Dita mengerjapkan matanya. Ruangan bernuansa biru langit dalam mode blur menyapa matanya pertama kali. Diam sejenak, Dita mencoba mengingat keadaannya terakhir kali sebelum alam bawah sadar menguasainya.
Dita ingat. terakhir kali ketika ia dan Taeyong sampai di dalam kamar pasien rumah sakit, lelaki itu memeluknya erat, hingga beberapa saat keduanya duduk di sofa dan—
"Kau sudah bangun?"
Dita menoleh dan mendapati Taeyong sedang berdiri di depannya dengan seragam dan hoodie sekolah masih terpasang di tubuh lelaki itu. Melihatnya membuat Dita sontak menatap kondisi dirinya dan benar dugaannya. Ia masih mengenakan seragam, sama seperti lelaki itu. Dita membulatkan matanya menyadari sesuatu. "Jam berapa sekarang, Taeyong-ssi?! Ayo kita pulang, eomma pasti marah tahu aku belum pulang ke rumah!" tanya Dita panik.
"Hey, kau tenanglah, ini sudah jam lima pagi. Kau bisa menganggu eommaku dan pasien lainnya jika terus berteriak seperti itu!"
Dita tersadar dan spontan menoleh ke sekeliling. "Oh, maafkan aku, Taeyong-ssi," ucap Dita pelan. "Ehh, lalu bagaimana sekarang? Eomma pasti mengkhawatirkanku dan Loudi pasti akan mengatakan yang sebenarnya," lanjut Dita.
"Sebenarnya apa? Aku tak menjahatimu." Taeyong merasa tersindir dengan ucapan Dita. Terlebih Dita menyebut-nyebut nama Loudi tadi yang entah kenapa membuatnya kesal.
"Aishh, bukan begitu! Hanya saja ...." Aghh! Taeyong tidak akan paham permasalahan Dita sekarang, ia juga tidak bisa mengatakan yang sebenarnya tentang ia dan Loudi yang tinggal seatap.
"Kau tenang saja, Dita. Aku sudah menghubungi Loudi, mengatakan jika kau sedang bersamaku di rumah sakit dan kau ketiduran. Ia mengerti dan tak berkomentar banyak."
Hah? Tumben-tumbenan Loudi tak protes atau pun marah seperti biasanya ketika ia sedang bersama Taeyong. Apa jangan-jangan benar? Loudi memilih tak peduli lagi dengan Dita? Hah ... Entahlah pikiran itu tiba-tiba membuat hatinya tak tenang.
Oh iya! Dita teringat sesuatu. "Taeyong-ssi, semalam aku memintamu untuk bercerita, kan?"
"Aku sudah menceritakannya tapi kau malah tertidur." Taeyong mendengkus lalu mengalihkan muka kesal.
Dita baru teringat jika ia tertidur dengan cepat setelah mendudukan diri di sofa bersama Taeyong-ssi. "Ahh, Taeyong-ssi, sekali lagi maafkan aku." Dita menunduk menyesali kecerobohannya.
Padahal ia sendiri yang meminta lelaki itu untuk bercerita tapi justru ia malah tertidur. Parahnya Taeyong-ssi tidak menyadarinya dan terus bercerita.
"Kau tak perlu minta maaf. Aku juga tak mempermasalahkannya."
Dita memberenggut, ia ragu Taeyong tidak mempermasalahkannya, justru ekspresi lelaki itu seolah mengatakan, aku tak akan menceritakannya lagi padamu. Atau memang ekspresi lelaki itu sudah didesain ketus dari sananya? Ah ... Dita ini meracau apa ....
"Sudahlah. Aku akan membelikanmu makanan baru setelah itu kita pulang," tandas Taeyong berniat untuk keluar dari ruangan.
"Taeyong-ssi!"
"Apa lagi?" Taeyong menoleh dan mendapati Dita sedang merogoh tasnya. Perempuan itu lalu menyodorkan uang ke arahnya membuat Taeyong mengernyitkan alis tak mengerti.
"Ini uangku," ucap Dita polos.
"Astaga ...." Taeyong mengusap rambutnya ke belakang, tak habis pikir dengan kepolosan perempuan di depannya. "Kau pikir aku ini laki-laki macam apa? Aku akan membelikanmu gratis. Kau mau berapa porsi? Sebutkan saja akan aku belikan." Taeyong sedikit kesal dengan Dita. Dikira ia lelaki perhitungan sampai untuk membelikan perempuan itu makanan saja perlu ganti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fan Fict : DANGEROUS IN LOVE
FanfictionDita harus merelakan dirinya menuntut ilmu di negeri ginseng Korea demi menyelamatkan pendidikannya yang dipastikan tak bisa lagi ia lanjutkan jika memaksa untuk tetap tinggal di negara asalnya. Sialnya ia kembali dipertemukan dengan sosok cowok yan...