Disini Sasi berada, kamar mandi perempuan. Entah Sasi yang lebay atau Danu yang jahat tapi karenanya Sasi menangis. Perasaannya selama ini yang dipendam olehnya dan diungkapkan secata langsung tetapi lelaki itu malah tidak percaya.
Sasi sedari tadi duduk di atas toilet yang tertutup. Di punggungnya menempel tas sekolah artinya dia sudah menempati waktu pulang sekolah. Bukannya pulang ke rumah, Sasi berdiam diri di toilet untuk menangis dengan tujuan menenangkan dirinya.
"Alay banget deh.. masa gini doang nangis," gerutunya sambil mengelap air mata.
"Kalo Nunik beneran kaya gitu, fiks dia jahat banget."
Sasi berdiri dengan mata yang mengarah ke pintu. "Balik ah, pegel gue disini." Tangannya memegang gagang pintu toilet dan membukanya.
Gadis itu berjalan keluar dari kamar mandi. Sasi berhenti sejenak di luar kamar mandi, hanya iseng mencari Danu dan ia tak sengaja menemukan Danu sedang berjalan keluar sekolah tapi jarak Danu dengan gerbang masih sangat jauh.
Dengan cekatan Sasi berlari menuju keluar gerbang agar dirinya tidak berjumpa dengan Danu. Seperti biasa, ia memesan ojek online terlebih dahulu di tempat penunggu bus.
Setelah berhasil memesan ojek online, matanya beralih ke orang-orang sekitar. Sekedar melihat orang-orang random, tidak ada maksud apa-apa. Tangannya masih memegang ponsel dengan layar pesanan ojeknya itu.
Tin tin
Kepalanya langsung menoleh ke arah kanan karena suara itu juga berasal dari arah kanannya.
"Mau bareng enggak?" Danu menawarkan tumpangan pulang bersama. Sasi langsung menggelengkan kepalanya pelan dan berkata, "Enggak deh,"
Tidak ada respon dari Danu. Mereka canggung sekarang karena saling mendiami. Daripada terlihat seperti orang bodoh, Sasi pun berpura-pura melihat ponselnya. Hingga sebuah motor ninja berhenti di hadapannya, tapi itu bukan motornya Danu.
"Sasi?" Pemilik nama itu mendongakkan kepalanya. "Iya saya!"
"Okeh." Balas pengendara ojek itu. Segera Sasi naik ke kok motor itu tanpa berpamitan kepada Danu.
Saat motor yang ditumpanginya hendak berjalan pergi, Sasi curi pandang ke arah Danu melalui kaca spion. Lelaki itu memasang wajah kecewa seperti sedih karena Sasi lebih memilih orang lain dibanding dirinya. Pertama kalinya Sasi melihat ekspresi Danu seperti itu. Hal itu membuat dirinya seketika merasa bersalah walaupun ini bukan sepenuhnya salah Sasi.
Dari kaca spion juga Sasi bisa melihat Danu langsung pergi dari tempat menunggu bus itu. Sasi menghela napasnya kasar, sebenarnya ia ingin marah sejenak kepada Danu tapi semenjak melihat ekspresi itu ia menjadi tidak tega.
Bahkan sesampainya di rumah pun Sasi masih memikirkan Danu. Apakah Danu kecewa padanya? Untuk mengetahui jawabannya, Sasi pun langsung membuka ponselnya saat sudah masuk ke dalam rumah. Saking fokusnya, ia sampai lupa melepas sepatu sekolah.
Sasi terdiam di tempatnya. Berdiri dengan sepatu sekolah yang belum dilepas dan ponsel yang dipegang oleh tangannya serta mata yang tertuju ke layar ponsel, semua itu hanya karena Danu. Tapi siapa sangka bahwa penyebab Sasi melakukan ini ternyata tidak menghubunginya sama sekali?
"Mungkin belum sampe ke rumah kali," Sasi mencoba berpikir positif. Layar ponsel dimatikan dan ponsel itu disimpan di atas meja ruang tamu.
Setelah mengerjakan pekerjaan rumah ia akan mengecek lagi ponselnya barangkali ada pesan dari Danu, rencana Sasi seperti itu. Dan Sasi benar-benar melakukan rencananya.
Ia berbaring di atas kasur dengan ponsel di tangannya. Memasang posisi tengkurap setelah mengerjakan tugas rumah.
"Ck!" Sasi berdecak kesal saat tidak mendapatkan notifikasi pesan sedikitpun dari Danu.
Ting
Sasi buru-buru mengeceknya. Timbul senyuman saat suara itu merupakan suara notifikasi dari Danu.
Danu Rian Ismail : tadi Lo pulang sama siapa?
Sasi mengerutkan dahinya saat membaca pesan dari Danu. Hatinya lega karena setidaknya Danu masih menghubunginya. Segera Sasi membalasnya sebelum hilang tanda online dari kontak Danu.
Sasi : sama ojek online lah. Kenapa sih?
Danu Rian Ismail : tadi enggak mau pulang bareng gue kenapa?
Sasi : suka suka gue lah
Danu Rian Ismail : hm oke
Seketika teks online menghilang dari kontak Danu, artinya lelaki itu sudah tidak online lagi. Kini Sasi bingung harus apa, ingin menghubungi Danu lagi tapi ia merasa itu tidak penting.
Dua menit ia menunggu pesan dari Danu lagi. Siapa tahu Danu menghubunginya lagi, tapi ternyata tidak.
Kakinya turun dari kasur dan beranjak keluar dari kamar untuk melakukan kegiatan yang lain sembari menunggu pesan dari Danu.
Nyatanya hingga malam hari Danu tidak mengirimkan apa-apa padahal layar ponsel Sasi sudah menunjukkan room chat mereka berdua artinya Sasi sudah siap menerima pesan dari Danu.
Tapi tiba-tiba..
Ting
Danu Rian Ismail : Lo ngestalk gue ya?
Ampun deh, tau darimana dia kalo gue ngestalk kontaknya..hm
Sasi : Enggak dih, geer banget Lo
Danu Rian Ismail : bener kan? Gue pake apk khusus yang nunjukin orang-orang yg ngestalk wa gue
"Duh gue harus apa.." lirih Sasi.
Kepalanya sedikit mendongak ke atas, memasang ekspresi orang berpikir, "Sejak kapan ada aplikasi kaya gitu? Kok gue kudet banget si."
Danu Rian Ismail : jawab
Ponselnya bergetar ringan tapi masih bisa dirasakan tangannya. Kepalanya menunduk lagi ke layar ponsel untuk membaca pesan baru. Setelah membaca dan berpikir akan membalas apa, Sasi pun langsung mengetik.
Sasi : eh iya sorry enggak sengaja
Danu : hm iya
Kembali seperti awal, Sasi kembali bingung ingin menjawab apa. Pasalnya ia tidak jago membuat topik pembicaraan, disini ada yang jual topik pembicaraan?
Kembali seperti awal juga, Sasi tidak membalas apa-apa. Hanya ingin menunggu pesan dari Danu saja walaupun sebenarnya ingin mengirimkan sebuah pesan tapi terhalang dengan gengsi.
Jujur saja Sasi kesal dengan Danu yang tidak mengirimkan pesan lagi padanya.
Awas aja besok, ancam Sasi di dalam hatinya.
"Eh tapi besok kan libur," Sasi baru ingat bahwa sekarang adalah hari Jumat.
Sedang memikirkan bagaimana caranya Danu menghubungi dirinya tanpa Sasi minta. Bagaimana ya caranya?
Disisi lain juga Danu tengah memikirkan bagaimana caranya agar dia bisa mendapat respon baik dari Sasi, respon baik yang dimaksud olehnya adalah tidak cuek dan tidak singkat. Jawaban Sasi tadi seolah-olah memberi tahu bahwa Sasi tidak ingin dihubungi lagi.
Karena sibuk saling memikirkan bagaimana caranya tanpa mencoba, hasilnya mereka tidak menukar satu pesan pun karena gengsi ataupun takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Sasi (END)
Teen FictionSasi, perempuan pendiam di kelas. Sangat misterius. Dalam sejarahnya, tidak ada lelaki yang mendekati Sasi. Padahal usia gadis itu sudah bisa dibilang remaja. Biasanya para remaja akan membuat kisah remajanya sendiri. Namun kisah Sasi sangatlah polo...