tetapi ajaran-ajaran Islam yang dibawa Rasulullah telah tersebar ke berbagai penjuru dunia. Dan hal itu merupakan mutiara bagi peradaban dunia. Kahf harus tahu, sekal...