The Present (Still in Future)
"Eh? Hyun, barusan sampai?"
"Kok lo pada diluar kak?"
Hyunjae natap heran kearah William, Jiho dan Changmin yg berdiri gak jauh dari ruang rawat. Tanda kalau mereka sama-sama ngarah kesana.
"Mau masuk ke dalam. Channie rewel banget udah ngantuk", William nunjuk ke pintu yg dimaksud pakai gerakan kepala.
Kening Hyunjae berkerut bingung, nunjuk pakai hari telunjuknya, "Sepi?"
"Mungkin udah selesai... im not sure ", Jiho jadi ragu buat masuk.
"Emang lagi ngomong? Ngomongin apaan?"
"Hal penting sih. Kami bertiga aja disuruh keluar- EH CHANNIE ASTAGA"
Greget dengan kakak-kakaknya yg kelamaan ngobrol, Changmin lepas pegangan Jiho dan jalan sendiri ke depan pintu- ada scan transparan . Sepersekian detik benda pipih itu menggeser terbuka memberi Chan kecil masuk ke dalam.
"Kak Willy, kak Jiho ama kak Hyun lama!"
"Lo ngantuk banget ye?" Tanya Hyunjae, ketawa gemes sambil usak rambut Changmin.
Kepala Changmin ngangguk berkali-kali, sambil liat si kakak yg menjulang tinggi, "Ngantuk! Mau tidu-"
"HARUS GIMANA? AKU HARUS GIMANA LAGI KAK?!"
Buat keempat remaja dan anak-anak itu terperanjat kaget.
"AKU TAU CARA AKU SALAH, FATAL. DALLIE PASTI KESAKITAN SETELAH KEPUTUSAN ITU... Aku tau kak, aku tau... aku salah", Lengan ramping Felix yg terekspos bergetar, tarik kuat kain pakaian Changbin yg ada di pelukannya, "Terus aku harus apa? Aku harus berbuat apa?"
Ada jeda, diisi dengan denting lembut dari jam digital mengambang di atas nakas.
"Apa yg bisa aku lakuin supaya putri kita pulang kak, tanpa harus luka, tanpa bawa sakit... dia pulang kesini dengan bahagia", Felix tatap Changbin pakai mata bersimbah, pupilnya bergetar nahan derai yg gak kunjung usai, "Yg harus aku lakuin diem? Cuma pasrah? Maksa diri aku disana buat ngerti dan paham? Aku yg datang ke kamu langsung kak?"
"Apa aku harus liat pemandangan yg sama? Berulang kali?"
"Iya kak? Iya?""Sayang, nggak... gak lagi, gak akan lagi", Satu telapak Changbin usap kening suaminya, gak ngebiarin satupun helai turun.
Napasnya bergetar hebat terhembus lewat mulut. Bisa pria itu rasain permukaan bibirnya dingin dan ngering dengan cepat.
Felix terpancing dengan kalimat yg Minho lontarkan. Emosinya berserakan.
"Sshh, jangan nangis dek... Nggak lagi-"
"Kak...", Pria itu tersendat sesekali, "Setelah itu, kamu yg pergi?"
Demi kalimat gak diduga itu, Changbin bisa ngerasa tenggorokannya kering, tercekat. Kalimatnya kontan tertelan paksa bulat-bulat dan tersangkut entah di tenggorokan bagian mana.
"Terus setelah Taebin, setelah Dallie, kamu
pergi? Kamu yg hilang? Kamu yg diambil dari aku, iya kak? Iya? Kak?" Tubuh Changbin diguncangkan kuat, "KAK, JAWAB PERTANYAAN AKU! BILANG KAK, IYA ATAU NGGAK?!"Kepalanya ngegeleng letih, Bajingan, pria Seo itu maki dirinya sendiri yg gak mampu buat berkata-kata.
Jawaban itu lama direnungi Felix.
KAMU SEDANG MEMBACA
raison d'être ⚘ | changlix
Diversoscover: amerihanknow from twitter Changbin bangun lebih pagi dari biasanya hari itu, kaget mendapati sesosok cewek asing berdiri di sudut kamar apartemennya. "What the-" "POKOKNYA DADDY ABIN HARUS BAIKAN SAMA PAPA FELIX!!!" "-actual fuck?!" ◈ ━━━━━...