Taeyong menjatuhkan dirinya di rumput lapangan. Ia baru saja berlatih futsal sendiri. Tidak ada rekan atau pelatih yang menyuruhnya, ini semua murni karena keinginannya untuk berlatih. Lagi pun futsal juga olahraga kegemarannya. Berbeda dengan judo yang sejak awal Taeyong terpaksa mempelajarinya karena ancaman paman sialan itu. Suho.
Taeyong meraih air mineral botol di tasnya, membuka tutupnya lalu menegaknya sampai tersisa setengah.
"Memangnya debaran yang seperti apa, Taeyong-ssi?"
Taeyong terbatuk saat sekelebat ingatan masuk ke pikirannya tanpa permisi. Ingatan tentang perkataan Dita di loker tadi yang membuatnya tidak habis pikir.
Tidak habis pikir dengan jawaban Dita yang menyebalkan, juga tidak habis pikir dengan dirinya sendiri yang mendadak konyol telah mengutarakan pertanyaan aneh seperti itu.
"Agrrhh, sial! Ada apa denganku!" umpatnya pelan, terdengar menggeram, sambil satu tangannya meninju rumput lapangan.
Taeyong menyadari ada yang aneh dalam dirinya semenjak mengenal Dita. Dimulai dari ia yang tak pernah mau kalah dengan Loudi jika berurusan dengan Dita, sampai pada ia yang akan kesal tiap kali Dita menyebut-nyebut nama Loudi di depannya.
Sebuah bola tiba-tiba melesat ke arahnya, Taeyong yang masih sempat menyadari di detik-detik akhir reflek menangkap bola itu. Mengernyit sebentar tanda ia heran dengan kedatangan bola itu, Taeyong mendongak, demi melihat siapa pemiliknya.
Di sisi kanan lapangan, dekat dengan kursi cadangan, Taeyong menangkap sosok yang baru saja merusuh di pikirannya tadi. Lelaki itu tampak mendekat ke arah Taeyong. Khas dengan gaya jalannya yang tak pernah menggerakan tangannya.
"Apa maksudmu dengan melempariku bola?"
"Ayo bertanding," tantang Loudi langsung.
Taeyong mengernyitkan alis tanda ia tak mengerti. Apa maksudnya dengan bertanding? Bola? Atau ada maksud lain?
"Aku tak punya maksud lain. Kau tenang saja."
"Baiklah." Taeyong akhirnya setuju dan berdiri menghadapi lelaki yang sedikit lebih tinggi darinya itu.
"Kita akan bertanding, siapa yang paling dominan di antara kita nanti, dia akan menang. Kau dengan tendangan penaltymu, atau aku dengan kemampuan kiperku."
"Konsekuensi untuk yang kalah?" Taeyong mencoba memastikan Loudi tak ada maksud apa-apa lagi selain hanya bertanding dalam bola. Bukannya ia takut, hanya saja ia perlu tahu situasi, apakah ia perlu mengerahkan seluruh kemampuannya atau tidak.
"Aku sudah mengatakannya tadi."
"Batas?"
"Kau boleh angkat tangan jika lelah dan kita akan berhenti." Loudi sepertinya sangat pandai memainkan kata agar Taeyong emosi.
"Kau akan menyesal karena aku tak akan melewatkan kepalamu," balas Taeyong tersenyum miring. Ia lantas menggiring bola ke titik penalty. Sedangkan Loudi segera mengambil posisinya di bawah mistar gawang.
Sebenarnya berada di posisi kiper bukanlah keahlian Loudi, ia justru sangat payah dalam hal itu. Tapi tak apa, ada sesuatu yang harus ia dapatkan dari Taeyong dan hanya ini satu-satunya cara yang bisa ia lakukan untuk mendapatkannya.
Satu tendangan dari Taeyong melesat cepat dan mengenai kepala Loudi tepat di wajahnya. Ia yang belum siap apa-apa dibuat terjatuh oleh tendangan kuat itu.
"LOUDIIII!"
⚠️💕⚠️
Sepuluh tendangan dan hanya tiga tendangan yang berhasil membobol pertahanan gawang Loudi. Tapi sepertinya Taeyong memang tak berniat untuk mencetak goal sebagaimana permainan seharusnya. Ia seperti lebih tertarik untuk mengarahkan bola ke kepala Loudi seperti yang ia katakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fan Fict : DANGEROUS IN LOVE
FanfictionDita harus merelakan dirinya menuntut ilmu di negeri ginseng Korea demi menyelamatkan pendidikannya yang dipastikan tak bisa lagi ia lanjutkan jika memaksa untuk tetap tinggal di negara asalnya. Sialnya ia kembali dipertemukan dengan sosok cowok yan...