PROLOG

713 62 3
                                    

#salamwritingmarathon
#challengemenulisbersama_tim3redaksisalam_ped

****

"Iyannnn," panggil seorang gadis yang ada di hadapan pagar. Alasan dirinya masih berdiri disitu karena pagar sudah ditutup, artinya bel masuk sudah berbunyi dan murid yang terlambat tidak diperbolehkan masuk.

Laki-laki dengan pakaian yang rapih tengah memanjat pagar. Dirinya menjadi tontonan gadis yang berdiri di bawah dan menatapnya. Sedari tadi ia diamkan gadis itu karena fokus memanjat.

Sengaja memakai pakaian rapih, agar saat dirinya lolos, dia tidak akan difitnah.

"Huh!" Akhirnya lelaki itu berhasil turun.

"Iyan, kok kamu enggak bantuin aku sih?"

"Sendiri aja, gitu aja gak bisa." Ucapnya meremehkan.

Turun dengan selamat dan masuk ke sekolah dengan selamat.

Gadis yang meneriaki namanya itu ia tinggalkan. Sosok dengan name tag 'Danu Rian Ismail' itu langsung masuk ke dalam.

Berjalan melewati beberapa kelas sebelum akhirnya ia sampai. Pada satu ruangan sebelum sampai ke kelas, ia bertemu dengan teman perempuan di kelasnya.

Gadis itu berjalan santai dengan wajah datar seperti tak ada semangat hidup.

Sasi itu murid yang pandai dan sopan di kelasnya, bisa-bisanya sekarang dia telat. Tapi bagaimana jika Danu mengikutinya? Orang pintar jika telat pasti bisa dimaklumi, maka Danu akan mengikuti Sasi agar tidak dicurigai juga.

"Sasi!"

"Tunggu! Bareng gue!"

Sasi menghentikan langkahnya tanpa menoleh ke belakang, jarak mereka tidak terlalu jauh tapi Sasi ada di paling depan.

Danu menghampiri Sasi. Auranya langsung berbeda saat di samping Sasi. Ekspresi dan sifat gadis itu seperti memberikan perkataan "Gak usah ngomong sama gue kalo enggak ada kepentingan."

"Telat?" Tanya Danu basa-basi.

"Hm." Balas gadis cuek. Ia menggunakan tas jinjingan. Tasnya melingkar di bahu tangan kanan, tangan kirinya memegang tasnya. Pandangannya lurus ke depan, wajahnya tetap datar.

"Lewat darimana?" Kepala Danu menatap tubuh Sasi yang lebih pendek darinya. Sangat terlihat jelas bahwa Danu lebih tinggi.

Kepala Sasi menunjuk ke pagar belakang sekolah yang tak jauh dari mereka. Danu menoleh ke arah yang ditunjuk oleh Sasi.

Bodoh bodoh bodoh. Kenapa gue harus loncat ke pagar kalo disitu ada jalan yang gampang. Ngapa gue baru inget juga. Batin Danu memaki-maki.

Sasi juga pastinya sudah tahu kalo Danu memanjat pagar agar bisa masuk, karena ia tidak bertemu dengan Danu saat melewati pagar belakang.

Rahasia Sasi (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang