#salamwritingchallenge
#challengemenulisbersamaredaksisalam_ped"Kenapa enggak bilang kalo lo abis jenguk Ayah Lo di rumah sakit?" Tanya Danu saat Sasi naik ke belakang motornya.
"Lo penting? Enggak kan." Jawab Sasi saat dirinya sudah naik ke motor Danu.
Tanpa merespon jawaban Sasi, lelaki itu langsung menjalankan motornya menuju tempat tujuannya.
"Kok enggak ke sekolah?"
"Mau kemana?" Sasi bertanya seperti ini karena jalanan yang dilewati oleh Danu bukanlah jalan menuju sekolah.
"Kita mau jenguk Deva, dia kan sakit."
"Tapi ke toko roti dulu, tadi disuruh beli roti untuk Deva sama Bu Tissa,"
"Oh yaudah sok."
Seperti ucapan Danu, mereka benar-benar berhenti di toko roti. Yang pertama turun adalah Danu, ia langsung mengisyaratkan agar Sasi tidak perlu turun.
"Gue aja yang beli, Lo tunggu disini,"
"Oke."
Lelaki itu masuk ke toko roti tersebut. Tak memerlukan waktu lama, lelaki itu langsung keluar dari toko itu dan naik kembali ke motornya.
Bruk
Roti yang dibeli oleh lelaki itu disimpan di paha Sasi. Sasi pun memegangnya saja.
"Kaki Lo keliatan," tegur Danu.
Deg
"Maksudnya?" Beo Sasi tidak paham. Hatinya langsung merasa tidak aman.
Danu mulai menyalakan mesin motornya dan pergi. Sasi melirik ke kakinya. Wah, ternyata kulit kakinya terlihat. Tentu Danu akan menegur karena ia selalu melihat Sasi menutup semua bagian tubuhnya kecuali kepala.
Kulitnya yang berbulu nampak sedikit tapi sangat jelas. Sasi langsung merasa tidak percaya diri. Bayangkan saja ketika sesuatu yang kamu tutupi selama ini tiba-tiba terlihat oleh seorang lelaki, apalagi Danu yang terkadang Sasi menganggapnya bahwa dia adalah musuh. Tapi Danu biasa saja saat mengatakan itu.
Tidak ada percakapan sama sekali saat di perjalanan. Sasi diam karena memang dirinya tak ingin berbicara. Setelah Danu mengatakan itu, ada sedikit rasa tertekan di dalam hati Sasi karena merasa kesal. Pikiran nethink mulai menyerang otaknya, seperti bagaimana jika Danu membocorkan kekurangannya ini? Dan bagaimana jika Danu akan mengejek dirinya?
Walaupun Sasi tidak tahu ini daerah yang dilewati mereka, tapi Sasi tahu tujuan mereka adalah rumah Deva. Hingga tampak sebuah mobil berwarna hitam yang Sasi kenali adalah mobil wali kelas mereka, mobil itu parkir di hadapan sebuah rumah. Danu pun memarkirkan motornya di samping mobil itu.
"Teman-temannya Deva ya? Ayo masuk aja masuk," mereka berdua langsung disambut oleh seorang ibu tua yang mereka kira adalah ibunya Deva.
"Iya, Bu." Jawab Sasi ramah.
Mereka berdua pun masuk ke dalam tanpa menukar satu kata pun. Saat masuk ke dalam, mereka langsung melihat Deva yang terbaring lemah di atas kasur. Bu Tissa duduk di sofa, dimana sofa dan kasur itu berdekatan.
"Duduk sini," Bu Tissa memberikan isyarat. Mereka pun duduk di sofa itu yang sama dengan wali kelas mereka.
"Danu bawa?" Tanya Bu Tissa.
"Oh itu ada di Sasi, Bu." Jawab Danu menunjuk roti. Sasi yang paham langsung memberikan roti itu pada Bu Tissa.
"Ini ya Bu dari perwakilan teman-teman sekelas Deva, maaf kalo ganggu,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Sasi (END)
Teen FictionSasi, perempuan pendiam di kelas. Sangat misterius. Dalam sejarahnya, tidak ada lelaki yang mendekati Sasi. Padahal usia gadis itu sudah bisa dibilang remaja. Biasanya para remaja akan membuat kisah remajanya sendiri. Namun kisah Sasi sangatlah polo...