The Present (Now)
Mata Changbin melebar begitu ngeliat sekujur badan oknum yg sekarang berdiri, nundukin kepala di depannya.
"Bin, lo kenapa? Shit- kok bisa lo mimisan gini? Badan lo sakit dimana? Yg mana?" Changbin narik ujung bajunya buat ngusap sisa darah di bawah hidung yg muda, kemudian nangkup pipinya, meriksain tiap inci wajah Dalbin.
Tangan Changbin sakit akibat terus-terusan gedor pintu, tapi itu gak seberapa. Rasa panik dan khawatir sama keadaan Dalbin sekarang lebih dominasi.
"Heh, jangan diem, bilang ke gue sakitnya yg mana? Dalbin?"
Dalbin angkat kepalanya, mukanya pucat, muram. Tatapannya nusuk Changbin berkali-kali semakin cowok itu tatap balik matanya. Redup dan gak ada binar apa-apa.
"Bin-"
"Aku mau papa"
"Dalbin-"
"AKU MAU PAPA SEKARANG!" Air mata yg muda pecah, motong ucapan Changbin pakai teriak sekencang yg dia bisa biarpun suaranya serak.
"DAD, AKU BILANG AKU MAU PAPA!"
"Dal-"
"SEKARANG! AKU MAU SEKARANG!"
Changbin bungkam sementara Dalbin baru aja nepis tangannya buat ngejauh dari muka cewek itu. Cowok itu ngatup mulutnya rapat-rapat dengan pandangan gak lepas dari mata putrinya.
"Dad", Dalbin terisak, "Aku mau papa, please"
Changbin melanin suaranya, "Bin, jawab pertanyaan gue dulu, gue nanya lo ngerasa sakit dimana?", Jujur cowok Seo itu sudah mikir yg enggak-enggak ngeliat Dalbin berdiri sempoyongan.
"GAK USAH NGALIHKAN!" Bentakan Dalbin 2x lipat lebih kencang di jarak mereka yg cuma sejengkal.
Badan cewek itu gemetaran nahan air matanya yg siap meluncur lagi, emosinya berantakan. Sekarang, yg dia mau sekarang juga cuma Felix. Bukan debat gak berujung sama Changbin gini.
"Kenapa diam? Daddy kenapa diam lagi? Aku udah bilang kan, aku mau papa sekarang!"
"I'm trying ", Suara bisikan Changbin kedengaran parau.
Kepala Dalbin ngegeleng kuat, "No, dad",
"You don't even trying to try. Daddy sedikitpun nggak berusaha buat nyoba apa-apa"Kepala Dalbin isinya saling tabrak awut-awutan, berputar cuma di sosok daddy, papa juga nama Taebin. Dia takut, Dalbin terlalu takut buat ngira-ngira alasan kenapa 3 orang yg berusaha dia jaga setengah mati itu terus aja hinggap di pikiran.
Berakhir dia marah, ngelampiasin semua ketakutannya ke Changbin.
"Aku minta daddy seenggaknya kasih tau aku, apa inti masalahnya, jadi aku bisa bantuin kalian biar aku gak paham rasanya gimana. Apa sih susahnya buat cerita? Kalian cuma perlu bicara satu sama lain terus minta maaf!"
Cuma, katanya.
"Mau sampai kapan terus-terusan ngalihkan gak jelas padahal daddy tau jelas jawabannya, memangnya aku gak capek?"
"Capek dad! AKU CAPEK!"
"Bin gue lagi nyoba", Telapak cowok itu ngusap mukanya kasar. Suaranya ikut ninggi.
Seketika di bantah, "Nggak, daddy gak lagi nyoba apapun, gak pernah! Aku tanya sekarang daddy udah ngapain? Udah pernah 'nyoba' apa?"
"Gak semudah itu Dalbin"
"Iya karena daddy sendiri yg bikin sulit!"
Alis lawan bicaranya sempat berkedut sebentar, "Kalau mudah, udah dari lama ini gue selesaiin, gue juga butuh waktu buat ngadepin Felix lagi"
KAMU SEDANG MEMBACA
raison d'être ⚘ | changlix
De Todocover: amerihanknow from twitter Changbin bangun lebih pagi dari biasanya hari itu, kaget mendapati sesosok cewek asing berdiri di sudut kamar apartemennya. "What the-" "POKOKNYA DADDY ABIN HARUS BAIKAN SAMA PAPA FELIX!!!" "-actual fuck?!" ◈ ━━━━━...