Dita, Loudi, Taeyong dan Haechan kini sedang berdiri di hadapan seorang guru berparas tampan dan bertubuh proporsial. Meski begitu, kesan sangar tetap tak bisa dihilangkan dari diri guru itu. Tatapan tajamnya tampak menusuk terlebih pada dua cowok yang kini sudah memiliki lebam biru di wajah masing-masing.
"Kalian tau apa salah kalian?" tanya guru itu sepertinya tak hanya ditutujukan pada Loudi dan Taeyong, melainkan untuk Dita dan Haechan juga.
Tak ada yang menjawab, membuat guru itu kembali berbicara, "Pertama, kalian menganggu ketenangan murid lain yang tengah beristirahat, kedua, kalian menciptakan keributan yang tidak perlu, apalagi ini urusan sepele, dan kamu Haechan," tunjuk guru itu pada seorang murid yang memiliki perawakan lebih pendek dari dua lainnya. "Biang dari keributan ini, seharusnya kamu bisa melerai mereka, bukannya malah memanas-manasi keadaan," lanjut guru itu tampak begitu tak suka padanya.
Haechan memasang muka nyolot, menggeleng sambil membuka mulut seolah tak terima. "Siapa yang memanas-manasi, Pak? Saya? Oh, jika bapak pikir begitu bapak salah besar, jus-"
"Diam! Saya tak membutuhkan penjelasanmu!"
Haechan masih tampak tak terima namun akhirnya memilih diam. "Oh, baiklah, aku akan diam!" ucapnya kemudian seolah melakban mulutnya sendiri.
"Dan kamu siswa baru."
"Loudi," koreksi Loudi, ekspresinya tampak seperti pendengar yang baik, namun terkesan bermain-main.
"Jika kamu tidak terima diperlakukan seperti itu, kamu bisa melaporkannya pada pihak sekolah atau pun wali kelasmu untuk menyelesaikan ini. Bukan malah menyelesaikannya sendiri dengan berkelahi seperti tadi. Itu salah."
"Baik, Pak."
"Taeyong."
"Apa anda akan menyalahkan saya seperti yang lain? Saya bahkan merasa dirugikan oleh tindakan mereka berdua. Lalu? Apa saya tidak boleh membalasnya hanya karena dia anak baru?" Taeyong lebih dulu menginterupsi.
"Hmm, kamu tidak salah jika kamu tidak membuat keributan di kantin, kamu bahkan berusaha memukul dia dengan kursi. Jika kamu tahu, banyak cara untuk menyelesai-"
"Ahh, sudahlah, kata-kata bapak membuat saya muak!" Taeyong memilih keluar ruangan segera. Sebelumnya cowok itu menyempatkan diri untuk menatap tajam Dita yang berdiri di dekat pintu.
Dita menahan napas mendapat tatapan tajam dan kelam seperti itu, salivanya sampai kesulitan untuk meluncur ke kerongkongan.
"Aku takan mengampunimu," ucap Taeyong serupa bisikan tepat di telinga Dita, membuat bulu kuduknya sempurna meremang.
⚠️💕⚠️
Dita dipaksa keluar dari teritorial mejanya saat tiba-tiba Taeyong datang menyambangi Loudi di meja makan. Kerusuhan pun tak terelakan antara keduanya yang saling baku hantam membuat kerumunan langsung merebak.
Kursi-kursi di sekitar mereka bahkan sampai bergeser ke mana-mana karena keduanya yang saling serang bak seorang yang kerasukan roh iblis.
Dita tak bisa lagi melihat keduanya saat kerumunan terus mendesak mereka semakin menjauh. Kejadiannya yang begitu cepat membuat motorik Dita lambat untuk mencerna situasi.
Barulah saat ia sadar, cewek itu menggigit bibir bawahnya panik tapi tak bisa berbuat apa-apa. "Loudi ...." gumamnya, saking takut dan paniknya Dita, cewek itu sampai tak sadar air matanya sudah menetes titik demi titik.
Ini semua gara-gara Dita, coba kalo ia memilih menolak tawaran Loudi yang ingin memesankannya makanan. Pasti tidak akan begini jadinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fan Fict : DANGEROUS IN LOVE
FanfictionDita harus merelakan dirinya menuntut ilmu di negeri ginseng Korea demi menyelamatkan pendidikannya yang dipastikan tak bisa lagi ia lanjutkan jika memaksa untuk tetap tinggal di negara asalnya. Sialnya ia kembali dipertemukan dengan sosok cowok yan...