26 - ⚘

949 222 49
                                    

Begitu kelas siang mereka ditutup dan dosen sudah keluar ruangan, Changbin beranjak. Grasak-grusuk ngerapiin semua barangnya di atas meja, dimasukin asal ke dalam tas. Dia ngacir gitu aja-lupa kalau resleting tas belum ditutup.

Apa nggak buat Minho kelabakan nyusul. Mana langkah kaki Changbin lebih gede dari Brontosaurus.

"Bin woi! Tungguuuinn"

Changbin cuekin dia, sibuk otak-atik benda persegi di tangan. Hubungin Jisung.

"Halo, sung?"

"Dalbin gimana? -sama aja?"

"Bisa-bisanya lo nelpon cowok gue gak izin dulu", Minho lempar cibiran bercanda.

"Tapi stabil kan? Gak ada sesuatu yg bahaya?"

"....."

"Gak ada perubahan?" Minho tangkap suara kecewa dari jawaban cowok itu.

"....."

"Iya-"
"-sebentar gue sama Minho otw, sekalian beli makan siang. Sorry, gue lupa gak ninggalin apa-apa di kulkas"

Sambil nunggu Changbin selesaikan telponnya, Minho tarik tasnya buat ngebenerin resleting. Setelah sudah, dia ngambil kunci motor di tasnya sendiri. Jadi, begitu telpon ditutup, keduanya tinggal langsung jalan ke arah parkiran. Siap-siap balik.

Minho gak nanya isi percakapan telpon tadi. Sedikit banyak dia sudah dengar dan tau.

"Lo mau makan apa?"

"Cie, so sweet banget- ADAW SAKIT ANJIR"

Dicubit.

Cowok Lee segera geser badan ngejauh, "Apa aja, gue sama Jisung pemakan segala. Kita cari yg simpel terus searah ke apart lo", Setelah masukan kunci motor ke lubang kunci dan mutar benda kecil itu kearah kanan, Minho mulai starter kendaraan roda dua itu.

Ngecek meteran bensin, aman.
"Bin, buru naik- Bin?"

Mana Changbin? Rasanya tadi masih berdiri di sebelahnya. Kok sekarang sudah raib?
Kepala Minho seketika toleh sana-sini untuk cari sosoknya. Masa raib? Siapa yg nyulik?

Oh, bukan.
Bukan raib.

Minho gigit bibir bawahnya, kemudian usap keningnya sembari tarik napas. Dia cuma bisa diam, memang harusnya diam, ini di luar urusannya, dan ngebiarin pemandangan gak jauh dari jarak pandang masuk penuhin matanya.

Pemandangan seorang cowok Seo mutusin ngalah dari egonya dengan samperin sosok Lee Felix, setelah berapa tahun lamanya terlewat.

Dalam hati Minho berdoa, semoga, semua gak lagi serumit yg lalu-lalu.





















Felix rapiin posisi tas yg di pakai di sebelah tangan. Sebelah tangan yg lain lincah gerak di atas layar hp, mulutnya gumam-gumam kecil. Ngingat-ngingat apa aja kegiatan yg harus dikerjain hari ini. Berbarengan dengan itu, kakinya juga membelok ke arah lorong.

Sebelum, tangannya ditahan.

Matanya membulat. Dia hampir nepis orang yg seenak jidat pegang lengannya-gak sopan, tapi urung. Antara kaget juga gak percaya liat siapa oknum yg tanpa aba-aba maksa dia berhenti.

Changbin.

"Sorry?"

Ditegur lebih duluan jelas buat kalimat di ujung bibir Changbin buyar berantakan.

Matanya pindah lirik lantai keramik yg mereka pijak. Gak lanjut tukar pandang dengan Felix, cowok itu gantian natap lekat si cowok Seo.

"Eh, sorry? Lo salah orang kali?"

raison d'être ⚘ | changlixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang