#salamchallengewriting
#challengemenulisbersamaredaksisalam_pedTidak perlu naik ojek lagi, cukup naik angkot sudah bisa sampai ke daerah rumahnya. Harga lebih terjangkau tapi sama-sama bisa mengantarnya ke rumah.
"Makasih ya, Pak." Ucap Sasi setelah memberikan ongkosnya.
"Sama-sama, neng."
Sasi membalikkan badannya dan pergi ke rumahnya. Dari berhentinya angkot sampai rumahnya memiliki jarak yang lumayan jauh sehingga Sasi harus berjalan terlebih dahulu.
Pulang ke rumah maka ia melewati rumah Bu Farah yaitu Budenya Danu. Saat lewat, Sasi berusaha bersikap biasa saja. Bersikap biasa saja maksudnya adalah tidak mencuri-curi pandang untuk mengetahui apakah ada Danu disana, siapa tau kan tujuan Danu saat bertemu dengan dirinya adalah mengunjungi Budenya. Tapi sayangnya dia tidak bisa menahan rasa ingin tahunya alhasil dia diam-diam menoleh ke rumah Bu Farah. Sepi ternyata. Sasi tetap berjalan sampai pada rumahnya.
"Nugas lagi nugas lagi," Sasi bernyanyi.
"Enggak di sekolah enggak di rumah pasti enggak jauh-jauh dari tugas."
Gadis itu berbicara sambil membuka pintu rumah yang dikunci.
"Berasa jadi istri tanpa suami," ucapnya. Sebenarnya walaupun dia malas melakukan pekerjaan rumah itu bukan berarti dia tak ingin beberes tapi dia benar-benar lelah melakukan semua ini sendirian. Tapi disisi lain ia beruntung karena bisa hidup sendiri tapi Sang Bunda masih memberikan uang bulanan kepadanya. Bayangkan saja jika Bundanya itu tidak memberikan uang bulanan sehingga Sasi harus kerja, lelahnya akan menjadi dua kali.
Tas miringnya disimpan di atas kursi. Kain di bagian lengan panjangnya pun digulung. Sasi selalu memakai baju dan celana panjang ketika bepergian. Setelah menggulung bagian ujung pakaian dari tangan dan kaki, Sasi pun mulai mengerjakan tugas rumah. Tenang saja, setelah ini ia bisa bersenang-senang.
Hampir satu jam ia bergelut dengan pekerjaan rumah. Menghela napasnya lega ketika sudah selesai. Tentunya gadis itu kembali di atas kasur untuk istirahat sejenak. Di saat istirahat yang seperti ini Sasi berharap pikiran overthinking tidak menghampirinya. Sudah fisik yang lelah, jangan sampai batik juga lelah.
Hari ini kan hari Selasa, gue udh dua kali enggak masuk di hari Selasa. Kalo pada curiga gimana ya?
Pada hari-hari sebelumnya Sasi tidak menjenguk Sang Papa karena ada urusan. Dan baru satu bulan yang lalu ia diperbolehkan menjenguk oleh mereka yang menjaga.
Beneran Uci ya korbannya? Kemarin juga Uci keciri banget punya trauma tapi kenapa gue dari dulu enggak tahu astaga teman apaan sih gue, eh emang temenan?
Ting
Ting
Ting
Ting
Ting
"Dari siapa sih??" Kepo Sasi. Dia langsung beranjak mengambil ponselnya, siapa tau ada hal penting kan.
Grup tugas matematika
Dibuat oleh RemaUci Prasila : ok kata Pak Johar ngerjain LKS halaman 56 dan itu kerja kelompok lagi. Sasi mau enggak sekelompok sama kita lagi?
Rema : Ci, enggak nambahin si itu ke grup ini?
Uci Prasila : Jangan, dia udah ada kelompoknya
Rema : Udah ada kelompoknya atau udah ada ceweknya nih? Lagian dia enggak serajin itu apalagi ini pelajaran matematika, mustahil rasanya
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Sasi (END)
Teen FictionSasi, perempuan pendiam di kelas. Sangat misterius. Dalam sejarahnya, tidak ada lelaki yang mendekati Sasi. Padahal usia gadis itu sudah bisa dibilang remaja. Biasanya para remaja akan membuat kisah remajanya sendiri. Namun kisah Sasi sangatlah polo...