2. Rencana mabuk yang diketahui

244 37 2
                                    

#salamwrithingmarathon#challengemenulisbersamaredaksisalam_ped

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

#salamwrithingmarathon
#challengemenulisbersamaredaksisalam_ped

Sasi sudah bersiap-siap untuk pulang ke rumah. Tas sudah terpasang di punggungnya.

Saat hendak keluar kelas, tiba-tiba dirinya di hadang oleh Puspa. Puspa bukanlah musuhnya, tapi entah mengapa Sasi merasa bahwa Puspa menganggap dirinya adalah musuh.

"Sasi. Nanti hari Sabtu si Uci ulang tahun. Lo mau patungan buat beli bolu enggak?"

Sasi langsung melirik ke arah Uci yang tengah mengangkat kursi-kursi, sepertinya gadis itu tengah mendapat jadwal piket.

"Bolu untuk siapa?" Tanya Sasi sambil menatap mata Puspa. Jika biasanya ia tidak berani menatap mata Puspa, maka kini ia berani. Setelah melewati rintangan yang melanda dirinya, ia mendapat pelajaran dan mencoba memperbaiki diri.

"Ya untuk si Uci lah aneh."

"Jangan liatin si Uci nya, nanti ketahuan," ucap Puspa penuh penekanan.

"Hm gue enggak tahu ya bisa patungan atau enggaknya. Gue cek uang bulanan gue dulu," jawab Sasi apa adanya.

"Hm ya terserah Lo deh. Intinya dua hari sebelum hari Sabtu, Lo harus udah kabarin gue lagi." Sasi mengangguk paham.

"Guys! Yuk pulang!" Teriak Puspa pada teman-temannya yaitu Zahra, Nabila, dan Aufa.

"Yuk!" Sahut Zahra yang semangat. Zahra berlari mendekati Puspa. Sedangkan Nabila dan Aufa hanya berjalan saja.

Sasi langsung pergi begitu saja meninggalkan mereka.

Di halte bus, Sasi duduk di bangku.

"Uang bulanan sisa berapa ya?" Sasi mencoba mengingat sambil menatapi jalanan yang dilewati oleh orang-orang.

Ada yang bersama orang tuanya, Sasi sudah tidak merasakan itu lagi. Ada yang bersama pacarnya, untuk yang ini Sasi belum pernah merasakan.

"Ah uang bulanan sisa berapa ya. Ditambah patungan beli bolu untuk Uci."

Uci orangnya baik, dia enggak pernah jahat sama aku.

"Huft." Kali ini ia jalan kaki laki menuju rumah. Agak jauh dan pastinya lelah juga jika pulang jalan kaki.

Sebentar lagi akan sampai pada rumahnya. Tapi tiba-tiba ia merasa kepalanya pusing. Kakinya masih kuat untuk berjalan, tapi entah kenapa kepalanya pusing.

Tadi tuh makan siang enggak sih? Pas pagi kayanya makan kan? Ah lupa aku.

Tapi Sasi tetap kuat sampai rumah walaupun kepalanya meminta untuk diistirahatkan.

Sepulangnya di rumah, Sasi langsung mandi. Untuk makan sore, ia membuat telor untuk dirinya sendiri dan makan di dapur dengan dirinya sendiri.

Mandirinya ini sangatlah berlebihan. Segala sesuatu yang Sasi lakukan pasti dilakukan hanya oleh dirinya sendiri. Ingin manja juga sih kaya yang lain, tapi dia mana bisa manja kaya gitu.

Rahasia Sasi (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang