Perjalanan Tentang Kehilangan

11 8 0
                                    

            Jika ditanya apakah ini menyakitkan, jawabannya iya. Betapa banyak cobaan yang datang kepadanya secara bertubi-tubi, sejak dia lahir dan sampai detik ini. Mengingat itu selalu membuat hatinya sedih, selalu ingin menangis dalam sujudnya, dan tidak punya semangat untuk menjalani hari.

Namun, Kahfi juga harus ingat perjalanan hidup seorang Rasulullah shallallahu alaihi wassalam.

Nabi lahir di saat ayahnya sudah meninggal.

Ibunya meninggal di saat beliau berusia enam tahun.

Kakeknya pun ikut menyusul ketika beliau berusia delapan tahun.

Bahkan, saat menjadi utusan Allah subhanahuwataala, Rasulullah mendapat banyak cobaan. Mulai dari diperangi, dimusuhi, hingga dijauhi orang yang dahulu memuji dan mencintainya.

Namun, Nabi Muhammad shallallahu alaihi wassalam melaluinya dengan sabar dan ikhlas. Dan di sinilah titik terberatnya Kahfi, keikhlasan Rasulullah menjalani berbagai kesulitan hidup patut dicontoh olehnya.

Kemudian Kahfi mengingat kisah Nabi Yusuf alaihissalam yang terangkum dalam kitab suci nan mulia, kitab yang mengisahkan pembelajaran besar seseorang yang selalu berada dalam sifat baik bagaimanapun keadaannya.

Nabi Yusuf alaihissalam dibuang saudara-saudaranya ke sumur.

Nabi Yusuf alaihissalam pernah menjadi budak.

Pada suatu hari, ketampanannya menyeret Nabi Yusuf alaihissalam difitnah keji atas tuduhan telah menggoda istri majikannya.

Beliau dipenjara selama bertahun-tahun.

Kahfi menikmati tetesan demi tetesan air jernih dan sejuk menyiram hatinya, begitu menenangkan, bagaikan bermain di sebuah telaga. Senyumnya terukir setelah sekian lama dirundung pilu. Teman-teman satu penjaranya menatap Kahfi yang sedang duduk tenang di pojok sambil memejamkan mata. Wajah pemuda itu seakan mengeluarkan cahaya, senyumnya menyebarkan kedamaian.

Tidak ada yang berani mengganggu. Mereka takjub dengan sosok Kahfi yang menurutnya begitu mulia. Sifat baiknya selama di balik jeruji tidak lekang oleh ujian. Kahfi selalu baik, rendah hati, sopan, bersahaja, dan tetap berkarisma meski dalam kondisi terendahnya dalam hidup. Ketika Kahfi sedih, pemuda itu akan memeluk Quran erat, karena keyakinannya sudah mutlak jika Quran adalah obat dari segalanya. Bahkan, saking tidak pernah jauhnya dari Quran, Kahfi sering melafalkan ayat-ayat Quran dalam keadaan tertidur.

Assalamualaika, keselamatan bagimu, wahai anak muda.

Kahfi langsung mengerjap. Suara itu....

...suara yang dulu pernah hadir dalam mimpinya. Napasnya seketika tidak normal ketika sudah membuka mata, keringat dingin langsung bercucuran, tetapi hatinya lebih tenang dan ringan.

"Saudara Muhammad Kahfi Alfath ada yang menjenguk Anda." Pria berseragam terhormat itu membuka kunci sel dan segera membawa Kahfi keluar.

Pemuda itu bahkan tidak sadar sekarang sedang berjalan. Otak dan hatinya sedang menikmati ketenangan yang luar biasa yang sedang bereaksi dalam tubuhnya. Sungguh, itu adalah ketenangan yang menyihir seluruh saraf kesadarannya sehingga dia tidak menyadari apa-apa.

Hingga polisi itu mempertemukan Kahfi dengan seorang pria yang kini tengah memberikan senyuman terbaiknya. Namun, senyuman itu luntur ketika melihat sorot pandang Kahfi yang seakan menerawang sesuatu yang jauh.

"Kembalilah...," ujar Paman Attar seraya mengguncang kedua bahu Kahfi. Apa yang sudah terjadi dengan pemuda ini hingga pancaran matanya tidak fokus? "Kahfi, ini Paman. Kembalilah...."

KAHFIpt.IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang