#salamchallengewriting
#challengemenulisbersamaredaksisalam_ped"Traktir dong, Si. Kan Danu ngechat karena gue," Nunik merengek kepada Sasi untuk minta traktiran setelah Sasi bercerita bawa Danu mengiriminya sebuah pesan.
Mereka berdua tengah berjalan menuju kantin. Di pagi hari ini, Sasi berangkat lebih awal karena Nunik mengajaknya berangkat bersama.
"Dih apa pula nih bocah modus minta traktir,"
"Ya gara-gara gue kan Lo bisa chat an sama Danu?"
Sasi memutar bola matanya malas dan duduk di kursi saat sudah sampai. Nunik pun duduk di samping Sasi tapi matanya melihat satu persatu jajanan kuliner yang ingin dibelinya.
"Lo chat an kan sama Danu?" Nunik menoleh ke arah Sasi.
Gadis itu menggelengkan kepalanya. "Chat an dari mana? Orang dia cuma minta save terus gue jawab iya eh cuma dibaca doang,"
"Lo ngarepnya lebih?" Tanya Nunik.
"Hm ya begitulah." Jawab Sasi.
Sasi dan Nunik menoleh ke arah kiri. Ada teman-temannya Danu seperti Wesel, Rama, Asoka, dan Danu juga melewati Sasi.
Mereka berdua memperhatikan para lelaki itu yang sudah mengambil bangku masing-masing.
"Nunik!!!!" Sasi berteriak kepada Nunik. Boleh saja membahas Danu tapi tahu waktu. Ya walaupun sebenarnya bukan sepenuhnya salah Nunik, karena Sasi ikut menyahut juga. Toh, yang digosipin belum tentu mendengar.
"Ihh apaan lagi?!" Nunik mengelak. Gadis itu langsung pergi untuk membeli bakso sebelum bel masuk berbunyi.
Gadis berambut pendek ini lebih memilih untuk tetap duduk disini. Matanya diam-diam curi pandang ke Danu. Lelaki itu tengah mengumpul dengan teman-temannya pada satu meja. Tubuh Danu menghadap ke arahnya dan juga Rama yang duduk di sampingnya.
Di saat Sasi sedang memperhatikan, Rama mendongakkan kepalanya dan mendapati Sasi tengah memperhatikan temannya itu. Sasi tidak menyadari bahwa Rama mendongakkan kepalanya dan melihat arah pandang matanya karena dia sibuk memperhatikan Danu yang tengah mengobrol dengan temannya yang duduk di depannya itu, mungkin Wesel karena bisa ditebak dari postur tubuhnya.
Diam-diam Rama menyenggol lengan Danu. Danu mendelik ke arah Rama. "Apa?"
"Liat lurus ke depan," ucap Rama yang matanya masih memperhatikan Sasi. Gadis itu masih saja melihat ke arah Danu, segitu fokusnya kah?
Mendapat jawaban itu, Danu pun langsung menghadapkan kepalanya serta pandangannya lurus ke depan.
Deg
Sasi dan Danu saling tatap menatap. Rama yang melihat itu langsung tertawa apalagi saat Sasi langsung mengalihkan pandangan dan juga Danu yang sama-sama mengalihkan pandangan.
Duh kenapa jadi kaya gini sih, batin Sasi. Ia merutuki kesalahan dirinya yang terlalu fokus pada Danu sampai ia lupa bahwa ada Rama yang memperhatikannya.
Sekarang matanya beralih ke orang lain. Ini hanya pura-pura agar Danu tidak mengira bahwa dirinya diperhatikan oleh Sasi. Hitung-hitung mengurangi rasa kepedean lelaki itu. Tak sengaja Sasi menangkap sosok Uci yang tengah menunggu pesanannya dan Sasi juga melihat Rema sedang memesan siomay. Mungkin Rema juga memesan punya Uci agar tidak bolak-balik.
Datang seorang lelaki dan duduk di hadapan Uci. Uci menatap lelaki itu kemudian berkata. "Ngapain sih kesini? Kan udah Uci bilang jangan kesini lagi, jangan pernah deketin Uci lagi." Ucapnya dengan raut wajah khawatir. Padahal jika diperhatikan lagi lelaki itu tidak mempunyai niat jahat apapun tapi kenapa Uci ketakutan seperti itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Sasi (END)
Teen FictionSasi, perempuan pendiam di kelas. Sangat misterius. Dalam sejarahnya, tidak ada lelaki yang mendekati Sasi. Padahal usia gadis itu sudah bisa dibilang remaja. Biasanya para remaja akan membuat kisah remajanya sendiri. Namun kisah Sasi sangatlah polo...