#salamwrithingmarathon
#challengemenulisbersamaredaksisalam_pedSaat Sasi menerima amplop itu, hatinya langsung senang. Pertama karena suami dari Bundanya itu berarti menganggap dirinya ada dan menghargai ditandai dengan amplop ini, kedua ia yakin isinya pasti uang dan bisa ditambahkan ke tabungan.
Sasi duduk di kursi belajar. Tangannya sudah memegang amplop dan membukanya. Jantungnya deg-deg an, padahal tidak ada yang menjadi alasan jantungnya seperti itu.
"Empat lembar!!!" Mata Sasi melotot saat melihat uang senilai seratus ribu rupiah ada empat lembar di dalam amplop itu.
Amplop itu disimpan di atas meja lalu dirinya loncat-loncat kegirangan kemudian berhenti. "Eits, loncat-loncat bukanlah budayaku."
Sasi menekuk tubuhnya dan sujud menghadap kiblat seperti saat dirinya sholat.
"Alhamdulillah ya Allah terima kasih banyak. Kebahagiaan ku ini tuh,"
Setelah sujud syukur, ia kembali mengambil amplop itu.
"Yey!!!!"
Dengan tangan kiri yang memegang amplop, tangan kanannya digunakan untuk mencari dompetnya.
Diakui oleh dirinya sendiri bahwa Sasi itu orangnya ceroboh, takutnya uang itu hilang tiba-tiba lebih baik disimpan di dompet terlebih dahulu.
Dompetnya dibuka. Ada empat lembar uang seratus ribu rupiah dan uang lainnya yang tidak senilai dengan seratus ribu rupiah seperti lima puluh ribu, dua ribu rupiah. Sisa itu hadir karena sebenarnya uang seratus ribu rupiah itu ada lima lembar, uang bulanan yang diberikan oleh bundanya waktu itu tapi satunya sudah digunakan selama satu Minggu dan kembaliannya adalah sisanya.
Sebulan sekali Sasi mendapatkan uang lima ratus ribu rupiah. Tidak hanya untuk jajan, melainkan untuk belanja kebutuhan lainnya seperti makanan sehari-hari, sabun cuci piring dan baju, dan lain-lain.
Sasi memasukkan uang yang ada di amplop ke dompetnya. Dompet itu disimpan kembali di tempatnya yaitu tempat buku, yang paling aman. Semua sisi di rumah ini selalu aman karena tidak ada siapa-siapa kecuali Sasi.
Gadis itu berjalan menuju jendela kamar. Jendelanya dibuka agar ia bisa melihat langit malam.
"Besok hari Minggu, besoknya lagi hari Senin."
"Eh besok hari Minggu?! Jalan-jalan ah!"
Sasi langsung mencari ponselnya untuk menemani Nunik. Ya dia mempunyai rencana jalan-jalan ke toko buku atau apapun yang menghibur dirinya bersama Nunik.
"Nik besok jalan-jalan yuk! Gue traktir Lo dua puluh ribu sok!"
"Jam? Pake motor gue?"
Wajah senang Sasi berubah menjadi datar.
"Iya lah. Gue kan enggak punya motor, aneh aja Lo mah."
"Okey dua puluh ribu untuk bensin nya aja deh. Gue masih ada duit kok tenang aja."
"Oke sip jam sembilan aja ya selesai gue beres-beres rumah."
"Oke nanti kalo gue kesana tiba-tiba jangan kaget ya."
"Hm. Dah gue matiin dulu,"
Tut
"Besok bawa uang berapa ya?" Tanya Sasi sambil berjalan ke kasurnya.
Sasi merebahkan tubuhnya di atas kasur dengan mata yang menatap ke atas dan hati yang bahagia. Uang memang bukan kebahagiaannya tapi uang bisa membuatnya bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Sasi (END)
Teen FictionSasi, perempuan pendiam di kelas. Sangat misterius. Dalam sejarahnya, tidak ada lelaki yang mendekati Sasi. Padahal usia gadis itu sudah bisa dibilang remaja. Biasanya para remaja akan membuat kisah remajanya sendiri. Namun kisah Sasi sangatlah polo...