"Uci enggak sekolah lagi ya? Kenapa Jeh?"
"Gatau plis, jangan bahas sesuatu yang engga penting," jawab Sasi yang fokus pada laptopnya. Sedang mengedit tugas video.
Di saat Sasi sedang mengerjakan tugas, Nunik malah senang-senang rebahan di atas kasur.
"Lo sekelas lagi sama Uci kan?" Sasi mengangguk. Di kelas 12 saat ini dirinya memang kembali sekelas dengan Uci.
"Terus kenapa enggak tau?"
"Gue enggak mau bahas sesuatu yang enggak penting," tekan Sasi.
Sebenarnya ia penasaran juga mengapa Uci tidak berangkat-berangkat semenjak awal semester satu pada kelas 12 ini.
"Danu di kelas tuh ya diem aja, Si. Enggak nakal lagi kaya dulu, udah rajin ngerjain tugas juga. Bahkan dia ditunjuk jadi ketua kelas dan dia mau," lapor Nunik yang sekelas dengan Danu.
Jari Sasi yang berkutik pada laptop langsung berhenti. Sudah lama ia tidak mendengar berita tentang Danu lagi. Di sekolah jika mereka bertemu maka mereka akan berpura-pura tidak mengenal. Sakit tapi harus Sasi lakukan.
"Lo masih suka enggak sama Danu?" Nunik menoleh ke arah objek tujuan pertanyaannya.
"Enggak," jawab Sasi enteng lalu lanjut mengedit.
"Ohh,"
Kemudian mereka sibuk pada urusannya masing-masing. Niatnya Nunik kesini adalah untuk makan bersama, tapi Sasi sedang sibuk. Alhasil Nunik pun sibuk juga dengan ponselnya walaupun tidak ada kepentingan apa-apa.
"Alhamdulillah, selesai juga akhirnya ni tugas." Sasi menutup laptopnya.
Ia merenggangkan otot-otot lengannya. Selesai dari situ, ia melirik ke jam dinding yang masih menunjukkan pukul 14.12 dan ia berencana pergi ke toko makanan mini di sekitar rumahnya.
"Nik, gue pinjem motor Lo boleh? Mau ke toko makanan bentar, Lo laper kan? Gue traktir deh," usul Sasi.
Sasi menoleh ke arah Nunik sambil meminta persetujuan pemilik motornya.
"Boleh," jawab Nunik masih dalam posisi rebahan sambil bermain ponsel.
Dikira Nunik akan memberikan kunci motornya, ternyata tidak.
"Tau sih yang udah bisa naik motor,"
"Kunci motornya mana aneh??" Tanya Sasi yang sudah menunggu pemberian kunci motor.
"Oh iya ya,"
"Tu ada di meja belajar Lo kalo enggak salah,"
Sasi berdiri untuk mencari kunci tersebut ketika sudah menemukannya, ia langsung keluar rumah menuju motornya Nunik.
Awalnya ia ingin ke warung makanan yang dekat dengan rumahnya tapi tutup, terpaksa ia pergi keluar daerah rumahnya untuk pergi ke minimarket.
"Jadi jumlahnya dua puluh lima ribu ya,"
"Iya, Mba." Sasi memberikan uang pas.
"Terima kasih,"
"Sama-sama," jawab Sasi sambil mengambil plastik belanjaannya lalu keluar dari toko ini.
Gruduk gruduk
Gruduk gruduk
Plastik belanjaan itu disimpan di kastok motor.
Gruduk gruduk
Gruduk gruduk
Karena penasaran suara apa itu, Sasi pun menoleh ke belakang mencari sumber suara. "Uci!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Sasi (END)
Teen FictionSasi, perempuan pendiam di kelas. Sangat misterius. Dalam sejarahnya, tidak ada lelaki yang mendekati Sasi. Padahal usia gadis itu sudah bisa dibilang remaja. Biasanya para remaja akan membuat kisah remajanya sendiri. Namun kisah Sasi sangatlah polo...