30 - ⚘

1.4K 213 51
                                    

4000+ words






























Waktu pintu unit terbuka, langkah Felix ketahan. Terawang lama ke dalam ruangan yg lampunya dimatikan, harusnya gak terlihat apa-apa. Karena memang gelap dan cahaya bulan malam itu gak seterang kayak biasa.

Tapi Felix ingat jelas.

Dia ingat jelas apa yg ada di dalam sana. Seolah, gelap ruangan gak ngaruh. Netranya bisa lihat bentuk dan posisi perabotan milik Changbin.

Felix mengingat semua dengan jelas.

Yg lebih duluan masuk ialah pemilik unit, kakinya jalan kearah sisi dinding untuk nyalakan lampu seisi ruang. Setelah cahaya lampu kasih penerangan, dia berbalik kearah Felix yg diam diluar.

"Masuk aja"











'Aja' katanya.














Satu langkah masuk, dorongan perasaan gak menyenangkan itu sergap badannya. Kayak sengaja, sengaja berkumpul di satu ruangan kemudian waktu Felix akhirnya datang, mereka bekap sampai cowok itu sesak.

Tapi, benar. Pandangan yg Felix liat waktu gelap tadi gak salah, posisi, perabotannya tepat. Gak banyak berubah dan ganti. Pemiliknya selalu pintar rawat barang-barangnya.

"Lo mau duduk dulu atau langsung ketemu Dalbin?"

"Langsung aja", Felix mau cepat-cepat selesaiin ini dan pulang.

Changbin ngangguk paham.

Badannya berbalik kearah pintu kamar punya dia, sementara Felix berdiri di belakang. Nunggu cowok itu membuka selaku tuan rumah.

Ada satu setruman terasa.

Gerakan Changbin terhenti waktu baru akan mutar kenop pintu. Ingat sebelumnya pernah ada di posisi ini beberapa waktu lalu... sudah lama tapi rasanya sebentar.

"Cepat", Gigi Felix gemelutuk, menggigil-juga ngerasain hal serupa.

Dengar ucapan yg terasa kayak perintah itu segera satu gerakan cepat, kenop terputar ngebuka. Mata bulat Felix membeliak respon suhu dingin yg nguar dari dalam kamar. Ini sedingin apa? Berapa derajat? Gila.

Khawatir, "Dalbin sakit apa?"
Memangnya anak itu sakit apa sampai suhu ruang harus sampe segini dingin?

Ngeliat Changbin ngasih jawaban dengan langsung masuk, mau gak mau Felix ikutin langkah pemuda itu. Gak lupa tutup lagi pintu kayak semula. Cowok itu bawa badan ngedeketin kasur yg Dalbin tempatin.

Nggak, Felix lama diam.

Sebelum bener-bener nyampe, badannya kaku.


Dia ingat sesuatu,
"Gue harus ngapain?" Felix berujar sekenanya.


-sesuatu yg gak pernah bisa cowok Lee itu lupain. Yg gak akan pernah sekalipun dia lupain, even for a damn second.


"Sebentar", Changbin alihkan atensi ke arah Dalbin. Sambil ngebaikin letak bantal dan selimut agar lebih nyaman, kemudian pandang lama wajah copy paste 'keduanya' itu, "Bin..."

raison d'être ⚘ | changlixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang