8. Bunda

154 28 2
                                    

#salamwrithingmarathon
#challengemenulisbersamaredaksisalam_ped

Hari ini dirinya memang tidak bertemu Danu di sekolah, tapi ia beruntung karena bertemu Danu di rumah Budenya dikasih bonus bertemu keluarganya.

Hal itu membuat Sasi senyum-senyum sendiri dari tadi.

Baju putih panjang dan rok abu-abu panjang dijemur di jemuran. Yang menjemurnya memiliki senyuman awet sedari tadi.

Setelah menjemur, Sasi masuk ke dalam rumah dan menyimpan ember bekas cuciannya di tempat biasanya.

Ia kembali ke kamarnya. Pekerjaannya sudah selesai, anehnya ia tidak merasa lelah. Apa ini efek karena bertemu mereka?

Sasi tiduran di atas kasurnya namun kakinya menjalar ke lantai.

Matanya menatap ke atas sambil mengingat peristiwa tadi, peristiwa dimana dirinya bertemu dengan Danu dan keluarganya. Akhir-akhir ini Sasi terlihat dekat, mungkin hanya akhir-akhir ini saja. Sasi sebagai perempuan tidak boleh terlalu membawa perasaan, walaupun susah tapi ia harus tetap bisa menahan. Karena tidak ada cinta yang serius dibawah umur 18 tahun.

Danu memiliki keluarga yang lengkap. Lucu juga karakter tiap anggota keluarganya, Danu pasti betah menurut Sasi. Sasi senang melihatnya, sedih tapi tidak iri karena dirinya pernah merasakan itu dahulu. Tapi sekarang ia diberikan kesempatan untuk merasakan kehidupan tanpa orang tua di rumah.

Sasi mengubah posisinya menjadi duduk dan pindah duduk ke kursi rias. Menatap dirinya sendiri di hadapan cermin itu. Wajah nya sudah bersih tanpa jerawat. Tidak ada yang perlu menjadi alasan untuk kurang percaya diri karena Sasi sempurna saat memakai pakaian tertutup. Jika terbuka seperti ini, pakaiannya sekarang, maka Sasi tidak sempurna lagi.

Bagian atas kulit tangannya berbulu. Ini bukan bulu halus seperti perempuan pada umumnya, tapi ini panjang dan tebal seperti laki-laki. Bahkan lebih mirip seperti monyet menurut Sasi.

"Ini kapan hilangnya sih?!" Geramnya lama-lama saat melihat bulu-bulu itu.

Kedua kakinya naik ke kursi. Ditatapnya kaki kanannya lalu beralih ke kaki kiri.

"Ini juga kapan hilang?" Tangannya mengelus kaki kirinya yang berbulu tebal. Ini mah fix seperti laki-laki. Sangat tebal, sangat-sangat. Ini alasan dirinya selalu memakai celana panjang dibalut kaos kaki panjang juga agar tidak terbuka.

Kedua kakinya turun dari kursi. Matanya menatap ke arah cermin.

"Gue kan mau pake baju yang terbuka juga kaya cewek lain, tapi kulit gue-argh kesel!"

Sasi berencana untuk mencari cara menghilangkan semua bulu ini melalui internet. Rencananya itu langsung dilakukan. Bukan melalui ponselnya, melainkan melalui internet.

Menghilangkan bulu bisa dengan cara mencukurnya dengan krim khusus seperti- dan banyak lainnya. Bisa juga dengan cara mengoleskan madu ke kulit kaki anda.

"Krim sama madu," ucapnya yang masih berfokus pada komputer.

"Nyoba pake madu dulu atau krim ya?"

"Gue tuh ada madu deh, coba pake madu dulu aja kali ya," Sasi berdiri dan pergi ke dapur untuk memastikan bahwa dirinya masih mempunyai madu.

Pintu kulkas dibuka oleh Sasi. Di pinggiran pintu itu ada tiga botol-botol minuman dengan jenis yang berbeda. Dan yang di paling ujung ada madu.

Madu yang ada di dalam toples itu pun di ambil. Sasi mengambil sendok lalu membuka tutup madu itu.

"Hm masih enak juga," ucapnya saat menyicipi madu itu. Sendok itu kembali menyelam dan membawa madu lalu masuk lagi ke mulut Sasi, hal itu dilakukan selama empat kali karena rasa madunya yang enak.

Rahasia Sasi (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang