#salamchallengewriting
#challengemenulisbersamaredaksisalam_pedSetelah berdebat dengan Sang hati yang selalu membuatnya memikirkan Danu akhirnya Sasi pun tertidur juga. Tidurnya kali ini lebih nikmat karena tugas-tugas rumah sudah diselesaikan sehingga otaknya tidak perlu memikirkan itu.
Hari esok pun tiba dan dirinya berangkat ke sekolah setelah mandi dan sarapan serta menyiapkan barang-barang keperluan di kelas. Pada kesempatan kali ini Sasi menggunakan ojek online untuk pergi ke sekolah, seperti waktu kemarin-kemarin.
"Uci kemarin ada tugas disuruh buat kelompok tiga orang. Kamu mau gabung kelompok Uci sama Rema enggak?" Baru masuk Sasi sudah disambut oleh Uci. Tapi setidaknya ada yang perduli kepada Sasi dengan memberitahukan tentang tugas kemarin karena kemarin dirinya tidak berangkat.
Gadis itu duduk di kursinya lalu menoleh ke arah Uci yang sedang duduk di bangkunya sendiri. "Pelajaran apa?"
"Matematika," jawab Rema yang baru datang. Bukan baru berangkat melainkan dirinya habis dari kantin.
Uci dan Sasi sama-sama menoleh ke Rema yang barusan datang. Perempuan yang aktif di kelas itu duduk di kursinya sendiri yaitu disampingnya Uci.
"Boleh deh, mau ngerjain dimana btw?" Tanya Sasi dengan kepala yang mengarah ke mereka berdua.
"Di rumah kamu aja gimana, Si? Soalnya di rumah Uci tuh rame banget biasanya. Kalo di Rema kejauhan,"
Pertanyaan yang tidak memerlukan otak untuk berpikir, Sasi pun langsung menjawabnya, "Iya boleh. Mau kapan?"
"Pulang sekolah sekarang, soalnya besok ada mata pelajaran matematika kan?" Usul Rema.
"Iya bener," timpal Uci.
"Oke pulang sekolah."
Mereka langsung fokus pada kesibukan masing-masing. Lalu datanglah Danu yang kesiangan setelah bel masuk berbunyi. Saat Danu melewati mejanya, Sasi mendongakkan kepalanya untuk melihat Danu. Ternyata Danu pun sama tengah memperhatikan dirinya saat sedang berjalan sekalipun. "Apa Lo liat-liat!" Jutek Danu. Sifat jutek Sasi sedikit tumpah ke Danu.
"Apaan sih." Respon Sasi dan langsung kembali sibuk pada buku tulisnya. Mengecek tugas barangkali ada yang kelupaan.
Janji mereka bertiga antara Sasi, Uci, dan Rema pun ditepati oleh mereka bertiga sendiri. Dengan bermodal mobil lewat ojek online mereka pun pergi ke rumah Sasi.
Uci dan Rema menatap rumah yang sederhana tapi bersih ini saat turun dari mobil. Pemilik rumahnya tengah sibuk membayar ojeknya setelah selesai barulah ia membukakan pintu dan mempersilahkan Uci serta Rema masuk ke dalam.
"Duduk dulu aja ya, gue ambil minum sama makanan buat kalian." Izin Sasi pergi ke dapur yang tak jauh dari ruang tamu. Tapi Uci dan Rema bisa melihat Sasi dari tempat mereka duduk.
"Si, aku enggak usah makan deh. Soalnya enggak terlalu laper, kalo bisa mah cemilan aja ya."
"Iyaaa." Sahut Sasi dari dapur.
"Uci Prasila bawel banget sih,"
Prasila?
Di dapur Sasi langsung menghentikan aktivitasnya saat mendengar nama itu. Pemilik nama itu menjadi korban atas kebejatan yang dilakukan Sang Papa.
Uci korbannya kah? Gak percaya banget sih lagian dia biasa-biasa aja kok kalo sama gue.
Cemilan di kulkas dibawa Sasi menuju ruang tamu dan disimpan di meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Sasi (END)
Teen FictionSasi, perempuan pendiam di kelas. Sangat misterius. Dalam sejarahnya, tidak ada lelaki yang mendekati Sasi. Padahal usia gadis itu sudah bisa dibilang remaja. Biasanya para remaja akan membuat kisah remajanya sendiri. Namun kisah Sasi sangatlah polo...