Loudi memijat bahunya yang terasa linu akibat mengikuti kegiatan excool basket di sekolah tadi. Entahlah, ia tak biasanya mengikuti kegiatan excool selain jadwal resmi. Tapi, ia rasa ia perlu melakukannya sekarang, untuk menghilangkan lelah. Pikiran dan hatinya.
Malam ini terasa lebih dingin dari biasanya, sepertinya tak menutup kemungkinan untuk turun salju besok. Atau mungkin malam nanti.
Loudi memasukan motornya ke carpot lalu melangkah masuk ke rumah sambil tangannya tak berhenti memijat area sekitar lehernya.
Saat membuka pintu, Loudi sedikit terkejut melihat sosok yang belakangan ini mengusik pikirannya, tengah berdiri di hadapannya. "Ngapain lo depan pintu?" tanya Loudi heran. Tak biasanya setelah pulang, perempuan itu berkeliaran di lantai bawah.
"Gue mau ngomong," jawab Dita tanpa ekspresi.
Loudi terdiam, menatap Dita yang tak terlihat seperti biasanya. Pikiran Loudi jadi berspekulasi macam-macam. "Ck, gue capek, besok aja," kilah Loudi malas sambil masuk melewati perempuan itu.
"Kemarin kenapa lo nggak dateng ke rumah Jinny?"
Loudi spontan menghentikan langkahnya, diam mematung mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Dita. "Lo tau dari mana?" tanyanya sambil membalikan badan menatap Dita penuh antisipasi.
"Jinny yang bilang ke gue," jawab Dita sambil melipat tangannya di depan dada. Menatap lelaki itu serius, niatnya langsung marah jadi sedikit tertunda karena pertanyaannya sendiri yang menanyakan alasan lelaki itu. Ia jadi menyesalinya.
Loudi tampak berpikir keras. "Apalagi yang Jinny omongin ke lo?" tanyanya lagi, melipat bibirnya ke dalam tampak tak nyaman dengan bahasan mereka.
Dita tak langsung menjawab. Hanya semakin menatap sebal ke lelaki itu lantaran bertanya balik ke arahnya, bukannya langsung menjawab. "Lo jawab dulu pertanyaan gue," balas Dita sedikit menekankan kata-katanya.
"Ikut gue, Ta," pinta Loudi langsung meraih satu tangan Dita dan membawanya keluar.
Dita ingin sekali menghempaskan tangan Loudi yang seenak udel menarik tangannya, lalu mengomeli lelaki itu karena sikapnya yang menyebalkan namun Dita memilih mengurungkannya. Ia ingin tahu alasan Loudi tak datang ke acara makan malam di rumah Jinny waktu itu, jika ia terus membantah bisa-bisa Loudi membatalkan niatnya untuk memberitahu Dita.
Loudi membawa Dita keluar dari rumah menggunakan motornya. Dita hanya diam saja selama perjalanan. Dalam hati ia mengumpati diri, karena bukannya terasa mudah untuk menanyakan Loudi, ia justru terjebak dengan lelaki itu yang meminta untuk membahasnya di luar. Entahlah apa alasan Loudi. Sepertinya hidup Loudi memang penuh dengan alasan.
Loudi menghentikan motornya di taman, lalu mengajak perempuan itu untuk duduk di salah satu bangku tepat di bawah temaram lampu taman.
Loudi menghela napasnya. Jantungnya mulai berdetak sebagaimana reaksi seseorang ketika jatuh cinta. "Gue ...." Loudi melipat bibirnya ke dalam. Rasa sakit yang datang karena detakan jantungnya berubah menyesakan, membuat nafas Loudi terpacu beberapa saat. "Dita," panggil Loudi tanpa perlu menoleh.
"Ketika jantung lo berdebar lebih cepat di depan seseorang padahal lo gak abis lari atau ngelakuin kegiatan apapun yang memacu jantung buat bereaksi kayak gitu, ketika lo ngerasa gak suka pas seseorang itu deket sama orang lain yang tipikalnya bisa nyisihin tempat lo dari dia. Menurut lo itu perasaan apa, Ta?" ucap Loudi, kalimat pertamanya setelah keduanya duduk bersebelahan dan hanya diam beberapa menit.
Dita menatap Loudi yang kini menatap ke arahnya sambil tersenyum, senyum yang berbeda dari biasa lelaki itu lakukan, sukses membuatnya mengernyitkan alis sinis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fan Fict : DANGEROUS IN LOVE
FanfictionDita harus merelakan dirinya menuntut ilmu di negeri ginseng Korea demi menyelamatkan pendidikannya yang dipastikan tak bisa lagi ia lanjutkan jika memaksa untuk tetap tinggal di negara asalnya. Sialnya ia kembali dipertemukan dengan sosok cowok yan...