10. Di Uks

141 27 2
                                    

#salamwritingmarathon
#challengemenulisbersama_tim3redaksisalam_ped

Bohong jika Sasi mengatakan bahwa dirinya tidak cemburu, nyatanya Sasi cemburu. Tapi untungnya ia masih bisa membatasi rasa cemburu ini. Biasanya orang cemburu akan sedih dan berpikir yang tidak-tidak.

Hari Senin pun tiba, Sasi berangkat pagi menggunakan ojek online, apalagi hari ini hari Senin dan akan ada kegiatan upacara.

Sekolah menyetel lagu-lagu yang membuat para murid semangat saat sekolah, bukan lagu cinta-cintaan.

Ketika baru sampai di kelas, tiba-tiba Sasi ingin buang air kecil. Daripada ditahan lebih baik ia pergi ke kamar mandi sekarang, sebentar lagi kegiatan upacara akan segera dimulai.

Sasi kembali ke kelasnya dengan perasaan lega. Murid-murid kelas dua belas sudah kumpul di lapangan, sebentar lagi anak kelas sebelas pun dipanggil.

"Si, bawa dasi enggak?" Uci menghampiri Sasi.

"Enggak, Gue cuma bawa satu dan itu juga udah dipake sama gue," jawab Sasi yang tengah mencari topi upacaranya di dalam tas.

Topinya tidak kunjung ditemukan. Hati Sasi jadi ketakutan, takut ia tidak membawa topinya dan akan dihukum. Sepertinya benar, Sasi tidak membawa topi upacara.

Sasi mendongakkan kepalanya dan menatap teman-temannya, "Ada yang bawa topi dua enggak?"

"Enggak,"

"Enggak,"

"Emang kamu enggak bawa?" Tanya Uci.

Sasi menatapi satu persatu teman-temannya, mereka menggelengkan kepalanya kecuali Danu. Danu sedang tidur dengan topi yang menutupi wajahnya.

Rasanya Sasi pengen nangis. Kok bisa ia seceroboh ini? Padahal ia rasa kemarin sudah menyiapkan semuanya.

"Kelas sebelas IPS satu silakan turun," kelas mereka sudah dipanggil.

"Cuy bangun!" Wesel menggebrak meja membuat Danu pun bangun.

"Eh Wesel ada disini? Sejak kapan?"

"Dari tadi," Wesel menjawab pertanyaan Puspa dengan dingin.

"Anak sebelas IPA 1 udah turun aneh, Lo masih disini aja," celetuk Zahra melirik Wesel yang sedang membangunkan Danu.

Mendengar percakapan itu, Danu pun terbangun.

"Eh serius?!!" Pekik Wesel dan langsung keluar kelas menyusul teman-temannya yang sudah berjalan menuju lapangan.

"Woy ketua kelas! Cepet pimpin barisan!!" Teriak Rema yang sudah baris di paling depan, Karena dia tinggi juga.

Sasi langsung saja baris walau tak memakai topi.

"Sasi, Lo kenapa enggak pake topi?"

"Ketinggalan coba, ah kesel banget kan,"

"Kelas sebelas IPS 1 silahkan turun. Bagi yang tidak memakai topi upacara diharap memisah barisan saat di lapangan."

Rema menatap Sasi dengan tatapan iba.

Di belakang Sasi orang-orang mulai berbaris. Danu berdiri di samping Rema, barisan paling depan. Ada tiga baris yang menjulur ke belakang. Yang paling depan adalah Rama, Rema, dan Danu.

"Yu turun." Danu memimpin kelasnya turun ke bawah.

Sasi melihat sekelompok anak yang tidak memakai topi dari kelas yang berbeda, Sasi pun langsung baris disana.

"Lho Sasi mau kemana?" Tanya Danu saat mereka baris di barisannya, Sasi malah pindah ke sana.

"Enggak bawa topi dia," jawab Rema.

Rahasia Sasi (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang