The Present (Future)
Seungmin butuh waktu nenangin degup jantungnya yg saling kejar sebelum masuk kedalam. Sudah beberapa detik lalu sejak dia diizinkan masuk tapi gemetar di kakinya gak kunjung reda.
Satu langkah masuk kedalam, suara orang yg nempatin ruangan itu nerobos telinganya, nyapa ramah.
"Seungmin? Ayo duduk disini, kamu sendirian?" Felix turun dari ranjang rumah sakit perlahan, menarik tiang infus untuk dibawa ke sofa yg bakal mereka dudukin.
"Iya, kak Chan harus ke kantor", Nurut, dia ikut duduk di sebelah Felix.
"Changmin kamu titipin ke siapa?"
"Sama grandma-nya, dia bakal ribut kalau dibawa kesini. William kelasnya full seharian jadi gak bisa buat jagain"
Felix ngangguk paham, sebelah tangannya ngeraih teh kemasan di meja sebelah sofa. Kemudian balik boleh ke temannya lagi, gak lama alisnya bertaut nyatu ngeliat gerak-gerik gelisah Seungmin. Sedari tadi mereka mulai ngobrol, mata pria yg lebih muda beberapa hari darinya itu sibuk lirik sana-sini.
Nyari pengalihan supaya gerak gelisahnya hilang tapi jadinya malah makin keliatan jelas kalau lagi nyembunyiin sesuatu.
"Min?"
"Eh iya?"
Senyum simpul kebentuk di kedua ujung bibir Felix, "Kamu semalam lembur lagi kan? Kenapa tetep maksa buat datang ke sini? Kamu kan bisa istirahat dulu"
"Ah, itu aku takut besok bakal sibuk banget, nanti gak bisa datang nemuin langsung"
Felix nyerahin teh kemasan, Seungmin terima terus diletakin asal di sofa, "Lah terus kenapa? Badan kamu tegang banget, kamu sakit?"
Ribut kepala Seungmin ngejawab pertanyaan Felix, makin resah. Bingung harus mulai bicara apa yg semalam ingin dia bilang darimana. Saraf otaknya seolah nyuruh lidahnya buat kelu makin lama.
"Seungmin", Panggil Felix pelan.
Seungmin tetap bungkam.
Akhirnya Felix ulurin tangan, usap pelan kedua bahu kaku milik si marga Bang.
Dan itu buat empunya noleh, bertatapan langsung sama kedua bola mata luas itu, lebih luas dari dunia yg pernah seungmin liat sejauh ini.
"Gak apa-apa "
Sekujur tubuh rampingnya lemas, luruh jatuh di pelukan Felix, nangis sejadi-jadinya. Sementara tangan yg dipeluk sibuk tepuk punggung Seungmin, ngebiarin bahunya basah.
"Maaf Felix, maaf, aku minta maaf", Isakan Seungmin makin jadi.
"Loh kenapa maaf? Memang kamu salah apa? Gak ada Seungmin, kamu gak salah apa-apa "
"Nggak!"
Suaranya kesendat berkali-kali, ada jeda lama sampai Seungmin bisa atur napasnya dan kembali bicara lancar, "Gak harusnya aku ngotot kayak kemarin, aku cuma fokus sama apa yg aku lihat Felix, sisanya aku lepas! Gara-gara aku Felix, semua gara-gara aku- kalau aja, kalau aja aku mau lihat selain dari itu, semua nggak bakal begini"Felix diam mendengarkan. Natap kosong ke arah dinding polos di belakang.
Ngerasa gak dapat reaksi apa-apa, kontan Seungmin ngelepas dekapan sosok Felix. Ekspresi tanpa arti dari Felix masuk sejelas-jelasnya kedalam mata basah pria itu.
"Seungmin?! Kamu ngapain-berdiri, jangan begini!" Felix kaget bukan kepalang.
Seungmin turun dari duduknya, membungkuk dalam sambil meluk kedua kaki Felix. Belum sempat diminta buat berdiri lebih dulu Seungmin berseru kencang.
KAMU SEDANG MEMBACA
raison d'être ⚘ | changlix
Randomcover: amerihanknow from twitter Changbin bangun lebih pagi dari biasanya hari itu, kaget mendapati sesosok cewek asing berdiri di sudut kamar apartemennya. "What the-" "POKOKNYA DADDY ABIN HARUS BAIKAN SAMA PAPA FELIX!!!" "-actual fuck?!" ◈ ━━━━━...