⚘ - 14

1.3K 294 19
                                    


"Bin, kebelakang- sekarang".

Kalimatnya mutlak, gak bisa dibantah. Tanpa ada niatan buat protes, Dalbin berdiri dan jalan ke dapur. Dia bisa ngerasain tatapan tajam dari 2 'tamu' yg datang.

Kalau mau lebay, tatapannya bahkan bisa nembus punggung Dalbin sampai depan terus tembus ke belakang lagi.

Dalbin berusaha nyari celah buat nguping. Cewek itu bahkan sampai telungkupan di lantai demi bisa ngeliat kegiatan di ruang depan.

Changbin duduk di tempat Dalbin sebelumnya, ekspresinya lempeng, sama sekali gak keliatan panik atau gugup. Ngebiarin Minho dan Jisung duduk gak pake permisi di space sofa yg masih kosong.

Di menit-menit awal mereka bertiga cuma saling lempar pandang.











Tepat pas jarum pendek di jam dinding ngarah ke angka 11, Minho buka suara.

"Lo bolos"

"Gue tau", Dapet jawaban setenang itu, Minho ngelempar tatapan minta penjelasan.

"Besok gue turun, gak masalah kan?"

"Bukan itu bangsat-", Pundak Minho dipegang Jisung, tanda kalau dia harus sabar bicara, "Haahhh, gue gak masalah lo mau turun kapan, toh lo sendiri tau konsekuensinya ngulang banyak matkul-"















Minho gak masalah harus nemanin Changbin buat ngulang, dia gak masalah waktunya kepotong buat nemenin cowok itu bolak-balik kejar dosen.














"-bin, kenapa gak bilang apa-apa? Sekedar bilang alasannya ke gue, susah?" Minho hela napas keras.

Changbin balas natap lawan bicaranya.

"Timingnya pas habis gue ngasih tau lo soal kak Chan, lo gak jawab telpon gue, sekedar ngeread chat gue pun nggak, dan lo keliatan baik-baik aja? Lo kenapa sih?"

"Gue emang baik-baik aja", Jawab Changbin, baikin posisi duduknya.

"Nggak!" Nadanya naik seoktaf. Minho natap tajam Changbin.

"Lo nyimpan semua sendiri lagi bin, lo gak cerita dan masih juga gak percaya buat cerita ke gue, kan? Tiap kali gue tanya jawaban lo gak jauh-jauh dari 'gak papa' atau 'baik-baik aja', lo kira gue percaya? Nggak"

Isi kepala Minho udah saling tabrak gak karuan. Marah, jengkel, dan khawatir nyampur jadi satu. Pengen rasanya dia langsung nodong Changbin dan maksa buat ngejawab semua jawaban yg dia mau.













Minho takut, Changbin terlalu kebiasaan mendam sendiri.

Dia takut semua yg di pendam cowok itu bakal buat dia kalap kayak waktu-waktu lalu.












Pemuda Seo ngalihkan pandangan ke arah kotak HP yg ternyata jatuh di dekat kaki Minho, pasca dia sama Dalbin blusukan ke bawah tadi.

"Tolong, taruh di meja, itu HP Dalbin", Jari Changbin nunjuk ke benda yg di maksud.

"Dalbin?" Gumaman yg sebenarnya kedengaran keras itu buat Changbin noleh ke Jisung.

"Anak tadi"

"Siapa lo?"

"Bukan siapa-siapa, yg jelas bukan pacar gue"

"Siapa lo bin?" Minho ngulang pertanyaan Jisung.

"Bukan siapa-siapa"

raison d'être ⚘ | changlixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang