Semangat Baru

9 7 0
                                    

            Sudah banyak sejarah perpisahan yang signifikan bagi Kahfi. Sejak lahir, ya, sejak lahir. Kahfi lahir ketika ayahnya sudah tenang di Taman Barzah. Ibunya seakan tidak tega membiarkan ayahnya sendirian di Taman Barzah sehingga ikut menyusul. Kemudian kakeknya juga ikut ke alam keabadian. Saat Kahfi masih kecil, bahkan Kahfi belum tahu banyak tentang dunia, Allah menurunkan ujian yang maha berat kepadanya.

Tidak sampai sana. Putusnya persaudaraan dalam satu iman dengan Bombom. Bahkan Kahfi pernah menangis melebihi kadar semestinya ketika pertama kalinya mengaji kitab Sulam Taufiq di pesantren. Kahfi merasa bersalah membiarkan Bombom murtad begitu saja. Harusnya Kahfi menjelaskan dulu perihal dosa murtad itu, berharap penjelasannya dapat mencegah.

Belum lagi Paman Attar yang sampai kini tidak ada kabar sama sekali.

Dan sekarang, Kahfi harus dihadapkan dengan perpisahan lagi, dengan Chelsea.

Malam hari sebelum Chelsea pulang ke negaranya. Kahfi mengadukan segala kesedihannya di hadapan Tuhan sambil menangis sejadi-jadinya. Kahfi paham dengan cinta yang butuh pengorbanan. Dan pengorbanan itu begitu menyakitkan. Dihadapkan dengan pilihan dan berujung perpisahan.

Kahfi menemui Chelsea di bandara dengan mata sembab. Pertemanan yang terjalin memang belum terlalu lama. Namun, perjuangan dan pengorbanan Chelsea tidak akan pernah Kahfi lupakan.

"Terima kasih sudah datang. Itu artinya kita berpisah secara baik-baik saja. Meski hati saya sedang tidak baik-baik."

Kahfi menunduk. Bukan hanya Chelsea, hatinya juga sedang tidak baik-baik saja. "Maafkan saya."

"Akan selalu saya maafkan. Saya sudah cukup dewasa dengan pemahaman cinta."

"Terima kasih, Chelsea. Selama ini kamu sudah membantu saya dalam banyak hal."

"Itu sudah tugas saya sebagai manusia. Saya juga mau berterima kasih sama kamu. Kamu harus tahu, semalam saya dimuslimkan oleh Pak Haryanto, dosen yang mengidolakan kamu. Saya juga sudah bicara banyak hal tentang kamu, tentang organisasi, tentang cita-cita kamu. Beliau bersedia membantu kamu setelah saya tidak lagi bisa membantu kamu, Kahf."

Binar mata yang Kahfi pancarkan sulit dijabarkan. Kahfi terharu dengan kebaikan hati Chelsea. Perempuan di hadapannya sungguh-sungguh masuk Islam karena hatinya yakin, bukan karena cinta kepada seorang muslim. Hatinya tidak kuasa menahan cinta yang teramat dalam untuk perempuan di depannya. Namun, Kahfi ingat dengan cintanya untuk Indonesia.

"Assalamualaikum, ahlan wa sahlan, Chelsea. Kamu tahu, Chelsea? Saya sangat mengagumi kamu. Saya menobatkan kamu sebagai perempuan terhebat kedua, tentunya setelah ibu saya, dalam sepanjang sejarah hidup saya." Kahfi menunduk, setetes air matanya mendarat di lantai yang tampak seperti kaca. "Semoga Allah senantiasa memberikan kebaikan kepada kamu."

"Aamiin."

Untuk pertama kalinya, Kahfi merasakan perpisahan yang penuh pernghormatan. Perpisahan ini tidak seburuk yang sebelumnya, perpisahan tanpa satu kata pun.

*

Kahfi tidak baik-baik sejak kepergian Chelsea. Rasanya ada sebuah lubang di dada terdalamnya, dia merasa kehilangan, sangat.

Karena hari itu, Kahfi sempat down. Dia membutuhkan waktu untuk menormalkan perasaannya lagi. Kahfi sering melamun di kelas, tidak punya semangat ikut kegiatan organisasi atau komunitas. Perubahan Kahfi cukup signifikan dan berlangsung beberapa hari. Seakan Kahfi yang pendiam itu bukan Kahfi banget. Karena Kahfi yang orang lain kenal selalu punya semangat membara dan tak pernah kehabisan menyampaikan ide-ide kreatif dan inovatif.

KAHFIpt.IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang