"Cie bawa anak ke kampus-ADAW""Bacot bener, ponakan lo juga gini-gini"
Minho hentakin kaki keras-keras, bentuk gak terima karena udah pasti dia masih di panggil om. Honestly, Changbin gak bilang ke Dalbin jangan panggil Minho om, sengaja.
"Geli", Changbin bergidik, liat Minho cemberut sambil hentakin kaki begitu bikin dia mau throw up.
"Kalau dia ponakan gue, berarti kita sedarah? Ogah banget", Gantian Minho pasang badan bergidik.
"Saudara kak, kalau cuma sedarah ya ibunya dipanggil tante, kan sama-sama sedarah"
"Maksud gue gak gitu ji"
Jisung gak peduliin muka lemes Minho, fokusnya sudah ke Dalbin yg sibuk ngedarin pandangan ke sekeliling fakultas yg lagi rame di lalu-lalang orang. Keliatan kalau dia pengen explore cuma ketahan sama pegangan ayahnya. Gak boleh jauh-jauh.
Dalbin gak merhatiin mereka ngomong, sibuk ngeliat sana sini.
Dia kangen suasana begini.
Kangen aktivitas kayak biasa. Ngumpul, ke perpus, habis ngampus jalan, kerkom, dia pengen.Changbin noleh ke Dalbin, ngedapetin gelagat Dalbin ketara nunjukin pengen keliling, akhirnya dia alih ke arah Jisung yg juga natap dia.
"Sung"
"Oke, gak jauh-jauh, gue pegangin", Jisung angkat tangan, tanda supaya Changbin percaya Dalbin bakal aman sama dia.
Minho mikir sebentar, "Lo gak ada janji sama Felix?"
Ngegeleng, "Tadinya, tapi dia bilang pengen nugas sendiri dulu, biar fokus"
Minho balas anggukan paham. Berarti Jisung bisa temanin Dalbin sampai urusan Changbin kelar.
"Bin?"
Sempet Minho sama Jisung gak percaya, barusan Changbin manggilnya lembut banget. Intonasinya halus, biasa juga dia kalo jawabin orang selalu ada kesan galak. Ini blas gak ada sama sekali.
"Kenapa dad?"
"Gue ngumpul tugas dulu, lo sama Jisung keliling mau?"
"MAU!"
Beberapa orang di lorong selain mereka sampe noleh.
"Yaudah sana, bentar pas kelar gue telpon", Pegangan pindah tangan ke Jisung.
"Lah gue?" Telunjuk Minho ngarah ke dirinya sendiri.
"Terserah kak, lo mau ikut gue atau dia?" Jisung noleh ke Dalbin terus nunjuk ke Changbin pakai dagunya.
Lengan Minho gerak, ngerangkul bahu Changbin, nyengir lebar, "Gue temenin dia aja, entar kalau kita jalan bertiga dikira udah berkeluarga, jagain yg bener Sung"
"Kemauan", Changbin balik badan gak pake aba-aba, badan Minho sampai ketarik hampir kejengkang.
Jisung ikut balik badan, tangannya ngegandeng tangan Dalbin. Mereka berdua mulai jalan ke sekitaran gedung yg biar gak terlalu jauh. Sepanjang itu Jisung buka percakapan duluan, di jawab antusias sama yg lebih kecil.
Eh bener juga.
Terakhir Jisung ketemu Dalbin, dia gak sekecil ini. Tingginya sekarang sesiku dia, di Minho malah di bawah siku.
"Bin umur lo berapa?"
"Aku-"
Sekarang umur dia berapa?Mulutnya ngatup gak jadi ngomong. Sok-sok ngitung pakai sebelah tangannya yg nganggur.
Alis Jisung nyatu. Masa dia gak tau umurnya?
"Ah, atau kelas aja, lo kelas berapa?"
"Tinggal wisudaan"
KAMU SEDANG MEMBACA
raison d'être ⚘ | changlix
Randomcover: amerihanknow from twitter Changbin bangun lebih pagi dari biasanya hari itu, kaget mendapati sesosok cewek asing berdiri di sudut kamar apartemennya. "What the-" "POKOKNYA DADDY ABIN HARUS BAIKAN SAMA PAPA FELIX!!!" "-actual fuck?!" ◈ ━━━━━...