Enam tahun kemudian
Sampai sejauh ini tidak ada kabar tentang Paman Attar. Janjinya hanya tiga sampai empat tahun. Janjinya ketika ada libur akan pulang ke Indonesia. Kenyataannya tidak seperti itu. Selama enam tahun, Kahfi menunggu kepulangan Paman Attar. Namun, pria itu hilang bagai ditelan bumi.
Hari ini adalah hari wisuda Kahfi. Hatinya mengharapkan Paman Attar pulang, memeluknya, memberikan selamat, mengatakan jika kita akan mulai memperbaiki peradaban, seperti yang dulu telah dijanjikan.
Namun, pada nyatanya, keinginan itu tidak terwujud.
Setelah lulus dengan peringkat The Best Student, Kahfi ingin membuat terobosan baru di luar pesantren, mengaplikasikan ilmu yang didapatnya ke lingkungan baru. Jerih payah selama ini ingin Kahfi sebarkan. Sang pengasuh pondok hanya memberi pesan, "Semoga Allah mempermudah kamu untuk mengamalkannya dan menyebarkannya. Apa pun yang kamu dapatkan di sini, jangan pernah berhenti di kamu."
Dan seketika itu, Kahfi merasa punya tanggung jawab besar atas itu. Di mana dia harus mengamalkan dan menyebarkannya.
Kahfi kuliah dengan beasiswa hafalan Quran di salah satu universitas di Makassar. Di sinilah mula kehidupan Kahfi selanjutnya untuk meneruskan ajaran Rasulullah shallallahu alaihi wassalam.
Di sinilah Kahfi, menjadi mahasiswa, agen perubahan dan perbaikan agama dan negara. Dengan segala kegiatan yang dilakukannya, baik secara individu atau kelompok, Kahfi ingin memberi cahaya harapan melalui ide, gagasan, pikiran, dan keterampilan kepada masyarakat. Pengabdiannya tidak hanya di lisan, tetapi tertanam dalam hati.
Berlandaskan nilai-nilai agama dan Pancasila, Kahfi siap menjadi agent of change untuk peradaban yang lebih baik.
"Kita di sini adalah pemuda, harapan suatu bangsa, yang mampu melahirkan ide-ide luar biasa, yang pantang menyerah meski gagal berkali-kali, yang terus ingin mencoba suatu hal baru. Marilah kita berperan, saling merangkul, membuat terobosan baru. Organisasi ini ada untuk negeri, untuk membentuk manusia yang berilmu dan dekat dengan masyarakat."
Kahfi menutup buku yang digunakan untuk mencatat hal-hal penting dari perkumpulan itu. Seusai penutupan acara, Kahfi bersiap untuk pulang ke asrama. Lelahnya semoga menjadi lillah.
"Kahf, langsung pulang?" tanya Arslan, teman satu organisasi sekaligus teman satu fakultas.
"Iya."
"Jangan dulu. Bantuin gue buat bahan presentasi besok."
Inginnya menolak, tetapi Kahfi tidak sanggup. "Ayo," jawabnya seraya bangkit. Jika mengingat lelah, iya, dia lelah. Namun, untuk membantu orang lain tidak bisa menolak.
Mereka pergi ke perpustakaan, mencari bahan referensi. Arslan sibuk mencatat hal-hal penting yang tampak menarik untuk dibahas besok. Dia juga merencanakan game untuk mereka.
"Lan, saya sarankan untuk pahami dulu psikologi pendidikan anak di kampung. Takutnya game kamu sulit diterima mereka. Anak yang kita ajak main anak SD kelas 1 sampai 4 loh."
"Menurut lo, game ini kurang cocok?"
Kahfi mengangguk. "Quis aja deh, Lan. Ini pembahasannya kekayaan milik Indonesia, quiz tentang pengetahuan umum Indonesia bagus. Lumayan untuk memperluas wawasan mereka."
"Tujuan gue buat game ini untuk membuka pemikiran mereka, Kahf. Dengan diberi pertanyaan apa rencana mereka untuk memajukan Indonesia semoga jawabannya bisa menjadi motivasi diri sendiri. Motivasi yang tertanam sejak kecil bisa mejadi sebuah pilar ketika mereka dewasa."

KAMU SEDANG MEMBACA
KAHFIpt.II
Espiritual[Part 2 novel Kahfi] "Sayang, meskipun Islam tidak lagi menjadi penguasa di dunia, tetapi ajaran-ajaran Islam yang dibawa Rasulullah telah tersebar ke berbagai penjuru dunia. Dan hal itu merupakan mutiara bagi peradaban dunia. Kahf harus tahu, sekal...