BAB 3. BERANTEM

317 72 6
                                    

Dita menatap pantulan dirinya di cermin, sebuah headband terpasang di kepalanya dengan manis, menepikan poninya menutupi dahi. Hufft ... Hari ini adalah hari pertamanya ke sekolah. Ia harap tak ada drama, atau semacamnya di hari ini.

Bunyi gedoran pintu membuatnya tersadar dari lamunan, Dita bergegas meraih tasnya di atas kasur dan beranjak keluar.

Yang Dita lihat pertama kali adalah pemandangan Loudi yang sedang menyederkan tangannya di tembok dengan posisi miring. Tubuhnya yang jangkung membuat Dita sedikit mendongak demi menatap wajah cowok itu yang sudah memasang tampang songong. "Lo bisa nggak sih, pelan-pelan gedornya?" ketus Dita kesal.

"Lama," balas Loudi menatap Dita geram. Cowok itu langsung menarik pergelangan tangan Dita untuk turun ke lantai bawah.

"Loudi! Gue bisa jalan sendiri! Lo apaan sih!"

"Lagian ini masih pagi!" berontak Dita.

Loudi baru berhenti tepat di depan meja makan. "Bikinin gue sarapan, gih," pinta cowok itu masih dengan ekspresi songong.

Dita diam sebentar, mencerna apa yang sebenarnya terjadi, saat paham barulah ia menghempas tangan Loudi yang masih memegang tangannya. "Lo ngeselin banget, sih! Minta baik-baik kan bisa! Nggak perlu segala narik tangan gue kayak tadi! Lo pikir gue hewan apa!" ketus Dita.

"Hadeehh, Bisa, Dit, bisa, bisa kalo lo nggak lama di kamar tadi. Gue hampir lumutan tau nggak, nungguin lo keluar."

Hah? Lama dari mananya coba? Orang ini juga masih pagi, lagian biasanya eomma juga baru masak jam segini. Wah, sepertinya Loudi emang sengaja mancing emosi Dita.

"Mejanya salah apa sampe lo pelototin gitu? Udah cepet masak, eomma ada urusan mendadak jadi gak sempet nyiapin sarapan."

Dita berdecak. "Iya!"

Loudi tersenyum miring melihat Dita setengah hati berjalan menuju dapur.

⚠️💕⚠️

Taeyong beserta delapan anggota gengnya sedang duduk-duduk santai di atas motornya di area parkir. Biasanya jika sudah begitu, banyak siswa-siswi yang segan untuk memarkirkan kendaraan mereka, sekalipun jauh dari tempat di mana geng Taeyong memarkirkan motor mereka.

"Yak, Taeyong hyung? Kenapa kau melamun? Tidak biasanya kau begitu, hyung?" tanya Johnny yang menyadari hyungnya sedari tak ikut dalam obrolan.

"Diamlah, kau, aku sedang tak mood hari ini," jawab Taeyong tajam.

Mendengar jawaban ketus Taeyong, Johnny memilih mengangkat kedua bahu tak acuh saat ditatap Haechan penuh tanya. "Ahh, aku tahu, Taeyong Hyung pasti sedang galau karena hampir seminggu ini tangannya puasa dari memukul anak orang. Iyakan, Hyung?" celoteh Haechan seenak jidatnya, Taeyong hanya memasang tatapan sinis tak lupa senyuman miring andalannya.

Mendapat tatapan seperti, Haechan hanya bisa membuka mulutnya membentuk huruf 'O' kecil. Baru kali ini Hyungnya kesal karena candaannya, biasanya cowok itu akan tertawa saja atau membalasnya dengan candaan yang garing.

Mark menyikut lengan Haechan, memberi isyarat agar tak bercanda atau hari-hari mereka tak akan menyenangkan. Seperti dulu ketika mood cowok itu sedang buruk, mereka berdelapan disuruh untuk membersihkan markas sampai ke sudut-sudut terpencil.

Mungkin jika Johnny terkena semburan emosi dari Taeyong, sepertinya tidak akan begitu bagi seorang Jaehyun. Di geng mereka, Ia satu di antara dua orang yang dekat dengan Taeyong sejak kecil. Delapan tahun berteman sudah cukup membuatnya mengenal baik cowok bertemperamental itu. "Yak, sialan, jangan berusaha menyembunyikan apa-apa lagi dariku. Kau tahukan, itu?" bisik Jaehyun yang tepat berada di samping Taeyong dan motor biru doffnya. Taeyong hanya mendengkus sambil melirik sekilas kemudian kembali menatap gerbang sekolah dengan posisi satu tangan memaku dagunya.

Fan Fict : DANGEROUS IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang